Oleh: Aghnia Yanisari
(aktivis
dakwah Banjarmasin)
Tahun 2020 berlalu sudah. Tak ada yang
tersisa, kecuali berbagai cerita sedih yang melengkapi perjalanan berat umat
dari tahun ke tahun tatkala hidup dalam sistem demokrasi yang kian nyata rusak
dan merusak.
Pihak penguasa memang nampak
berusaha keras meyakinkan bahwa sepanjang tahun itu kondisi bangsa baik-baik
saja. Bahkan nyaris setiap kementrian dan lembaga pendukungnya merilis laporan
prestasi kerja mereka di sepanjang tahun 2020 yang semuanya dikesankan positif!
Namun, rakyatlah yang menjadi
“hakim” sebenarnya. Mereka justru merasakan bahwa apa yang disebut sebagai
prestasi itu nyatanya adalah bohong besar. Bahkan di tahun 2020, rezim penguasa
berhasil meneguhkan diri sebagai rezim gagal, pembohong, ingkar janji, antek
asing dan represif anti Islam.
Sebutlah soal penanganan
pandemi, yang lebih memilih mengikuti kebijakan negara-negara penjajah, dengan
new normal life, atau herd imunity, dengan dalih untuk memperbaiki
perekonomian. Nyatanya perekonomian tak kunjung membaik, nyawa rakyat menjadi
taruhan.
Bahkan siapapun akan mudah
mendapati fakta, betapa kondisi ekonomi terasa makin sulit. Kebutuhan hidup
semakin mahal dan sulit dijangkau. Apalagi banyak kebijakan zalim pemerintah
yang terus memperberat beban dan mempersempit kehidupan rakyat. Misalnya
kebijakan soal pajak, asuransi kesehatan dan ketengakerjaan, biaya pendidikan
yang kian mahal, belum lagi UU CIPTAKER yang baru-baru saja disahkan, dan
sederet kebijakan zalim lainnya
Berbagai fakta pun menunjukkan, bahwa pemerintah kian terperosok
dalam jebakan skenario asing, yang membuat masa depan negeri ini makin tergadai
dan membuat penjarahan kekayaan alam milik rakyat oleh asing aseng berlangsung
legal. Utang atas nama investasi asing pun makin menumpuk. Kran impor dan
investasi asing di sektor usaha strategis hingga mikro justru dibuka
lebar-lebar. Kebijakan soal masuknya tenaga kerja asing pun kian mempersempit
peluang rakyat untuk memperoleh pekerjaan. Wajar jika sebutan antek asing aseng
begitu lekat pada rezim ini.
Di bidang politik, penerapan
sistem demokrasi pun makin menampakkan wajah buruknya. Perselingkuhan
penguasa-pengusaha makin telanjang. Kasus-kasus korupsi berjamaah terus mencuat
ke permukaan. Intrik politik, termasuk politik pencitraan dan politik adu domba
begitu kental terasa. Juga tak ada lawan dan kawan sejati, semua adalah tentang
kepentingan.
Kezaliman demi kezaliman dan
kedurhakaan demi kedurhakaan terus terjadi. Persekusi ulama dan kriminalisasi
ajaran Islam, terutama ide Khilafah berlangsung kian masif. Label radikal dan
teroris dengan mudah dilekatkan pada mereka yang kerap mengkritisi pemerintah
dan lantang menyerukan perubahan ke arah Islam.Berbagai cara dilakukan agar
suara-suara kritis dan seruan-seruan ke arah Islam ini hilang terbungkam.
Di bidang sosial, betapa
banyak fakta yang menunjukkan kegagalan penguasa menjaga masyarakat terutama
generasi agar tetap ada pada fitrah kebaikan. Maraknya kasus pornografi
pornoaksi, narkoba dan miras, keguncangan keluarga, kriminalitas dan
lain-lain turut melengkapi potret buram sepanjang tahun 2020. Semua
problematika tadi bukanlah hal baru, setiap tahunnya kita akan dapati berbagai
macam masalah demi masalah yang tak kunjung ada peneyelesaian tuntas.
Menengok
problematika dari kancah internasional, penderitaan yang dialami umat juga tak
kalah hebat, seperti muslim myanmar yang luntang lantung tidak ada yang
menerima, Nabi SAW dijadikan bahaan ejekan lewat karikatur sampah tak berguna,
politik AS semakin menunjukkan kelicikannya, resesi ekonomi global membuat
kehidupan umat semakin memperihatinkan, dan para penguasa kapitalis lebih
memilih mempertahankan kepentingannya dibanding memberi pengayoman kepada
rakyat.
Jika dicermati secara
mendalam, maka semua problematika ini, saling berkait satu sama lain. Namun
ujung dari semuanya berakar pada satu sebab, yakni penerapan sistem sekuler
demokrasi yang menafikan peran Allah SWT (agama) dalam kehidupan, serta
memberikan hak membuat hukum pada akal manusia yang lemah dan terbatas.
Kedurhakaan inilah yang
ditengarai menjadi sebab Allah turunkan bencana berupa virus, yang mampu
melumpuhkan kepetintangan para kapital, memporak porandakan perekenomian yang
dijunjung tinggi ole negara kapitalis.
Sangat terasa, di tahun-tahun
ini kehidupan begitu jauh dari keberkahan. Alam seakan marah karena bangsa ini
sudah begitu melewati batas. Hukum Allah dengan berani dicampakkan. Para ulama
dan pengemban dakwahnya bahkan dilecehkan. Umat bahkan dijauhkan dari hakikat
ajaran Islam yang benar dengan makar pengarusan ide-ide moderasi Islam pesanan
Barat yang hakekatnya merupakan upaya deideologisasi dan liberalisasi Islam
melalui berbagai program. Padahal ideologi Islamlah kunci
utama kebangkitan Islam.
Mahabenar Allah dengan
firman-Nya :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ
وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن
كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)
Dan firman-Nya :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ
لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى. قَالَ رَبِّ لِمَ
حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا. قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا
وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى
“Dan barang siapa berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Ya
Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya
adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang
kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari
ini kamu pun dilupakan“.
(QS. Thoha : 124-126)
Semua realitas buruk ini
tentu harus memicu keinginan kuat untuk melakukan perubahan, khususnya di tahun
2021 hingga ke depan. Dan perubahan dimaksud, tentu
bukan sekedar perubahan parsial berupa pergantian rezim semata, tapi harus
mengarah pada perubahan sistem. Yakni perubahan dari sistem sekuler demokrasi
yang jahiliyah menuju sistem Islam yang dinaungi wahyu ilahiyah.
Bukankah fakta menunjukkan
bahwa pergantian orang atau rezim sudah berkali-kali dilakukan? Namun tanpa
mengubah sistem, kondisi terbukti tak pernah membaik. Dan itu dikarenakan
kerusakan memang bukan sekadar ada pada orang, tapi ada pada sistem yang
diterapkan. Yakni sistem sekuler demokrasi kapitalis neoliberal yang memang
rusak sejak dari asasnya.
Oleh karena itu, sudah saatnya
sistem batil ini dicampakkan. Dan umat Islam bersegera kembali menerapkan
hukum-hukum Allah yang dipastikan akan membawa keberkahan. Yakni dengan
berjuang menegakkan institusi penerap syariat Islam, yang tidak lain adalah
sistem Khilafah.
Khilafah adalah kepemimpinan
umum kaum Muslimin yang akan menerapkan syariat Islam dan mengemban dakwah ke
seluruh alam. Sistem inilah yang secara empirik pernah menaungi umat Islam
bahkan non Muslim selama belasan abad. Dan di masa itu, kesejahteraan dan
persatuan hakikipun terwujud dalam kadar yang tak pernah ada bandingannya. Hingga
umat Islampun mampu tampil sebagai umat terbaik, memimpin peradaban cemerlang
sekaligus menebar rahmat ke seluruh alam.
Harapan dan peluang perubahan
ke arah Khilafah sesungguhnya sangat besar. Momentum aksi bela Islam yang
berjilid-jilid itu menunjukkan bahwa umat Islam sesungguhnya bisa dimobilisir
dan disatukan oleh satu kekuatan pemikiran, perasaan dan qanaah (rasa benci, rida), yakni pemikiran,
perasaan dan qanaah Islam.
Hanya saja, yang menjadi PR
besar adalah, bagaimana agar kadar pemikiran umat akan Islam ini tidak parsial
dan pergerakannya tidak pragmatis pada satu isu saja. Tapi kaffah dan fokus
pada isu besar yakni ikhtiar menegakkan syariat Islam dalam naungan institusi
Khilafah.
Dan untuk bisa demikian,
dibutuhkan upaya dakwah yang targetnya membangun kesadaran. Yakni dakwah
pemikiran yang dilakukan secara berjamaah sebagaimana yang dicontohkan baginda
Rasulullah Saw. Bukan dakwah fisik apalagi kekerasan. Dan bukan dakwah fardhiyah yang tak fokus arah.
Dengan dakwah fikriyah dan jamaiyyah inilah, umat dipahamkan dengan akidah yang
lurus, disertai pemahaman tentang konstruksi hukum-hukum Islam sebagai solusi
kehidupan. Sehingga akan tergambar pada diri umat bahwa tak ada yang bisa
membawa mereka pada kesejahteraan hakiki dan keberkahan hidup selain dengan
menerapkan hukum-hukum Islam.
Pada akhirnya, kesadaran
inilah yang kelak akan menggerakkan umat untuk bersama menuntut perubahan yang
lebih besar dan lebih mendasar. Yakni dengan menumbangkan sistem sekuler
demokrasi yang kufur dan menggantinya dengan sistem Khilafah Islam. Sebagaimana
dulu, dakwah fikriyah yang dilakukan Rasulullah Saw bersama
para sahabatnya juga berbuah sama. Yakni tumbangnya sistem kufur jahiliyah dan
tegaknya sistem politik Islam di Madinah al-Munawwarah yang dipenuhi dengan keberkahan. Wallaahu
a’lam bish shawwab.[]