Potret Keluarga Korban Kapitalisme




Oleh: Sri Susanti

Ayah kepala keluarga, sebagai imam keluarga. Memimpin dan menafkahi istri dan anak-anaknya. Memberikan penghidupan terbaik, mengusahakan Pendidikan terbaik untuk putra-putrinya dengan harapan menjadi kebanggaan orang tua. Namun apa jadinya apabila di masa senja yang seharusnya orang tua mendapatkan bakti dan cinta dari putra putrinya malah membawa petaka hanya karena harta..?

Seorang Ayah asal Bandung digugat anak kandungnya sendiri sebesar Rp 3 miliar. Gugatan tersebut Berawal dari tanah warisan seluas 3000 m² milik orangtua Koswara (85). Sebagian tanah tersebut disewa oleh Deden anak kedua Koswara untuk dijadikan toko. Namun tanah itu tak lagi disewakan oleh Koswara karena akan dijual dan hasil penjualannya akan dijual kepada ahli waris termasuk saudara kandung Deden.

Atas hal inilah Deden murka dan tak segan melayangkan gugatan kepada ayahnya sendiri dengan didampingi Masitoh, adiknya yang merupakan anak ketiga Koswara.

Koswara mengaku kecewa pada anak-anaknya sendiri yang telah menggugatnya. Baru diketahui setelah persidangan perdata digelar bahwa Masitoh dinyatakan telah meninggal dunia akibat serangan jantung.

Begitu ironis dampak dari gempuran yang menghujam pemikiran-pemikiran keluarga di Indonesia. Pemikiran yang menjadikan pertimbangan materi yang bernilai tinggi dalam keluarga dan bukan mempertimbangkan aspek  halal dan haram. Apabila anggota keluarga tidak memenuhi kriteria manfaat yang diinginkan, maka akan disingkirkan tak terkecuali orang tuanya sendiri.

Hilangnya rasa hormat kepada orang tua. Dipicu karena materi (harta) karena ketidak adilan ekonomi, lemahnya pemahaman agama hingga menjadikan seseorang kehilangan fitrahnya sebagai manusia.

Padahal jelas, agama ini Islam sangat memuliakan orang tua. Patuh dan taat pada keduanya, hormat dan bersikap lemah lembut, jangan mengeraskan suara apalagi menghardik, bahkan untuk sekedar mengucapkan "Aahh..." Saja pun dilarang dalam Islam.

Sungguh mengkhawatirkan buah pemahaman liberal yang telah mengikis habis adab dan moralitas umat.  Mengikis pemahaman tentang menjaga kewajiban dan hak antar anggota keluarga. Tersebab ditinggalkannya nilai-nilai Islam dalam keluarga.

Merebaknya generasi yang kehilangan rasa hormat kepada orang tua  disebabkan karena sistem pendidikan sekuler yang hanya berorientasi pada pencapaian akademik bukan akidah dan ahlakul karimah. Pengaruh media sosial yang bebas tanpa adanya penyaring beredar di tengah umat dengan membawa budaya yang jauh dari nilai-nilai islam. Selain itu juga liberalisme berhasil mencabut  fitrah seorang ibu, demi memenuhi kebutuhan keluarga. Mereka meninggalkan rumah dan mengabaikan  peran utamanya sebagai pendidik generasi dan pencetak generasi cemerlang.

Inilah potret gagalnya sistem kehidupan sekuler dalam melahirkan ketahanan keluarga dan menjadi penyebab lahirnya generasi durhaka.

Islam telah terbukti berhasil mendidik generasi menjadi generasi emas yang unggul, bermental juara bukan generasi durhaka dan tak beradab.  Negara benar-benar melaksanakan perannya sebagai penjag keluarga dari berbagai gempuran ide yang merusak dan berbahaya.

Sungguh, hanya penerapan Islam dalam naungan khilafah Islamiyyah yang mampu mencipta generasi yang mulia. Tak akan lagi kita dengar anak yang berlaku keji pada kedua orang tua. Generasi yang menorehkan prestasi di dunia dan membawa kebaikan di akhirat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak