Oleh: Cahaya Septi
Pelajar dan Aktivis Dakwah
Awal tahun ini sudah melewati banyak bencana-bencana.
Bencana banjir terjadi di Kalimantan Selatan. Menurut LAPAN, sebanyak 13 kabupaten/kota terdampak. Akibatnya, 15 orang meninggal dan sekitar 112.709 orang mengungsi.
Selain di Kalsel, banjir dan longsor terjadi di Manado, Sulawesi Utara. Banjir juga terjadi di Kabupaten Lamongan dan Sidoarjo, Jawa Timur, Kabupaten Pidie, Aceh, hingga Kota Cirebon, Jawa Barat.
Selain banjir, terjadi juga gempa bumi di Mamuju dan Majene menurut data BNPB, hingga Senin (18/1) sebanyak 253 orang mengalami luka berat, 679 orang luka ringan dan sebanyak 19.435 orang mengungsi.
Bencana lain adalah gunung meletus. Gunung Semeru di Jawa Timur mengeluarkan Awan Panas Guguran (APG) dengan jarak luncur kurang lebih 4,5 kilometer. Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DIY juga kembali mengeluarkan awan panas guguran.
Manusia itu lemah, kita bisa mengambil pelajaran dalam menghadapi musibah, termasuk untuk mengurangi potensi terjadinya bencana dan menimalkan atau meringankan dampaknya.
Orang berakal akan menjadikan sikap sabar sebagai pilihan dalam menyikapi bencana/musibah. Ia meyakini bahwa sebagai manusia ia tak mampu menolak qadha’ Allah Swt. Karena itu ia wajib menerima qadha’ dan takdir Allah Swt (Lihat: Al-Jazairi, Mawsu’ah al-Akhlaq, 1/137).
Apalagi musibah yang menimpa itu bisa menjadi penghapus dosa-dosa. Rasul saw. bersabda:
"Tidaklah seorang Muslim tertimpa musibah (bencana) berupa kesulitan, rasa sakit, kesedihan, kegalauan, kesusahan hingga tertusuk duri kecuali Allah pasti menghapus sebagian dosa-dosanya." (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Tentu dosa-dosa terhapus dari orang yang tertimpa musibah jika ia menyikapi musibah itu dengan keridhaan dan kesabaran (Lihat: Ibn Qudamah al-Maqdisi, Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, 1/272; As-Samarqandi, Tanbih al-Ghafilin, 1/255).
Dari semua bencana hanya curah hujan yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Semua itu patut diduga terjadi karena adanya kolusi antara penguasa dan kekuatan oligarkhi. Semua itu berpangkal pada pengadopsian sistem kapitalisme yang berlandaskan sekularisme.
Semua kemaksiatan itu mengakibatkan fasad atau kerusakan dimuka bumi. Diantaranya berupa bencana alam dan dampaknya.
Kunci untuk mengakhiri segala musibah tidak lain dengan mencampakkan akar pengebabnya, yakni ideologi dan sistem sekularisme-kapitalisme berikutnya, terapkan ideologi dan sistem yang telah Allah Swt. turunkan.
Wallahu a'lam bi ash Shawwab.
Sumber: Buletin Kaffah
Tags
Opini