Pandemi Semakin Membara Tatap Muka Kembali Ditunda

Oleh : Bunda Kayyisa Al Mahira

Orangtua murid kembali menelan pil pahit, harapan anak-anak sudah bisa belajar tatap muka di sekolah secara langsung/ offline pada awal semester genap pun batal terwujud. Pemerintah masih menerapkan pembelajaran PJJ/ online karena pandemi covid semakin membara dan beberapa wilayah kembali menjadi zona merah.

Satuan pendidikan diperbolehkan melaksanakan tatap muka jika sudah memenuhi persyaratan. Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu : Pertama, adalah keberadaan satuan pendidikan di zona hijau. Persyaratan kedua, adalah jika pemerintah daerah atau kantor wilayah/ kantor kementerian agama memberi izin. Ketiga, jika satuan pendidikan sudah memenuhi semua daftar periksa (protokol kesehatan) dan siap melakukan pembelajaran tatap muka.  

Keempat, orang tua/ wali murid menyetujui putra/ putrinya melakukan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan. “Jika salah satu dari empat syarat tersebut tidak terpenuhi, peserta didik melanjutkan belajar dari rumah secara penuh,” tegas Mendikbud (Kompas.com 28 Desember 2020).

Untuk saat ini persyaratan ini masih sulit diwujudkan karena pandemi covid -19 ini, alih-alih berakhir malah semakin membara. Angka orang yang terinfeksi semakin banyak, pernah mencapai lebih dari 10.000 orang terinfeksi covid dalam satu hari. Jika dipaksakan belajar secara offline maka dikhawatirkan muncul cluster baru penyebaran covid -19 yaitu cluster sekolah.

Pembelajaran online yang dilakukan pun sesungguhnya masih menuai banyak masalah. Mulai dari masalah tak memiliki perangkat pendukung (hp atau laptop), tak ada pulsa, sinyal yang jelek, guru, orangtua dan murid tidak siap untuk melaksanakan PJJ, hingga banyak orangtua yang stres melakukan kekerasan fisik pada anak saat mendampingi anak belajar daring.

Kondisi pandemi yang tak kunjung usai ini pun membuat dilematis bagi orangtua dan penyelenggara satuan pendidikan. Di satu sisi orangtua dan guru ingin anak-anak tidak ketinggalan pelajaran atau ingin hasil belajar anaknya optimal sesuai target. Di sisi lain, ada risiko terpapar virus covid-19 yang sampai detik ini di Indonesia tidak jelas kapan puncak kurva pandemi terjadi dan angka penyebaran virusnya bisa menurun. Penanganan pandemi oleh pemerintah pun terlihat jalan di tempat.

Berbeda halnya dengan Islam, Islam akan menyelsaikan pandemi ini dengan tuntas dengan berpedoman pada Alquran dan Sunah sebagai dasar pengambilan kebijakan. Langkah pertama menurut Islam jika ada wabah yang melanda kebijakan yang diambil adalah karantina wilayah. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah virus berkembang dan menyebar di daerah lain.

Kedua, Islam memberikan panduan untuk senantiasa disiplin melakukan 3T (testing, tracking, and treatment) dan 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak). Aksi 3T hendaknya dilakukan otoritas terkait untuk melakukan pengujian, pelacakan, kemudian tindakan pengobatan atau perawatan kepada orang yang terpapar covid-19.

Tes massal akan dilakukan agar dapat memisahkan yang sakit dan sehat. Bagi daerah yang tak berdampak, tentu kegiatan akan berjalan sebagaimana biasanya. Dengan begitu masa depan anak-anak di era pandemi tak terancam. Biaya yang diperlukan saat penangan pandemi berlangsung ditanggung oleh negara.

Biaya yang harus ditanggung negara untuk menangani wabah ini tentulah sangat besar. Dalam sistem Islam, negara memiliki baitul mal yang dapat menjamin seluruh kebutuhan. Baitul mal ini yang akan mengumpulkan pembiayaan. Melalui pos kekayaan negara (jizyah, kharaj, ghanimah, fai) serta pengelolaan SDA (tambang, laut, minyak dll). Disamping itu pemegang kebijakan juga dijamin amanah tak kan pernah ada dana bansos yang dikorupsi.

Maka agar pembelajaran di sekolah bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan semua pihak, baik pihak sekolah ataupun orangtua dan tercapai seluruh target tujuan dan target pendidikan, sudah seharusnya negara mengupayakan dengan segala daya upaya agar pandemi ini segera berakhir. Jika pandemi usai maka sekolahpun bisa kembali berjalan dengan optimal dan  generasi  pun selamat dari kerusakan dan kebodohan.

Wallohu'alam bishowwab.

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak