Oleh : Elis Sulistiyani
Muslimah Perindu Surga
Digitalisasi menjadi gebarakan luar biasa di abad ini. Disadari atau
tidak digitalisasi telah merubah tatanan hidup saat ini. Interaksi di dunia
nyata telah berganti di dunia maya. Tak ada lagi jabat tangan yang ada hanya
gawai sebagai kawan. Mulai urusan makan, Jalan-jalan, dan berbagai kebutuhan,
saat ini tak perlu repot. Semua beres hanya dengan gawai di genggaman.
Arah perubahan ini juga nampaknya menjadi pertimbangan Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan ( kemendikbud) sebagai lembaga yang menaung dunia pendidikan menjalankan
program Bangun Kualitas Manusia Indonesia (Bangkit).
Program ini adalah program pembinaan 3.000 talenta digital terampil guna
menyiapkan sembilan juta talenta digital terampil pada tahun 2030. Dalam program
ini mahasiswa akan dibekali dengan keahlian teknologi dan soft skill yang dibutuhkan
untuk sukses berpindah dari dunia akademis ke tempat kerja di perusahaan terkemuka.
Dan bekerja sama dengan Google, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka Karena tuntutan
ini pula nampaknya ranah pedidikan turut menyesuaikan kurikulumnya dengan industri
digital yang di prediksi akan semakin berkembang pesat. (Kompas.com, 8/1/2021)
***
Arah pendidikan saat ini memang kental dengan aroma kapitalisasi. Kurikulumnya
disesuaikan dengan kebutuhan Industri, hingga lulusannya pun diharapkan sesuai
dengan kebutuhan Industri, termasuk Industri digital. Sangat disayangkan saat
pendidikan di pandang dengan kacamata kapitalis. Maka segalanya akan
'diuangkan' segalanya harus menghasilkan uang termasuk lulusannya.
Selain itu sekulerisme (memisahkan agama dari kehidupan) yang juga
menjadi induk lahirnya kapitalis, membuat sistem pendidikan saat ini menjadi terkotak-kotak. Mereka yang ingin
mendalami agama maka akan masuk sekolah berbasis agama. Ada juga yang memilih untuk sekolah yang berbasiskan
umum ada juga kejuruan.
Hilangnya pondasi agama dalam asas untuk mendidik anak didiknya berdampak
kepada lahirnya generasi rapuh yang mudah terjerumus dalam jerat narkoba, free
sex dan kenakalan remaja lainnya. Selain itu abainya masyarakat juga semakin
menambah sulit hilangnya kerusakan ini
.
Ditambah lagi dengan Kebijakan pemerintah saat ini nampaknya juga seiring
sejalan dengan hasrat oligarki kekuasaan untuk semakin menancapkan hegemoninya.
Hal ini nampak ketika pemerintah bergandengan tangan dengan korporasi besar
untuk mengkader generasi unggul bangsa ini. Hingga pada akhirnya generasi
unggul ini juga akan direlakan kepada korporasi. Terlebih tujuan utama program
kemendikbud ini juga dipersembahkan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan Industri.
Artinya generasi bangsa ini seolah ditempatkan sebagai alat pemenuhan kebutuhan
Industri semata. Sedangkan yang memberikan 'perintah' tetaplah para korporat. Pada
akhirnya anak bangsa menajdi buruh di negeri sendiri.
***
Pandangan yang jauh berbeda telah dihadirkan oleh Islam dalam pelaksanaan
sistem pendidikan dalam negara Islam. Islam memandang bahwa negara memiliki
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan warganya. Termasuk pendidikan yang termasuk
kedalam kebutuhan dasr yang harus dipenuhi oleh negara secara cuma-cuma karena
dananya bersumber dari baitul mal. Dengan segala fasilitas yang berkualitas.
Hal ini pernah terbukti di Madrasah al-Muntashiriah yang didirikan
Khalifah al-Muntahsir Billah di kota Baghdad. Di sekolah ini setiap siswa
menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar (4,25 gram emas). Kehidupan
keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh negara. Fasilitas sekolah disediakan
seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit, dan pemandian.
Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan di dalam Islam
adalah membentuk manusia yang: (1) Memiliki kepribadian Islam; (2) Handal
menguasai pemikiran Islam; (3) Menguasai ilmu-ilmu terapan IPTEK (ilmu,
pengetahuan, dan teknologi); dan (4) Memiliki keterampilan yang tepat guna dan
berdaya guna.
Selain itu kurikulum yang digunakan berazaskan akidah Islam dan
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pun tidak boleh keluar darinya. Sehingga akhirnya akan dibentuk kepribadian Islam.
Pembentukan ini dilakukan dalam semua jenjang pendidikan sesuai dengan proporsinya.
Dari sini kita melihat bagaimana sistem pendidikan mampu berjaya dan berada dalam masa
kegemilangan nya saat berada dalam naungan daulah Khilfah. Maka jika kita ingin
sejarah kegemilangan Islam kembali berulang tidak ada solusi lain, selain
kembali kepada aturan Islam.