KRITIK KURIKULUM PENDIDIKAN, DASAR ARAH PEMBANGUNAN GENERASI TAK JELAS




OLEH : SITI MURLINA SAg

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) meminta agar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makariem agar segera diganti.

Dia melihat saat ini terjadi krisis atau darurat pendidikan sepanjang pandemi covid-19 belum bisa tertangani dengan baik. Dan belum ada terobosan yang dilakukan Nadiem sebagai solusi dalam mengatasi darurat pendidikan nasional.

Oleh karena itu, dia sudah meminta Ketua Komisi X DPR yang juga Ketua DPW PKB Jawa Barat Syaiful Huda untuk mengambil inisiasi atas krisis stagnasi pendidikan nasional saat ini.

Dia menambahkan hingga sekarang tidak ada terobosan yang nyata yang bisa dirasakan Mendikbud dalam menangani darurat pendidikan nasional. Kondisinya sekarang butuh penanganan yang serius, tidak bisa sambil lalu.

Gambaran diatas menjelaskan bahwa ketidakseriusan pemerintah dalam menangani kondisi pendidikan saat ini. Dalam sistem sekuler orientasi dari kurikulum pendidikan tersebut diarahkan pada pengetahuan dan skill semata. Pemerintah tidak punya kisi-kisi yang jelas dan terkesan tidak serius pula. Terang saja hal tersebut menuai kritisi diberbagai kalangan.

Mendikbud Nadiem Makariem, memetakan dasar kurikulum pendidikan saat ini. Dalam sistem pembelajaran berbasis proyek atau project based learning. Yaitu kolaborasi dunia pendidikan dengan sektor industri. Program utama kurikulum pendidikan berbasis pendidikan vokasi dan konsep link-match. Dalam sistem ini terjadi proses timbal balik.

Tampaknya dasar dari kurikulum ini masih menyasar pada peluang teknis saja. Aspek mendasar yang terkait dengan visi pendidikan belum tersentuh sempurna.

Karena itu, hendaklah visi-misi pendidikan era pandemi itu juga mengandung program penjagaan generasi, yakni tentu saja berupa penguatan landasan kehidupan. Ini baik dari sisi akidah maupun keterikatan peserta didik terhadap hukum syariat.

Jadi kurikulum yang berbasis vokasi ini akan melahirkan output yang ilmuan profesionalitas, namun kering spiritual. Visi dan misi hidupnya diarahkan hanya bagaimana meraih materi sebanyak-banyaknya. Mencetak generasi buruh hanya untuk berburu upah. Gaya hidup yang serba hedonis, permisif dan sekuleristik, daya nalarnya tumpul dan mudah termakan isu-isu negatif.

Karena dalam sistem sekarang generasi muda harus dituntut profesional dan produktif, sesuai dengan semboyan  "kerja, kerja, kerja". Sedangkan produktif dalam sistem sekarang adalah kreatif menghasilkan uang, totalitas dalam bekerja dan mandiri dalam wirausaha.

Dalam kacamata Islam, generasi muda dibentuk bukan hanya sekedar produktif bekerja saja. Namun lebih dari itu keberkahan usia produktif ini adalah salah satu modal besar dalam membangun sebuah peradaban. Dia harus menyadari betul perannya sebagai hamba Allah. Kewajiban antara dunia dan akhirat harus seimbang. Seperti tidak meninggalkan aktivitas dakwah, membina umat dan berjuang untuk menegakkan hukum Allah agar tegak di muka bumi.

Sebab dibalik gemilang dan hancurnya peradaban selalu ada peran generasi mudanya disana. Sebab disitulah rahasia bagaimana sebuah peradaban dibangun. Potensi generasi muda sebagai pelopor perubahan semestinya diberdayakan untuk membangun peradaban Islam.

Seperti inilah sistem pendidikan generasi yang akan diemban oleh negara Islam, Khilafah Islamiah. Khilafah akan memfasilitasi pendidikan tidak hanya sekadar fisik, tapi juga memosisikan pendidikan sebagai instrumen ketakwaan. Yakni senantiasa menyuasanakan peserta didik dalam rangka penghambaan kepada Allah SWT.

Tersebab hal itu, Khilafah tidak akan mengajarkan materi-materi yang bertentangan dengan keyakinan Islam. Yang dengannya, Khilafah membangun sistem pendidikan untuk menghasilkan generasi berkepribadian (syakhsiyah) Islam.

Tak heran, sistem pendidikan Islam selain menghasilkan generasi berilmu pengetahuan, para peserta didik juga menjadi generasi yang menjadikan Islam sebagai satu-satunya dasar untuk berpikir dan bertingkah laku.

Kemudian dari aspek teknis dan mekanisme pengajaran, sistem pendidikan menghadirkan kurikulum berupa keterampilan dan pengetahuan praktis untuk kehidupan. Ini meliputi ilmu berhitung (matematika), sains, keterampilan menggunakan peralatan elektronik, perlengkapan rumah tangga, alat-alat pertanian/industri, juga pembelajaran olahraga yang bervisi dakwah dan jihad. Tak ketinggalan, negara Khilafah juga mempersiapkan kurikulum untuk menyiapkan peserta didik memasuki jenjang pendidikan tinggi (universitas).

Sungguh, sistem pendidikan Khilafah memberikan peluang besar akan adanya integrasi pengajaran secara holistik dari akidah hingga praktiknya. Dengan demikian, adalah suatu yang niscaya bahwa sistem pendidikan Islam mampu menjadi instrumen yang mumpuni dalam rangka menyediakan para pelaku konstruksi peradaban mulia.

Peradaban demokrasi kapitalis sudah menunjukkan tanda kematiannya. Bukankah sudah saatnya kini giliran Islam tampil sebagai peradaban unggul di pentas dunia? Tentu dimulai dari generasi mudanya. Pemuda, jadilah pelopor perubahan, promotor kebaikan Islam, dan pionir kebangkitan. Indonesia dan dunia berkah dengan Khilafah. Sebagaimana janji Allah SWT yang tertera dalam Al Qur'an yang berbunyi:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Artinya:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. ( Surat An-Nur (24):55)

Wallahu A' lam bishshawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak