Ketahanan Pangan Dan Melonjaknya Harga Kedelai



Oleh : Rika Annisa (Aktivis dakwah)
      Ibarat hujan yang tak henti, belum usai rakyat merintih akan wabah ini dan malah ditambah lagi dengan naiknya harga pangan saat ini,  yang mana seharusnya rakyat hidup dengan nyaman dari hasil tanam sendiri, ditambah dengan kebutuhan semakin meningkat sedangkan penghasilan tak menetap.
 Padahal negeri ini tumbuh hamparan palawija, dan rakyat nya hanya mampu jadi pekerja dan tak mampu membeli nya, dimana harga bahan pokok semakin meningkat padahal seluruh daerah memiliki hamparan sawah yang mana dapat menghasilkan berton – ton beras, yang tidak mungkin membuat kurang lalu mengapa saat ini malah berbanding terbalik dengan kenyataan dimana harga bahan pokok naik, yang  rakyat hidup dengan serba kekurangan ditambah lagi  terjepitnya rakyat dalam ekonomi saat ini, inilah yang kami alami sebagai rakyat yang pemerintah tak peduli. 

Memang kita prihatin di tengah-tengah kondisi prihatin seperti saat ini, ada pihak-pihak tertentu yang sengaja menimbun barang (yang sangat dibutuhkan masyarakat) untuk kemudian dijual mahal, dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan juga di negara-negara maju. Motivasi mencari untung besar terkadang dapat membutakan seseorang untuk melakukan cara-cara yang kurang elok atau dilarang agama dan hukum demi keuntungan, salah satunya menimbun barang sehingga terjadi kelangkaan dan akhirnya menjualnya saat harga tinggi untuk mendapatkan keuntungan besar. 

TEMPO.CO, Jakarta - Para pengrajin tahu tempe di Komplek KOPTI Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, memulai kembali produksi, setelah sempat mogok hingga 3 Januari 2020. Tapi, mereka masih merasakan kenaikan harga kedelai di pasaran. Salah satunya yaitu pemilik usaha produksi tahu tempe bernama Aziz, 25 tahun. Beberapa waktu lalu, dia masih membeli kedelai dengan harga Rp 9.100 per kg. Tapi, beberapa hari ini naik menjadi Rp 9.300 per kg. "Iya naik lagi," kata Aziz saat ditemui di lokasi usahanya pada Kamis, 7 Januari 2021. Harga ini juga jauh lebih mahal dari yang dibeli Aziz sekitar 4 atau 5 bulan lalu, yang masih Rp 6.000 per kg. Sebelumnya, harga kedelai di pasaran naik dari semula Rp 6.500 menjadi Rp 9.500. 
Kementerian Perdagangan menyebut penyebabnya adalah harga kedelai internasional yang meningkat, akibat lonjakan permintaan dari Cina ke negara produsen, Amerika Serikat.  Akibat harga kedelai yang melonjak, produsen tahu dan tempe di Indonesia sempat mogok beberapa hari sampai 3 Januari 2020. Di beberapa rumah makan, ada yang tetap menjual tahu - tempe dengan harga lebih mahal. Ada juga yang memilih tidak menjual sama sekali.  Akibat situasi ini, Aziz pun akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga jual produknya. Dari semula Rp 500 per satuan tahu, naik menjadi Rp 600 per satuan. Ukuran tahu pun juga dicetak lebih kecil dari biasanya.

Dan bagaimana cara islam menyikapi permasalahan ini Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah orang melakukan ikhtikar itu melainkan berdosa” (HR Muslim Nomor 1605). Hadis lain yaitu “Orang yang mendatangkan barang akan diberi rezeki, dan yang menimbun barang akan dilaknat,” (HR Ibnu Majah Nomor 2153). Islam bahkan mengatur lebih dari pada ini akankah kita harus tetap bersama didalam sistem ini dan meninggalkan sistem yang amat sangat mulia yang dimana dipimpin oleh seorang khalifah dimana seperti jaman Rasulullah SAW terdahulu, marilah kita sama - sama kembali kepada syariat. Wallahu a’lam bis shawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak