Oleh : Ratna Ummu Nida
Tahun 2020 telah berlalu, memasuki 2021 banyak orang berharap tahun ini lebih baik dari tahun lalu, salah satunya adalah berharap semoga pandemi Covid-19 ini segera berakhir.
Namun harapan itu sepertinya tidak dapat terwujud dalam waktu dekat mengingat beberapa waktu lalu justru ditemukan corona varian baru di Inggris.
Varian baru corona yang ditemukan di Inggris disebut lebih menular dan menyebar dengan cepat ke berbagai negara. Hingga saat ini, 22 negara telah mendeteksi adanya varian baru Corona di wilayah mereka.
Jenis varian baru Corona ini dinamakan VUI-202012/01 karena varian pertama yang diselidiki pada bulan Desember. Varian baru Corona tersebut pertama kali dilaporkan di Inggris dan disebut 70 persen lebih mudah menular.
Ke-22 negara itu adalah Inggris, Denmark, Swedia, Jerman, Perancis, Spanyol, Swiss, Belanda, Italia, Kanada, Jepang, Yordania, Lebanon, Nigeria, Singapura, Australia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Norwegia, India, Pakistan, dan Chili (detik.com, 31/12/2020).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh semua pihak dan pemerintah untuk menuntaskan pandemi ini namun hasilnya belum maksimal. Belum lagi sempat pemerintah memberikan vaksin kepada warga, varian baru virus ini muncul. Tentu semakin menambah kekhawatiran semua.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pandemi Covid-19 tidak akan menjadi pandemi terakhir. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, sudah waktunya untuk belajar dari pandemi Covid-19. "Sudah terlalu lama, dunia telah beroperasi dalam siklus kepanikan dan pengabaian," katanya (Sindonews.com,27/12/2020).
Pernyataan WHO ini merupakan bentuk pengakuan kegagalan sistem sekularisme dalam menghentikan laju sebaran virus Covid-19 ini. Kondisi ini terjadi karena ada kesalahan penanganan sejak awal pandemi.
Pandemi ini akan mampu dikendalikan apabila negara totalitas dan fokus pada keselamatan nyawa manusia. Alasan menyelamatkan perekonomian, negara justru menomorduakan dan mengabaikan keselamatan rakyat. Walhasil apa yang kita rasakan sampai saat ini justru pandemi tak kunjung usai, perekonomian kacau, utang negara pun kian menggunung.
Berbeda dengan sistem sekular, Islam telah memberikan tuntutan dan solusi kaffah saat pandemi terjadi di suatu daerah.
Pertama, sejak awal pemimpin dalam sistem Islam Khilafah akan melakukan Test-Trace-Treatment (3T) di mana Khalifah akan memisahkan orang sehat dari orang sakit. Kemudian akan memberlakukan tes massal, baik rapid test maupun swab test secara gratis bagi warganya. Bagi mereka yang terinfeksi, negara mengurus pengobatannya hingga sembuh.
Hal ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw.
_"Janganlah kalian mencampurkan orang yang sakit dengan yang sehat"._ *(HR. Bukhari)*
Kedua, Khilafah berupaya maksimal menutup wilayah sumber penyakit, sehingga penyakit tidak meluas dan daerah yang tidak terinfeksi dapat menjalankan aktivitas sosial ekonomi mereka secara normal tanpa takut tertular. Selain itu, upaya ini membuat penguasa fokus menyelesaikan kasus di daerah terdampak wabah.
Sebagaimana Rasulullah saw bersabda :
_"Jika kalian mendengar wabah di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Jika wabah di tempat kalian berada, janganlah kalian keluar dari wilayah itu_ *(HR. Bukhari)*.
Ketiga, bagi masyarakat di daerah wabah yang tidak terinfeksi penyakit, Khalifah akan menjamin seluruh kebutuhan pokok mereka. Khalifah menjamin protokol kesehatan dapat dilakukan semua rakyatnya. Upaya ini memutus rantai penularan virus penyakit.
Keempat, Khalifah menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan yang cukup dan memadai bagi rakyat, tanpa menzalimi tenaga medis/instansi kesehatan.
Kelima, Khalifah mendukung penuh dengan menyediakan dana yang cukup untuk melakukan riset terhadap vaksin agar segera dapat ditemukan.
Semua mekanisme ini ditopang sistem keuangan Khilafah berbasis baitulmal, bukan berbasis ribawi, sehingga negara tidak lagi bergantung terus-menerus kepada negara kapitalis asing.
Istimewanya, dorongan iman warga negara Khilafah menjadi modal berharga bagi negara, sehingga rakyat percaya kepada penguasa dan patuh pada protokol kesehatan yang ditentukan. Sebab, rakyat ingin mendapatkan pahala dengan taat kepada pemimpin yang amanah menjalankan perintah Allah SWT. (Dikutip dari MNews).
Wallahu a’lam bishshawwab.
Tags
Opini