Kematian Nakes Tertinggi Se-Asia, Indikasi Lamanya Peran Negara





Penulis : Siti Fatimah (Pemerhati Sosial dan Generasi)


Sungguh dasyat dampak dari libur panjang Natal dan tahun baru serta pilkada tahun 2020 lalu terhadap perkembangan penyebaran virus corona. Melonjaknya kasus penambahan pasien positif covid-19 mulai dirasakan seiring dengan penuhnya mayoritas rumah sakit di berbagai daerah. Berdasarkan Data Terbaru Corona dari situs CNN Indonesia, penambahan kasus baru per 7 Januari melampaui angka 9.321 orang sehingga total kasus positif covid-19 menjadi 797.723 orang. Sementara kasus pasien meninggal dunia mencapai 659.437 orang dengan penambahan 6.924 orang.

Bahkan jumlah tenaga medis yang meninggal dunia akibat infeksi virus corona sudah mencapai lebih dari 500 orang. Angka ini menjadikan Indonesia memecahkan rekor tingkat kematian nakes tertinggi di seluruh Asia Tenggara serta masuk dalam peringkat lima besar negara dengan kematian tenaga medis dan kesehatan tertinggi di dunia.

"Sejak Maret hingga akhir Desember 2020 terdapat total 504 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Covid-19," ujar Adib dikutip dari siaran pers PB IDI pada Sabtu (2/1/2021).
"Jumlah itu terdiri dari 237 dokter dan 15 dokter gigi, 171 perawat, 64 bidan, 7 apoteker, 10 tenaga laboratorium medis," tuturnya.(nasional.kompas.com, 02/01/2021)

Hal ini disebabkan penanganan pandemi yang tidak tepat sejak awal. Sebelum virus masuk ke dalam negeri seharusnya pemerintah serius melakukan langkah-langkah pencegahan, seperti menutup akses masuk seperti bandara internasional dan pelabuhan-pelabuhan ataupun menempatkan tenaga medis pada setiap akses masuk tersebut. Apabila penyebaran virus tetap terjadi, lockdown lokal semestinya menjadi langkah pilihan terhadap daerah dimana suspect kasus pertama virus corona ditemukan. Segera melakukan tracing dan isolasi terhadap mereka yg terkonfirmasi positif.
Hingga saat ini penyelesaian yang diambil oleh pemerintah dinilai masih jauh dari efektif bahkan bisa dibilang sangat buruk. Tingkat penularan yang relatif tinggi sekitar 14-15% (10% lebih tinggi dari standar maksimal yang ditetapkan oleh WHO). Pemerintah juga dinilai gagal mencapai standar 3T (Testing Tracing Treatment).

Selama ini tes yang dilakukan pun masih sangat sedikit, entah karena biaya tes yang cukup mahal ataukah terkendala oleh ketersediaan alat. Tracing terhadap orang-orang yang diduga berinteraksi dengan pasien covid-19 pun juga sangat minim. Rasio pelacakan terhadap mereka hanya 1:3. Padahal aturan tracing seharusnya menggunakan skala 1:30 artinya 1 orang terkonfirmasi positif. Maka setidaknya ada sekitar 30 orang yang dilacak dan diperiksa. Selain itu rumah sakit rujukan yang ditunjuk oleh pemerintah penuh dalam waktu yang relatif singkat, minimnya ketersediaan obat-obatan dan ventilator semakin menambah buruk keadaan.

Sungguh sangat memprihatinkan, tenaga medis yang berjuang di garda terdepan harus berjatuhan dikarenakan kurang sigapnya pemerintah dalam menangani pandemi ini. Terlebih lagi APD yang tersedia sangat minim dan tidak mencukupi kebutuhan. Pemerintah lebih mengutamakan mengekspor APD daripada memberikannya kepada para tenaga medis dalam negeri. Tidak adanya tunjangan khusus bagi mereka ataupun penghargaan kepada para nakes yang telah wafat demi tugas nan mulia.

Sistem kesehatan yang diterapkan pemerintah saat ini sungguh sangat berbeda dengan sistem kesehatan dalam kekuasaan Islam. Kesehatan adalah kebutuhan primer. Wajib bagi pemerintah Islam atau Daulah Islam untuk memenuhinya secara cuma-cuma dengan pelayanan yang maksimal.

Selain itu Islam menganjurkan kepada umat untuk membudayakan hidup sehat. Membiasakan diri menjaga kebersihan pakaian dan lingkungan sekitar serta menjaga wudhu. Makan makanan sehat seperti buah-buahan, susu, dan madu. Sering berpuasa untuk menjaga sistem pencernaan dan sebagainya.

Gaya hidup sehat akan meminimalisir datangnya penyakit. Dalam hal pengobatan, Islam memiliki metode atau teknik pengobatan syar'i yang khas seperti bekam dan metode rukyah.
Pemerintah dalam hal ini benar-benar berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan rakyatnya bukan hanya sebagai regulator semata yang menjadikan kesehatan sebagai komoditas guna mencari keuntungan sehingga mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Islam sangat menghargai setiap nyawa manusia. Islam juga sangat menjaga nyawa atas setiap muslim karena ia sangat berharga, lebih berharga dari dunia dan seisinya.
Seorang pemimpin(khalifah) yang diberikan amanah oleh umat wajib menjaga setiap individu dari rakyatnya. Memenuhi segala kebutuhan hidup mereka atas kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, dan papan. Memberikan pelayanan yang baik dalam bidang kesehatan, pendidikan serta sarana dan prasarana lain yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Kekuasaan yang diberikan untuk seorang pemimpin(khalifah) harus digunakan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan umat karena amanah tersebut kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Wallahu a'lam bish showab. []

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak