Kapitalisme Mendongkrak Generasi Demi Korporasi


Oleh: Andini Helmalia Putri

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Google, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka menyelenggarakan program Bangun Kualitas Manusia Indonesia (Bangkit) 2021. (Kompas.com, 08/01/2021). Dalam program Bangkit 2021, kemendikbud bekerja sama dengan Google untuk menjaring 3.000 mahasiswa jadi talenta digital. Alih-alih program itu, bertujuan untuk menyiapkan 9 juta talenta digital terampil pada tahun 2030. 

Tidak hanya itu, ditjen dikti kemendikbud juga merombak lima program kurikulum SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), hal ini bertujuan untuk meningkatkan minat terhadap pendidikan vokasi. Perwujudan dari strategi tersebut di antaranya pemasaran dengan mengembangkan beragam konten menarik terkait pendidikan vokasi di platform digital. Dilansir detiknews.com/09/01/2021.

Tak bisa dipungkiri, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, salah satunya di bidang pendidikan, arah tujuannya adalah pemberdayaan potensi generasi yang berbasis pelibatan korporasi. Arus globalisasi dan kemajuan tekhnologi, menjadikan persaingan dunia kerja, akhirnya pemerintah terus mencanangkan program-program yang dapat meningkatkan SDM dan mampu berkompeten di dunia bisnis baik dalam dan luar negeri. Sehingga melakukan terobosan baru yang mampu menciptakan generasi muda yang unggul. sistem kapitalisme sekulerisme yang mengakar di negeri ini, tidak bisa dilepas  dalam ranah kehidupan, alih-alih yang dikejar adalah kebahagiaan duniawi semata. Mencari kesenangan dan kepuasan nafsu belaka. Wajar saja, dalam sistem kapitalisme kebebasan sangat dijunjung oleh para penganutnya. Kerja keras menghasilkan uang/kekayaan sehingga kesenangan dan kebebasan menjadi tujuannya.

Sejatinya, program yang dicanangkan pemerintah seolah melelang generasi unggul, menyerahkan potensi generasi pada korporasi asing. Tidak lain, ini adalah demi kepentingan para kapitalis. Bukan semata-mata untuk kesejahteraan rakyat, dengan menciptakan generasi unggul dan mandiri. 

Berbeda dengan sistem Islam, arah pendidikan dalam Islam adalah menghasilkan generasi yang bertakwa, unggul, tangguh, mandiri dan menjadi generasi emas peradaban, tidak bergantung pada korporasi asing. Negara sepenuhnya memberdayakan potensi generasi didalam negeri, menciptakan SDM unggul dalam mengelola SDA dengan sebaik-baiknya, dan kelak hasilnya diperuntukkan mutlak untuk kesejahteraan rakyat. 

Selain itu, generasi Islam tidak hanya unggul dalam IPTEK saja, akan tetapi merupakan investasi orang tuanya di akhirat kelak. Dengan mempunyai anak yang sholih/sholiha dapat menjadi penolong orang tua, untuk bisa bersama-sama masuk ke syurgaNya Allah Subhanahu wata'ala. Dan ini akan menjadi amal jariyah yang pahalanya tidak akan terputus  walau seseorang itu sudah meninggal dunia. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

“Ketika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali 3 (perkara) : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa baginya.”

Oleh karena itu, negara (Khilafah) menjamin generasi Islam yang dapat membangun peradaban karena pada hakikatnya mereka adalah anak-anak umat (abda'ul ummah) yang menjadi kebanggan Islam.  Karena kontribusinya pada peradaban Islam yang gemilang. 

Wallahu a'lam bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak