Oleh:
Endah Husna
Ditengah arus deras kebebasan dalam segala bidang, Suami yang oleh Allah
SWT titahkan sebagai Qowwam atau pemimpin bagi istri dan anak-anaknya, harus
tahu betul apa yang menjadi tugas utamanya, agar hisabnya kelak dihadapan Allah
SWT dapat dipertanggungjawabkan.
Inilah kewajiban yang turun langsung dari Allah SWT untuk para suami
pendamba Surga, yakni yang terdapat dalam Firman Allah SWT, dalam QS. At-Tahrim
ayat 6 yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan."
Sebagaimana penjelasan dari
Republika.co.id, 02 Mei 2020, ayat itu turun kepada Rasulullah SAW, Imam Ja'far
As-Shadiq menceritakan, seorang sahabat menangis dan berkata, "Aku tidak
mampu menguasai diriku dan kini diberi beban dengan keluargaku."
Mendengar keluhan itu, Nabi SAW bersabda,
"Perintahkan keluargamu sebagaimana engkau diperintahkan. Ikuti dan cegah
keluargamu sebagaimana engkau dilarang mengerjakan."
Imam Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna
ayat itu, "Didiklah diri dan keluargamu dengan perbuatan baik dan
saleh." Allah Ta'ala secara tegas memerintahkan kita untuk mendidik diri
sendiri dan keluarga dengan ajaran-ajaran agama. Dengan begitu, terbentuklah
suatu keluarga Muslimin yang bertakwa.
Dampaknya bisa menjalar secara luas. Sebab, bila institusi keluarga
baik, maka negara pun baik. Keluarga merupakan "negara kecil." Dalam
arti, bila ingin mewujudkan negara yang baldatun thoyyibatun wa Rabbun ghafur,
maka kita harus mulai dari keluarga.
Perintah ini menjadi lebih jelas bagi pihak
laki-laki, yakni kepala keluarga. Pihak ini adalah pemimpin. Dan, tiap pemimpin
akan dimintai pertanggungjawaban. Ingatlah sabda Rasulullah SAW: "Kalian
semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas
yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin,
wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh
kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas
yang dipimpin” (Muttafaqun alaihi).
Tanggung jawab juga meliputi hubungan antara orang tua dan anak. Tugas
orang tua tak sekadar memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan untuk para
buah hatinya. Lebih dari itu, anak-anak juga perlu kasih sayang dan didikan
yang mantap, terutama dalam bidang agama.
Janganlah menjadi orang tua yang terlampau
sibuk dalam mengejar karier di luar rumah sehingga lalai dari mendidik
anak-anak. Jadilah orangtua yang yang rajin mengaji, belajar Agama Islam hingga
tidak lalai dari mendidik anak-anak.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah menasihati,
"Siapa yang tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya, dan
meninggalkannya begitu saja, maka ia sungguh telah melakukan kejelekan yang
paling besar kepada mereka."
Akankah kita berdiam diri dari bersegera untuk mengajak diri kita dan
anggota keluarga untuk bertakwa kepada Allah SWT secara kaffah atau total?
Wallahu A'lam