Oleh : Ummu Hanif, Anggota Lingkar Penulis Ideologis
Diskusi lintas agama yang mengusung tema “Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam Kebhinekaan" beberapa waktu yang lalu di Jakarta, membawa beberapa hal yang mengundang perdebatan. Dalam sambutannya Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas menyatakan bahwa aspirasi islam bila berada di tangan orang yang salah akan menyebabkan berkembangnya populisme Islam.
Masih menurut Menag, populisme Islam yang terus berkembang dapat mengganggu kebhinekaan Indonesia. Oleh karenanya dia menegaskan agama harus dijadikan sebagai sumber inspirasi bukan aspirasi. (Antaranews, 27/12/2020)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Inspirasi bermakna proses yang mendorong atau memotivasi pikiran untuk melakukan suatu tindakan. Sedangkan aspirasi adalah harapan tujuan untuk keberhasilan pada masa yang akan datang.
Oleh karena itu inspirasi dan aspirasi adalah dua hal yang tidak boleh dipisahkan. Sebagai muslim tentunya menjadikan Islam sebagai aspirasi adalah suatu keharusan atau bisa dikatakan suatu kewajiban.
Menanggapi pernyataan Menag, Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menilai justru Islam adalah agama inspiratif dan aspiratif. Artinya bahwa seorang muslim ketika bertindak dalam semua aspek kehidupannya, justru terinspirasi dari Alquran dan Hadits. (Media Umat, 30/12/2020)
Adalah hal yang sangat tidak wajar terjadi bila seorang muslim di satu sisi mendapat inspirasi dari Islam namun di sisi lain bertindak dan mengambil sumber hukum di luar Islam serta menyampaikan keinginan atau pendapat di luar pemikiran islam. Selain itu belum ada bukti nyata agama yang diturunkan oleh Allah, Tuhan Pencipta Alam Semesta mengakibatkan perpecahan di kalangan manusia. Sejarah telah membuktikan sejak pertama kalinya islam diformatkan dalam bentuk negara. Rosulullah telah menyatukan kaum anshor dan muhajirin yang beragama islam. Dimana mereka hidup berdampingan dengan orang musyrik dan juga yahudi.
Lebih dari itu, dalam surat Al An'am ayat 153, Allah melarang perpecahan. Allah berfirman yang artinya: “Dan bahwa inilah jalanku yang lurus maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kalian dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kalian bertakwa.”
Apabila dicermati perpecahan (disintegrasi) bangsa sebenarnya tidak ada hubungan sama sekali dengan penerapan syariat Islam. Misalnya lepasnya Timor Timur dari Indonesia adalah salah satu bukti bahwa disintegrasi terjadi karena adanya referendum yang difasilitasi dalam sistem demokrasi bukan karena Indonesia menerapkan syariat Islam dalam bernegara.
Para pakar sejarah juga mengakui kebaikan Islam dalam menghormati agama lain. Salah satunya, TW Arnold dalam bukunya The Preacing of Islam: A History of Propagation of The Muslim Faith, ia banyak membeberkan fakta kehidupan beragama dalam naungan Daulah Islam.
Sungguh Islam diturunkan Allah SWT sebagai agama yang lengkap dan sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karenanya tidaklah berlebihan jika kaum muslimin menjadikan Islam sebagai aspirasi sekaligus inspirasi, bahkan hal ini adalah suatu keharusan sebagai umat islam seutuhnya.
Wallahu a’lam bi ash showab.