Oleh: Novi Dyah R., S.Pd
Pendidik, Aktivis dakwah dan Member AMK
Tahu tempe adalah salah satu makanan favorit keluarga Indonesia. Harganya murah dan bernilai gizi tinggi. Namun beberapa pekan terakhir ramai diberitakan tahu dan tempe menghilang dari pasaran. Kalaupun ada, harganya mahal dan ukurannya menjadi kecil.
Di lansir dari (merdeka.com. 4/01/2021) Ketiadaan tahu dan tempe di pasaran merupakan imbas dari bentuk protes terhadap kenaikan harga kedelai dari Rp 7.200 menjadi Rp 9.200 per kilogram (kg). Mahalnya bahan baku kedelai sebagai bahan utama pembuatan tahu dan tempe mengakibatkan para pelaku usaha kecil dan menengah menghentikan produksinya.
"Terhitung mulai 1 hingga 3 Januari 2021, kita stop produksi. Ada sekitar 5.000 pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memproduksi tahu dan tempe, sepakat untuk mogok produksi," kata Handoko Mulyo, Sekretaris Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta. ( Merdeka.com, 4/01/ 2021)
Libur produksi atau mogok massal dilakukan oleh pengusaha tahu dan tempe hampir di seluruh Indonesia. Dengan adanya libur produksi massal ini, pengusaha tahu-tempe berharap ada perhatian dari pemerintah, agar menekan harga kedelai segera turun.
---------000--------
*Dampak Kenaikan Pangan*
Tiga hal yang harus terpenuhi dan menjadi prioritas dalam kehidupan manusia adalah tersedianya sandang, pangan dan papan. Tentunya selain akses kesehatan dan pendidikan yang murah. Ketiadaan bahan pangan akan mengakibatkan naiknya harga bahan pangan. Kenaikan harga bahan pangan jelas berdampak pada keluarga. Apalagi disaat pandemi, kebutuhan hidup terasa bertambah berat.
Di satu sisi kesehatan anggota keluarga harus tercukupi, di sisi yang lain tidak ada pemasukan yang memadai. Sehingga ibu, sebagai pengelola keuangan keluarga harus memutar otak agar semua asupan gizi keluarga tercukupi. Pilihan tentu pada bahan makanan yang murah namun nilai gizinya tinggi, ada pada tahu tempe. Namun ketiadaan tahu tempe menyebabkan kebutuhan gizi jadi tidak terpenuhi.
Kebutuhan gizi yang tidak dapat dipenuhi, berdampak pada kesehatan anak. Pertumbuhan anak tidak optimal (stunting) karena tidak mendapat asupan makanan yang cukup untuk membantu tumbuh kembang fisik dan mentalnya.
Sejatinya generasi yang mempunyai kondisi fisik yang tangguh dan intelegensia yang tinggi, sangat diperlukan untuk melaksanakan pembangunan di masa depan. Di pundak mereka kelak peradapan yang gemilang disandarkan.
*Cara Islam mewujudkan kemandirian pangan*
Segala masalah yang dihadapi negeri ini karena diterapkannya demokrasi kapitalisme. Kini saatnya demokrasi kapitalisme ini ditinggalkan dan dibuang ke dalam sampah peradaban karena tak mampu mengatasi masalah manusia, kehidupan dan alam semesta. Kini saatnya untuk kembali kepada aturan yang bersumber dari Sang Pencipta, yakni aturan Islam. Allah sudah menetapkan aturan Islam untuk mengatur urusan manusia dan telah terbukti mampu menyejahterakan dan menjadi solusi bagi kehidupan selama 1300 tahun.
Dalam Islam, penguasa (khalifah) meriayah semua urusan umat. Dan menjadi kewajiban bagi penguasa untuk menjalankannya semaksimal mungkin. Penguasa harus mengedepankan pemenuhan kebutuhan rakyat, bukan pemenuhan kebutuhan kelompok atau golongan, apalagi kebutuhan keluarga sendiri. Ada pemahaman ruhiyah dalam kekuasaan yang diembannya. Karena kelak penguasa akan dimintai pertanggungjawaban akan amanah ini.
Kebijakan penguasa Islam dalam menangani masalah pangan dengan menghentikan impor dan memberdayakan sektor pertanian. Negara dapat memberikan subsidi yang mendorong petani dapat memproduksi pangan dengan biaya produksi yang ringan. Subsidi dapat berupa pupuk, mesin-mesin produksi pertanian, bantuan obat /insektisida untuk pemberantasan hama dan gulma, serta pengadaan benih pertanian yang bermutu. Dengan memberikan subsidi yang besar kepada para petani maka keuntungan petani menjadi besar pula. Sehingga ketersediaan pangan dapat tercapai.
Selain mengembangkan ilmu dan teknologi pertanian, Negara membiayai berbagai penelitian dan penemuan di bidang iptek pertanian guna meningkatkan swasembada pangan. Pelaksanaan program swasembada pangan, dapat meningkatkan produktivitas pangan dalam negeri. Jika kebutuhan pokok setiap individu dalam negeri sudah terpenuhi dengan baik, Negara dapat melakukan ekspor pangan ke berbagai Negara lain.
Keberhasilan swasembada pangan akan berdampak pada ketersedian pangan di pasaran. Agar tidak terjadi lonjakan harga ataupun kelangkaan barang di pasaran, Islam menjaga stabilitas harga. Tidak diperbolehkan terjadi penimbunan barang dan permainan harga. Negara juga mendistribusikan kebutuhan pangan setiap individu. Sehingga akan diketahui berapa banyak kebutuhan setiap keluarga yang harus dipenuhi Negara.
Begitulah cara Islam mengatasi pangan sehingga kemandirian pangan dapat terwujud. Dengan menerapkan aturan Allah dan mencampakkan aturan selainnya. Sungguh, semua ini hanya bisa terwujud jika sistem pemerintahan berlandaskan syariat Islam. Wallahu a’lam bishowab.