Hingga saat ini, meski sudah terjadi pergantian tahun, akan tetapi kondisi rakyat tiada mengarah kepada kebaikan dalam kehidupannya. Tentunya masih lekat dalam ingatan, betapa sepanjang tahun 2020 yang lalu pandemi covid-19 senantiasa membersamai. Bahkan, memasuki tahun 2021 saat ini pun covid-19 masih menyertai kita. Tak cukup hanya itu saja, berbagai peristiwa demi peristiwa yang begitu menyesakkan dada menimpa rakyat akibat kelalaian penguasa.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Hal ini dikarenakan, para penguasa beserta kroninya telah terasuki kapitalisme-sekularisme. Mereka lebih mementingkan kesejahteraan pribadi beserta partainya. Bagi mereka, nasib rakyat tiadalah menjadi prioritas utama. Banyaknya korban di pihak rakyat merupakan wujud dari sikap tiada peduli para petinggi bangsa.
Potret buram tak henti menghiasi album negeri yang dikenal gemah ripah loh jinawi ini. Fakta berbagai kerusakan itu bisa dilihat dari semakin tumbuh suburnya korupsi yang tak ada ujung pemberhentiannya, adanya persekusi terhadap para ulama dengan menghalalkan segala cara, kasus pornografi pornoaksi seolah tak bisa dicegah, keguncangan keluarga, narkoba dan miras, meluasnya komunitas eLGeBeTe, menjamurnya kriminalitas dan lain-lain. Hal ini menunjukkan betapa penguasa telah mengalami kegagalan dalam menjaga rakyatnya, terkhusus para generasi agar tetap lurus pada fitrah kebaikan.
Bahkan, di saat tahun 2020 menjelang tutup usia, tepatnya pada tanggal 7 Desember 2020 telah terjadi sebuah tragedi penembakan terhadap 6 laskar FPI yang dilakukan oleh aparat kepolisian. Hingga kini masih menyisakan tanya, tentang drama di balik itu semua (wartaekonomi.co.id, 8/12/2020).
Jika ditelisik lebih mendalam lagi, sebenarnya segala problematika yang muncul saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, akar penyebabnya berujung pada satu hal, yaitu tidak diterapkannya syariat Allah SWT dalam semua lini kehidupan.
Secerdas apapun seorang manusia, ia pasti memiliki keterbatasan dan kelemahan. Itu sudah alamiah adanya. Sehingga, di saat hak membuat hukum diserahkan kepadanya, disinyalir tidak akan bisa mengantarkan manusia pada kehidupan yang lebih baik. Justru, keterpurukan yang akan senantiasa dihadapinya hari demi hari.
Manakala hukum Allah SWT telah dicampakkan, maka kehidupan akan jauh dari keberkahan. Semesta seakan marah menyaksikan bangsa yang berbangga mengumpulkan dosa. Sebuah kemaksiatan buatan manusia yang begitu melampaui batas. Terbukti, bencana alam mendera beberapa wilayah di Nusantara. Parahnya lagi, umat dijauhkan dari hakikat risalah Islam yang benar dengan makar pengarusan ide-ide moderasi Islam pesanan Barat. Ini merupakan upaya deideologisasi dan liberalisasi Islam melalui berbagai macam program. Padahal, satu-satunya kunci kebangkitan umat adalah ditegakkannya kembali ideologi Islam di muka bumi.
Sebagaimana firman-Nya, “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.“ (QS. Thoha : 124-126)
Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96)
Melihat berbagai macam realitas buruk yang telah dipaparkan di atas, tentu harus memicu keinginan kuat untuk melakukan perubahan, khususnya di tahun 2021 hingga ke depan. Perubahan yang dimaksud bukan sekadar perubahan parsial berupa pergantian rezim belaka, tetapi harus mengacu pada perubahan sistem. Yakni, perubahan dari sistem kapitalis-sekular yang jahiliyah menuju sistem Islam yang dinaungi wahyu ilahiyah.
Butuh suatu kekuatan dan ketetapan hati dalam menjalani perjuangan menuju perubahan. Onak dan duri akan menyertai jalannya para pejuang, sebagaimana Rasulullah SAW beserta para sahabat saat mendakwahkan Islam awal kali.
Umat Islam sendiri, saat ini begitu merindukan kehadiran sebuah sistem kehidupan yang bisa mengantarkan pada perubahan hakiki. Hal ini tampak dari semangat yang tak pernah surut dalam menyerukan kebenaran Islam. Meski sudah banyak yang dipersekusi, tidak mempengaruhi semangat mereka untuk tetap berada dalam barisan para pejuang.
Oleh karena itu, potensi umat Islam yang sangat besar harus bisa digerakkan mengarah pada rute yang benar. Dan dibutuhkan upaya dakwah yang targetnya membangun kesadaran bagi umat, yaitu dakwah pemikiran yang dilakukan secara berjamaah.
Diharapkan, kesadaran inilah yang nantinya akan menggerakkan umat bersama-sama menuntut perubahan yang lebih mendasar untuk menyuarakan satu keinginan yang sama, yaitu tumbangnya sistem kapitalis-sekularis beserta demokrasi sebagai sistem kehidupan yang kufur. Kemudian, menggantinya dengan sistem Khilafah Islamiyah yang akan menerapkan syariat-Nya secara kaffah, hingga mengantarkan kepada hidup penuh berkah.
“Pada hari ini, telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam menjadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah [05] 3)
Wallahu a’lam bishshowab.