Oleh : Irayanti S.AB
(Relawan Media)
Yaqut Cholil Quomas atau Gus Yaqut baru saja dilantik untuk menggantikan Fahcrul Razi sebagai menteri agama. Baru seumur benih menjabat ia sudah menambah deretan kontroversinya.
Saat dilantik di Istana Kepresidenan, ia mengatakan bahwa agama harus dijadikan sebagai inspirasi bukan aspirasi. Menurutnya, agama bukan sebagai aspirasi karena bisa di-'breakdown' ke banyak hal.
Islam Sekedar Inspirasi?
Dilansir dari AntaraNews.com (23/12/2020) Gus Yaqut menjelaskan secara rinci bahwa agama sebisa mungkin tidak lagi digunakan menjadi alat politik baik untuk menentang pemerintah maupun merebut kekuasaan atau mungkin untuk tujuan-tujuan yang lain.
Dia pun menyatakan bahwa agama merupakan urusan pribadi yang menenangkan jiwa, jangan ada lagi pemanfaatan agama untuk membenturkan kelompok satu dengan yang lainnya dan agama jangan dijadikan sebagai kendaraan politik.
Terlepas dari kontroversi Gus Yaqut yang memang sejak sebelum menjabat telah meraup kontroversi, kita perlu mengetahui benarkah Islam hanya sekedar inspirasi?
Buah Sekulerisme
Diwawancarai oleh jurnalis Radio Karimata di Sampang, KH. Jakfar Shodik sebagai Perwakilan Forum Ulama, Habaib, dan Tokoh Madura menjelaskan bahwa setelah dilakukan kajian oleh para ulama, pernyataan Menteri Agama tentang Islam bukan aspirasi tersebut telah merugikan Islam. Padahal Islam adalah aspirasi dan solusi dalam menjalankan kehidupan.
Dalam KBBI, inspirasi berarti ilham. Jadi, sejatinya Islam adalah inspirasi karena merupakan ilham dari zat Yang Maha Kuasa yakni Allah Subhana Wa Ta'ala. Sedang arti aspirasi dalam KBBI ialah harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa yang akan datang.
Jika dikatakan agama sering menjadi alat politik untuk mencapai tujuan tertentu, yang terjadi malah sebaliknya. Para politisi justru memanfaatkan agama untuk meraih tujuan mereka (meraih kekuasaan). Baik berpenampilan islami, blusukan ke pesantren kerap terjadi mendekati pemilu.
Fenomena tersebut telah menjadi tradisi. Begitulah tabiat dari didikan pragmatisme politik demokrasi. Politik menurut demokrasi adalah meraih kekuasaan setinggi-tingginya. Dalam demokrasi mengharuskan agama dipisah dari kehidupan bernegara (sekulerisme). Suara terbanyak pun menjadi penentu bukan lagi halal-haram. Tak ayal para pejabat dalam sistem demokrasi menjadikan agama hanya sebatas inspirasi saja.
Islam:Paripurna dan Sempurna
Politik dalam Islam dikenal dengan istilah “siyasah”. Secara bahasa, siyasah bermakna mengatur, memperbaiki, dan mendidik. Politik juga diartikan mengatur urusan umat. Segala problematika umat akan dipecahkan sesuai pandangan Islam. Inilah esensinya politik Islam.
Salah satu tokoh dan politisi muslim yang cukup berpengaruh di masa Soekarno yakni Muhammad Natsir pernah mengatakan, “Islam beribadah, akan dibiarkan, Islam berekonomi, akan diawasi, Islam berpolitik, akan dicabut seakar-akarnya.
Beginilah bila seorang muslim memahami Islam secara menyeluruh bukan berislam tapi sekuler.
Dalam masa pra kemerdekaan, Bung Tomo sebagai salah satu pahlawan menjadikan Islam sebagai inspirasi dan aspirasi. Beliau membakar semangat jihad para pemuda melawan penjajah dengan pekikan takbir.
Dengan syariahnya Islam memiliki konsep dan metode pelaksanaannya. Misal seperti pengelolaan harta atau kepemilikan umum seperti tambang, hutan, dan sebagainya yang menguasai hajat hidup umat. Islam melarang adanya privatisasi dan swastanisasi hajat publik yang akan menyejahterakan umat. Bukan hanya kaum muslimin namun juga non muslim.
Inii akan menjadi solusi untuk menghentikan ketamakan asing dan aseng yang menguasai kekayaan alam di negeri kita. Mereka tidak akan mampu berlaku tamak demi kepentingannya sendiri hingga menyengsarakan umat.
Tentu saja ini di dukung pula dengan sistem ekonomi Islam yang berbeda dengan sistem ekonomi kapitalosme yang sudah semakin menyengsarakan manusia dewasa ini. Serta masih banyak aturan Islam yang akan menjadi solusi bagi bumi ini.
Islam memang bukan agama yang sekedar mengatur aspek ritual ibadah semata namun juga segala aspek kehidupan. Keunggulan syariat Islam yang paripurna ini sangat sempurna mencakup seluruh pilar bernegara, baik ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Sebagaimana firman Allah dalam QS An-Nahl ayat 89 :
"...Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu.”
Wallahu a'lam bishowwab.
Tags
Opini