Oleh :
Ummu Aqeela
Corona Virus Disease yang biasa disebut sebagai Covid-19 tengah mewabah di Indonesia, bahkan juga di dunia. Mengapa dikatakan 19? Menurut data Pemerintah China yang dilihat South China Morning post, berawal munculnya virus ini tepat pada akhir bulan 2019 di negara China tepatnya di kota Wuhan. Hal ini sangat meresahkan warga khususnya warga China pada saat itu. Virus ini menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga kepada tahap flu berat. Virus ini sangat cepat sekali penyebarannya hingga berdampak pada ratusan negara yang ada di dunia, khususnya negara Indonesia.
Sampai saat ini pertarungan alam semesta
VS corona belum berakhir. Semakin lama, pertarungan dalam pandemi ini justru
semakin memengaruhi kehidupan manusia. Banyak orang yang khawatir bagaimana
dapat bertahan hidup selama pandemi ini. Setiap orang berusaha yang terbaik
untuk mencegah penularan, termasuk kita sebagai orang muslim. Saat ini Kurva
kasus Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan penurunan, malah cenderung terus meningkat.
Kasus positif Covid-19 harian di Indonesia dalam dua minggu terakhir bahkan
sudah mencapai 5.000-an orang. Bukan hanya itu, kini setiap hari setidaknya ada
lebih dari 100 orang di Indonesia meninggal dunia
akibat Covid-19. Mirisnya ditengah kondisi tersebut, perilaku sosial
masyarakat masih kurang memperlihatkan kedisiplinan dalam menerapkan protokol
kesehatan. Hal ini menyebabkan penyebaran virus semakin luas. Beberapa momen
seperti libur panjang saat ini pun juga menjad salah satu penyebab peningkatan
drastis kasus Covid-19 di tanah air.
Menelisik
sisi lain strategi pemerintah juga tampak belum kunjung mampu menekan atau
mengendalikan penyebaran dan penularan virus corona. Upaya penanganan juga
masih setengah-setengah. Itu terbukti dari testing dan tracing yang ada kurang
memadai dan bahkan belum sepenuhnya memenuhi syarat WHO. Berdasarkan data
Satgas Penanganan Covid-19, positive rate Covid-19 di Indonesia hingga November
2020 rata-rata mencapai 14 persen. Positivity rate adalah perbandingan antara jumlah
kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan. Dan ini bisa terjadi
kemungkinan terbesar adalah karena faktor biaya mahal yang harus dikeluarkan
untuk mendeteksi seseorang terinfeksi virus atau tidak. Karena bagi sebagian
besar masyarakat dengan kondisi pandemi yang mengikat ini kebutuhan pokok
sehari-hari jauh lebih diutamakan dibandingkan menjalani tes deteksi, sehingga
saat ini resiko penularan Covid-19 makin meninggi.
Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan, risiko penularan
Covid-19 saat ini berada di titik tertinggi. Dia menyebut rasio positif
Covid-19 saat ini berada di angka 29,4 persen.
"Kami mengimbau agar
masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat karena risiko
penularan saat ini berada pada titik tertinggi di mana rasio positif Covid-19
berada di angka 29,4 persen," ujar Adib dikutip dari siaran pers PB IDI,
Sabtu (2/1/2020).
"Situasi akan bisa menjadi semakin tidak
terkendali jika masyarakat tidak membantu dengan meningkatkan kepatuhan
terhadap protokol kesehatan 3M," lanjutnya menegaskan.
Dalam perang
semesta melawan Corona atau Covid-19 ini masyarakat dianjurkan menutup semua
celah agar tak memberi ruang penyebaran virus secara signifikan. Dan strategi
tersebut akan mampu diwujudkan jika Pemerintah sebagai garda terdepan
memberikan ketegasan dan contoh yang nyata, tidak terkesan plin plan dengan
aturan yang tidak merata. Kerjasama yang solid antara masyarakat dan
pemerintahan menjadi benteng kuat terdepan untuk menghalau penyebaran.
Sedangkan tenaga medis adalah benteng terakhir yang menampung pasien yang
memang terkondisikan butuh perawatan. Namun jauh api dari panggangan, saat ini
justru terbalik keadaannya. Tenaga medis yang seharusnya menjadi benteng
terakhir justru diposisikan paling depan karena kesadaran masyarakat serta
ketegasan pemerintah tidak mampu diwujudkan. Sehingga banyak korban
bertumbangan justru dari tenaga medis itu sendiri.
Memang jika kita berpegang kepada Qodo’
dan Qodar Allah semua muslim tahu bahwa hanya Allah SWT yang dapat memutuskan
hidup dan mati hambaNya. Mereka tidak salah tentang ini, Namun setidaknya kita
mencoba yang terbaik untuk bertahan hidup, dan Allah SWT mencintai mereka yang
berjuang dalam sesuatu. Umat Islam harus tahu bahwa kita sebagai manusia diberikan
pendengaran, penglihatan, dan kecerdasan. Artinya, untuk menghadapi pandemi
ini, setiap muslim harus menggunakan ilmunya dengan bijak. Allah SWT
menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk juga sebaik-baik akal. Dan kita
sebagai umat Islam wajib untuk berpikir dan mengambil hikmah yang terjadi
dibalik adanya segala sesuatu hal yang terjadi, baik itu yang bersifat
terang-terangan atau segala hal yang bersifat tersembunyi.
Contohnya
adalah wabah virus Corona ini, hikmah yang paling besar adalah dengan ini kita
menjadi semakin sadar bahwa Allah lah segala pencipta langit, bumi dan
seisinya. Bahkan kita sebagai manusia hanyalah seorang yang lemah dan tak
berdaya. Bisa kita lihat, bahwa virus yang kecil saja sudah bisa menggemparkan
manusia dengan ketakutan dan kepanikan yang menggemparkan dunia.
Dalam sebuah riwayat, di zaman
Rasululullah SAW pernah terjadi juga sebuah wabah yang menggempàrkan yaitu kusta.
Wabah ini begitu menular dan mematikan dan belum diketahui obatnya saat itu.
Kala itu, Rasulullah SAW memerintahkan kepada umat untuk tidak dekat-dekat atau
melihat orang yang mengalami kusta atau lepra.
Dalam sebuah hadist, Rasullah
Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
لاَ تُدِيمُوا النَّظَرَ إِلَى الْمَجْذُومِينَ
Artinya: "Jangan kamu terus
menerus melihat orang yang menghidap penyakit kusta." (HR Bukhari)
Nabi Muhammad SAW juga
memperingatkan umatnya untuk tidak dekat dengan wilayah yang sedang terkena
wabah. Dan sebaliknya jika berada di dalam tempat yang terkena wabah dilarang
untuk keluar.
Seperti diriwayatkan dalam hadits
berikut ini:
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا
Artinya: "Jika kamu
mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika
terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu."
(HR Bukhari)
Dengan riwayat diatas dapat kita
tarik pelajaran yang besar, bagaimana Rasulullah dalam menanggulangi wabah yang
ada, dan bisa dijadikan acuan untuk umat dan Pemerintah saat ini untuk
berbenah, bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Mewabahnya
virus Corona semestinya menjadi wasilah atau bahan untuk kita bermuhasabah.
Yakni untuk tunduk dan lebih mendekatkan diri kepada Allah yang menciptakan
kita. Tunduk dalam segala aspek kehidupuan, dalam segala aturan secara kaffah
atau sempurna. Kejadian luar biasa inipun seharusnya membuat kita sadar, bahwa amat
mudah bagi Allah untuk menegur hambanya. Tidak perlu dengan sesuatu yang besar,
bahkan hanya dengan sesuatu yang kecil dan tidak terlihatpun Allah mampu
melakukannya jika DIA berkehendak. DIA-lah Sang Pemilik Skenario kehidupan,
lantas apa yang membuat kita masih meragukan Syari’atNYA? Jangan sampai jika
Allah benar-benar murka, maka mau berlindung kemana lagi kita kelak? Sekali
lagi Allah menunjukkan kuasaNYA, bahwa tidak ada satupun kekuatan dibumi ini
yang mampu menandingiNYA, untuk itu kembali ke syari’at adalah jalan untuk
hidup selamat di dunia maupun akhirat.
Wallahu’alam bishowab