Oleh. Mauli Azzura
Kasus kembali menimpa sebuah keluarga, yang mana seharusnya keluarga adalah tempat berlindung dan akses kebahagiaan, tetapi definisi itu berubah menjadi pilu saat mendengar berita seorang anak yang melaporkan ibu kandung dan memenjarakannya. Simak https://www.facebook.com/suarahatisangistri/videos/3943566105655868/
Keluarga yang normal nya menyimpan keharmonisan, namun berubah menjadi kepahitan bagi seorang ibu yang harus menerima perlakuan anaknya perihal kekerasan yang diperbuat dalam rumah tangga, yang didalamnya tidak lagi tercipta keharmonisan.
Perceraian orangtua berdampak pada anak yang masih sangat membutuhkan bimbingan orangtua, psikologis anak yang menjadi buah dari perpisahan meninggalkan luka dan emosional yang bisa merusak tingkat kewajaran anak dalam berpikir.
Bagaimana bisa?, Seorang anak yang tumbuh normal bisa memiliki rasa benci terhadap orang tua dengan cara yang tidak semestinya, rasa hormat pada orangtua pun tidak lagi ada dalam benak sang anak. Akan tetapi, semua itu bukanlah murni kesalahan yang harus dilimpahkan pada anak, yang dimana orangtua ikut andil dalam mendidik dan membentuk kriteria seperti apa dan akan jadi apa anaknya kelak ?
Semua masalah yang mendera kebanyakan orang tua dan anak saat ini tidak lepas dari sistem kapitalis, yaitu sebuah sistem yang menanamkan materi diatas segalanya, pemisahan agama dalam kehidupan, bahkan memberikan dampak buruk bagi pemikiran anak yang memicu tingkat emosional dari pada akal, dan mengikis rasa kecintaan terhadap seorang ibu. Ibu yang mengandung, melahirkan, bahkan membesarkanya, yang selalu menyayangi anak-anaknya dilumpuhkan dengan sistem yang merasuki pikiran sehingga menjadikan anak tega berbuat buruk pada sang ibu.
Dijelaskan dalam firman Allah
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."
(QS. Luqman 14)
Pengorbanan ibu dalam keadaan lemah, bertaruh nyawa saat melahirkan, merawat dan membesarkan dengan penuh kasih sayang, berbalas menyakitkan oleh si buah hati.
Anak menjadi korban perceraian orang tua dan keluarga menjadi korban dari buah kapitalisme. Sistem yang memberikan hak asasi manusia setara seolah menghilangkan rasa kasih sayang bahkan dalam keluarga. Menjadikan materi sebagai cara memuaskan hasrat kebencian dan mendukung hukum buatan manusia tanpa memandang sebuah ikatan. Kapitalisme sekali lagi menunjukan keburukan dalam menangani ketahanan sebuah keluarga. Karena itu tidak ada solusi yang mampu memberi jalan keluar terbaik selain kembali pada hukum Allah.
Ketahanan keluarga dalam islam adalah memposisikan keluarga sebagai pilar pertama pembentukan kepribadian islam bagi anggota keluarga dalam rangka membangun agen kontrol sosial. Menerapkan sistem islam bisa memberikan cara,ajaran dan hukum Allah sebagai pedoman hidup dalam berkeluarga, menjadikan keluarga berjalan sesuai hak dan kewajiban masing-masing peran dalam rumah tangga. Sesuai firman Allah
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At-Tahrim 6)
Sudah jelas bahwa peran orangtua sangat lah penting dan utama dalam mendidik dan membangun kriteria anak. Maka ajaran islam adalah ajaran sempurna yang akan memberikan bekal bagi orangtua dalam menghadapi setiap masalah yang ada dalam sebuah keluarga.
Wallahu a'lam Bishowab