Dilema Pendidikan Kapitalistik





Oleh Ika Bisanti Lathifah

Semua orang khususnya orang tua pastinya mengidambakan memiliki anak yang berpendidikan bagus(berprestasi dan berprilaku yang baik)
kedua hal tersebut tentunya tidak bisa dipisahkan. Bahkan ketika para orang tua memilihkan sekolah terbaik bagi anaknya. Mereka menilai dari segi kualitas dan kuantitas sekolahnya . Namun pendidikan saat ini apa sudah sesuai dengan yang diharapkan?

Dilema telah menyelimuti pikiran setiap manusia.terutama ketika pandemi covid 19 mengarungi dikehidupan ini.dunia pendidikan akan mengalami berbagai tantangan. 

Pandemi Covid-19 telah memberikan gambaran atas kelangsungan dunia pendidikan di masa depan melalui bantuan teknologi. Namun, teknologi tetap tidak dapat menggantikan peran guru, dosen, dan interaksi belajar antara pelajar dan pengajar sebab edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi. Situasi pandemi ini menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas setiap individu dalam menggunakan teknologi untuk mengembangkan dunia pendidikan. Demikian dikatakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam, pada acara Medan International Conference on Energy and Sustainability, Selasa (27/10/).

Pemerintah yang menerapkan pembelajaran di rumah atau daring. Dengan tujuan untuk menghindari covid -19 yang semakin tak terkendali. Namun kenyataannya banyak orang tua yang repot dan bigung dengan kebijakan ini. Banyak kendala yang dialami orang tua. Selain pikirannya bagaimana mengajari anak-anak? juga bagaimana menyambung hidup keluarganya?

Banyak orang tua yang tidak memahami metode pendidikan. Akibatnya,orangtua dan anak semakin terbebani proses belajar mengajar dirumah.

Dilema juga muncul diberbagai sisi kehidupan.proses pembelajaran daring yang membutuhkan jaringan internet. Di wilayah pedesaan/pedalaman yang masih rentan mengalami kesulitan.

Sistem kapitalis memunculkan banyak problematika.hilangnya peran negara untuk melayani dan memfasilitasi rakyatnya. Membuat rakyat semakin dilema dan menderita.

Begitu pula dilihat dari kurikulum pendidikan yang masih menjadi persoalan.
dengan bermodalkan ilmu yang didapatkan selama menempuh pendidikan minimal 9 thn.bisakah kesuksesan diraihnya? Sedangkan setelah lulus menempuh pendidikan. Banyak di antara mereka yang masih kesulitan memperoleh lowongan pekerjaan. Karena bakat mereka tidak  sesuai dengan apa yang diharapkan para pengusaha dan 
para pemilik modal.

Berilmu dengan harapan memperoleh materi setimpal, pekerjaan yang layak,dan jabatan yang tinggi. Inilah cerminan  para penuntut ilmu buah dari sistem kapitalisme.

"Menteri Pendidikan yang kita harapkan dengan teknologi yang dia miliki, mengambil inisiasi untuk mengambil langkah-langkah alternatif bagi krisis darurat nasional pendidikan, tetapi sampai hari ini tidak ada tanda-tanda hal yang bisa diharapkan dari Menteri Pendidikan kita," kata Cak Imin saat membuka Musyawarah Wilayah (Muswil) 15 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) 1PKB secara virtual, Sabtu (16/1/2021).

Mirisnya, ada hal yang sering tidak disadari bahkan terlupakan. Lihatlah sekarang ada banyak pemimpin jago korupsi. Profesor menjadi pelacur intelektual. Hakim menjual keadilan. Aparat main sikat harta rakyat. Mereka bukan warga negara tanpa gelar dan prestasi pendidikan.

Sayangnya hal yang paling sering diabaikan oleh orang tua pada anak ialah menjadi manusia bergelar takwa, meraih rida dan surga Allah SWT.

Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a'yun, waja'alna lil muttaqina imama. 

Artinya: "Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa."(Qs.Al-furqon:74)

Islam menjadi satu-satunya solusi yang bisa menyelesaikan problematika hidup.

Politik dalam islam ialah mengatur urusan umat. Bukan perebutan kursi kekuasaan sebagaimana sistem kapitalis saat ini.para pemimpin di sistem Islam akan bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh atas kepemimpinannya sebab gelar takwa selalu tertanam di denyut nadi mereka.

Negara akan memberikan kurikulum terbaik yang berasaskan aqidah islam. Sehingga akan terwujud pribadi yang berprestasi,bertakwa  dan berakhlakul karimah.

Negara juga akan memfasilitasi biaya pendidikan,memberikan binaan sesuai dengan bakat  yang dimiliki para peserta didiknya, sehingga mampu membuka  lowongan pekerjaan yang didapatkan dari SDA yang dikelola dengan baik oleh negara. Tidak akan ada campur tangan asing, aseng dan para kolporat. Jika kehabisan dana negara akan mengambil dari baitul mal.

Begitulah gambaran kehidupan sejahtera sesungguhnya ketika syariat Islam diterapkan di muka bumi.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak