Dengan Islam Hidupku Kini Lebih Berarti


 

Oleh : Desi Marzani

(Aktivis dakwah dan tenaga pendidik madin)

 

Di saat manusia beranjak dewasa yang ditandai kesempurnaan akalnya, maka semenjak itu ia mulai berfikir tentang keberadaan-Nya di dunia ini. Dan ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berfikir dan mencari dalil dan makrifat kepada Allah. Mukallaf adalah orang yang sudah terkena  beban hukum syarak. Dan seorang yang mukallaf sudah terkena kewajiban melaksanakan hukum syarak, seperti sholat, zakat, puasa ramadhan, dan menjalankan  perintah Allah serta menjauhi larangan Allah. Dan konsekuensinya adalah ketika dia melaksanakan perintah allah maka akan mendapat pahala dan ketika dia melanggar larangan Allah akan mendapat dosa. Maka seperti yang disampaikan imam syafei, kewajiban pertama seorang mukallaf adalah berfikir. Kita wajib untuk berfikir dan mencari dalil-dalil  untuk ma’rifat pada Allah (mengenal Allah). Setiap manusia dewasa yang berakal seharusnya terbersit pertanyaan mendasar pada dirinya, bahkan perlu ia jawab. jawaban tersebut akan menjadi landasan kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Selama masalah ini belum terjawab, selama itu pula manusia seolah “tersesat” tanpa tujuan jelas dan tidak akan berjalan di dunia ini dengan tenang. Karena sifatnya yang demikian beberapa pertanyaan pokok dan mendasar Yaitu darimana manusia dan kehidupan ini berasal ?, untuk apa manusia dan kehidupan ini ada ?, dan akan kemana manusia dan kehidupan ini setelah ini ?. maka akan  ini sering disebut sebagai ‘Uqdatul Kubro” (masalah /simpul yang sangat besar). Bila Pertanyaan ini terjawab maka seseorang akan memiliki landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupannya. Dalam artian jika pertanyaan dijawab  dengan benar, benar hidupnya dan akan bahagia. Dan sebaliknya jika pertanyaan ini dijawab dengan salah maka akan salah hidupnya dan tidak akan bahagia.

Pemecahan Shohih ‘Uqdatul Kubro’

Dengan berbagai upaya, manusia mencoba mencari jawaban tersebut melalui segala hal yang dapat dijangkau akalnya. Karena segala hal yang dapat dijangkau akal manusia, tidak lepas dari alam semesta (alkaun), manusia (al insan), dan kehidupan (al hayaah), maka ketiga hal inilah yang dijadikan obyek / media berfikir untuk mencari jawaban yang dimaksud. Pemecahan yang benar terhadap masalah ini tidak akan terbentuk kecuali dengan pemikiran yang jernih dan menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan serta hubungan ketiganya dengan kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan ini. Islam telah memberi jawaban melalui proses berfikir yang jernih, menyeluruh, benar, sesuai dengan akal, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia. Untuk menjawab pertanyaan ini ada tiga  jenis jawaban. Yang pertama ada yang menjawab manusia itu ada yang berasal dari materi, hidupnya untuk materi akan kembali menjadi materi. Inilah keyakinan orang-orang Atheis atau yang tidak mempercayai adanya pencipta (orang-orang komunis tidak mempercayai adanya tuhan ). Masih ingat dengan pelajaran sewaktu disekolah, tentang pelajaran teori Darwin, teori itu mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Ridhokah kita kalau nenek moyang berasal kera atau monyet? Tentu gak ridho kan ya. Atau tentang kekekalan energi, yang berbunyi bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, jelas ini juga teori yang menyesatkan. Lalu kehidupan orang-orang yang meyakini seperti ini, kehidupan mereka ini untuk materi maka tidak heran mereka hanya mengejar materi, mengejar kekayaan, mengejar kebahagian yang bersifat materi. Kehidupan yang mereka fikirkan hanya materi, kemudian setelah mereka mati nanti, mereka meyakini akan kembali jadi materi lagi, jasad-jasad mereka akan berubah bentuk karena dimakan oleh belatung-belatung. Hanya sebatas itu saja, mereka tidak yakin akan kembali kepada penciptanya. Maka orang-orang seperti ini tidak memikirkan halal dan haram untuk mendapatkan sesuatu. Dan jawaban golongan yang kedua manusia berasal dari pencipta dan hidupnya untuk materi dan akan kembali kepada pencipta, ini adalah keyakinan orang-orang sekuler. Sekuler adalah memisahkan nilai-nilai agama dari kehidupan sehari-hari. Mereka percaya bahwa pencipta itu ada namun pencipta itu tidak ada hubungannya dengan kehidupan mereka selama didunia, maka hidup mereka pun untuk mendapatkan materi. Punya harta berlimpah masih mau melakukan korupsi, punya kaki sepasang yang normal masih beli sepatu selemari, iya kalau kepakai semua, kalau gak? Masya Allah pertanggung jawaban berat. Kemudian mencari materi dengan Banting tulang, keringat diperas , kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala demi mengejar materi sampai lupa beribadah. Kemudian ketika mereka mati nanti masih meyakini akan kembali kepada penciptaNya, bukan hanya orang-orang kafir yang punya keyakinan seperti ini. Bahkan orang-orang muslim bisa jadi punya keyakinan seperti ini. Dia yakin adanya pencipta yaitu Allah, dan yakin akan kembali kepada Allah, tapi selama hidupnya dia tidak pergunakan untuk beribadah kepada Allah. Ketika mencari harta dia tidak ingat kepada Allah, sehingga dia korupsi. Ketika bergaul dengan tetangga tidak bergaul dengan baik,  dengan menggosipkan tetangga, dan ketika  diingatkan untuk sholat selalu beralasan, na’uzubillah semoga kita tidak terkategori dalam golongan ini. Yang terakhir Jawaban golongan yang ketiga manusia berasal dari pencipta dan hidup untuk beribadah, dan akan kembali kepada pencipta untuk mempertanggung jawabkan Amal selama hidup didunia. Ini keyakinan seorang muslim dan inilah jawaban yang benar. bagaimana kita yakin ini adalah jawaban yang benar? karena jawaban ini memuaskan akal, menentramkan jiwa, sesuai dengan fitrahnya manusia. Menarik sekali apa yang disampaikan seorang Arab Badwi, “Dengan apa engkau mengenal Rabb mu, dia menjawab : kotoran unta itu menunjukkan adanya unta, dan bekas telapak kaki itu menunjukkan bahwa ada orang yang pernah berjalan”. Artinya orang Arab badwi ini bisa mengetahui adanya pencipta itu dari ciptaanya. Maka benar petunjuk Allah dalam firmannya dalam surah Al-Ghosyiyah 17-20, yang terjemahannya “Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?” Allah sendiri memberi petunjuk bagaimana cara untuk mengenal Allah dengan cara melihat atau memperhatikan ciptaan nya. Maka  masuk akal kalau semua ciptaan yang ada dibumi yang ada dilangit, ini pasti ada penciptanya tidak mungkin ada sendiri. Dan mengakui adanya pencipta ini adalah sesuai dengan fitrah manusia karena manusia itu bersifat lemah, perlu bersandar pada sesuatu yang besar, yang maha sehingga akan menentramkan jiwanya. Kemudian menjawab pertanyaan berikutnya, untuk apa dia hidup didunia maka islam  sudah punya jawabannya. Didalam surah azzariyat ayat 56, yang terjemahnya” Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku”. Jadi tidak lain Allah menciptakan manusia hanya satu, beribadah kepada Allah. Dan ibadah ini harus difahami ada dua maknahnya,  yang pertama yaitu maknah khusus yaitu ibadah ritual langsung khusus hubungan manusia kepada Allah, minsalnya sholat, puasa, zakat dan mengaji Al-Qur’an  itu bentuk ibadah ritual atau ibadah maknah khusus. Yang lain adalah ibadah dalam maknah umum, artinya adalah ketaatan setiap hambanya kepada seluruh perintah dan larangan Allah. Semua amalan kita kan bernilai ibadah ketika kita ikhlas karena Allah SWT. Maka jawaban mau kemana setelah mati, yaitu akan kembali kepada Allah untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatannya di dunia. Apa buktinya? Terdapat dalam surah asshoffat ayat 53-55, yang terjemahannya “Apabila kita telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah kita benar-benar (akan dibangkitkan untuk diberi pembalasan?” Dia berkata, “Maukah kamu meninjau (temanku itu)?”  Maka dia meninjaunya, lalu melihat (teman) nya itu ditengah-tengah neraka yang tengah menyala. Maka ini menjadi bukti bahwa siapa saja yang beramal sholih dan Allah Ridho, dan Allah akan membalasnya kebaikkan dan Allah akan menyiapkan jannah baginya. Namun sebaliknya jikalau dalam kehidupannya, banyak membuang waktunya atau banyak melakukan kemaksiatan akan mendapatkan balasannya, dan Allah sudah siapkan neraka baginya. Dari sini kita bisa menyimpulkannya bahwa kita berasal dari pencipta dan hidup ini untuk beribadah dan akan kembali kepada Allah untuk mempertanggung jawabkan amalan kita, kita akan medapatkan kebahagian, kehidupan kita akan dapat berarti. Bukan hanya didunia tetapi juga diakhirat. Dan tidak akan menjadikan kita berkeluh kesah dengan bertumpuknya berbagai pekerjaan karena sudah meyakini setiap amal yang dikerjakan dengan ikhlas karena Allah , Allah akan balas dengan kebaikkan. Para jomblowati tidak akan galau ketika belum datang jodohnya, karena senantiasa dia akan mengisi waktunya dengan banyak amalan sholeh. Karena dia meyakini kalau sudah waktunya nanti akan datangkan calonnya, maka jadikanlah hidupmu berarti dengan berupaya untuk mendapatkan ridho Allah, haqqul yakin insya Allah hidup akan lebih bahagia. Waallahu ‘alam bishowab.

 

Referensi : buku “islam mulai akar ke daunnya”. Buku “studi islam paradigma komprehensif”, kajian WAG Mar’ah Sholihah.

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak