Oleh:
Desi Anggraini, S.Sos (Aktivis Dakwah)
Sebagian
orang mungkin akan beranggapan bahwa hanya mereka yang lulusan pondok atau
bertitle Lc sajalah yang berhak menerima amanah sebagai pengemban dakwah.
Sehingga akhirnya aktivitas mengajak kepada kebaikan dan mencegah perbuatan
munkar hanya terbatas pada para ustadz, ustadzah atau kiyai yang memang sanad
ilmunya sudah terbukti.
Anggapan
seperti ini tentu wajar saja bila kita melihat fakta kehidupan hari ini
dinaungi oleh sistem kapitalisme yang sarat akan ruh sekulerisme yakni
pemisahan agama dari aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas keagamaan
pamali bila masuk dalam aktivitas duniawi. Maka wajar bila kapitalisme akan
menetapkan seorang dokter tugasnya hanya mengobati pasien, arsitek hanya boleh
bicara tentang bangunan, pedagang hanya boleh bahas untung dan rugi.
Pola
pikir seperti ini tidak bisa dipungkiri juga bertengger dibenak kaum muslimin
hari ini. Sehingga banyak dari mereka yang enggan saling menasihati mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran karena merasa itu bukan kapasitasnya.
Akhirnya mereka bersikap masa bodoh dengan kemunkaran yang terjadi
disekitarnya. Mereka hanya peduli dengan urusan mereka. Cukup bila sandang,
pangan, papan terpenuhi. Sungguh individualis sekali.Namun anggapan seperti ini
adalah keliru dan harus diluruskan.
Dakwah adalah Kewajiban
Islam
justru sangat menentang sikap individualis. Islam menuntut setiap muslim agar
menjadikan aktivitas amar makruf nahyi mungkar ini sebagai sebuah kewajiban
apapun latar belakang pendidikannya dan profesi yang digeluti. Allah SWT
berfirman:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ
"Dan hendaklah ada
di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang
beruntung" (QS Ali Imran: 104)
Dalam ayat lainnya Allah SWT berfirman:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ
رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”.
(QS An Nahl:125)
Faktor
lainnya yang menjadikan kaum muslimin tidak tergerak untuk terjun kedalam
aktivitas dakwah adalah adanya rasa “insecure” didalam diri mereka karena
merasa masih banyak dosa dan minim ilmu. Padahal sungguh apabila aktivitas
dakwah ini hanya dibebankan kepada orang-orang
yang suci dari dosa dan menguasai perbendaharaan ilmu yang mumpuni, niscahya
tidak akan ada yang mau menyampaikan kebenaran setelah nabi dan rasul, karena
tidak ada manusia didunia ini yang terjaga dari kesalahan dan dosa kecuali para
nabi dan rasul. Jika demikian maka kita hari ini tentu tidak akan pernah
merasakan manisnya iman, tentu kita masih menjalankan tradisi jahiliyah yang
penuh dengan kesyirikan bila para pengemban dakwah yang sejatinya hanya manusia
biasa, tidak mau menyampaikan risalah Dinnullah ini kepada kita.
Maka
sudah sewajarnya sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah, kita berikan juga
kesempatan kepada siapapun untuk
mencicipi manisnya iman, manisnya hidup terikat dengan aturan-Nya dengan cara memantaskan diri kita menjadi
pengemban dakwah, sebagai bentuk kewajiban yang Allah perintahkan juga sebagai
wujud syukur dan rasa cinta kita kepada sesama manusia agar ikut merasakan
nikmat yang telah kita cicipi ini.
Syurga Lebih Dekat dengan
Dakwah
Sebuah
analogi sederhana, layaknya seorang pengendara yang ingin segera sampai tujuan
tanpa hambatan selama diperjalanan. Maka jalan tol kerap menjadi alternatifnya.
Jalan yang menjadi pilihan untuk menghindari kemacetan lalu lintas dijalanan
pada umumnya, karena jalan ini eksklusif bagi mereka yang telah berkorban
rupiah sehingga bisa menikmati jalanan mulus dan cepat tanpa terjebak macet
panjang.
Begitupun
dengan amalan kita untuk mencapai syurga. Sekalipun ada banyak amalan yang
diajarkan baginda Rasul untuk mencapai syurga. Selain kewajiban ternyata dakwah
adalah salah satu jalan tol yang bisa kita tempuh untuk mencapai tujuan kita,
syurga. Kenapa demikian ?
Nabi
SAW Bersabda:
“Sesungguhnya Allah, para
malaikat Nya, penduduk langit dan bumi sampai pun semut di sarangnya dan ikan
di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada
manusia” (HR. At-tirmidzi)
Dalam hadits lainnya Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang
menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang
yang mengerjakannya” (HR. Muslim)
Dari
hadits tersebut satu hal yang jelas kita ketahui bahwa dakwah adalah amalan
jariyah yang akan terus mengalir bahkan saat kita telah menghadap Rabb Ilahi. Nama
kita akan senantiasa disebut sekalian makhluk yang ada dimuka bumi ini dan
penduduk langit karena aktivitas kita menyeru manusia kepada kebaikan dan
mencegah kemunkaran. Sungguh merugiilah orang-orang yang sama sekali tidak
tergiur untuk melalui jalan dakwah ini, jalan tol menuju kenikmatan abadi,
syurga.
Masihkah Enggan Berdakwah
?
Banyak keutamaan-keutamaan yang Allah berikan kepada
siapa saja yang siap mewakfkan dirinya untuk islam dengan menjadi pengemban
dakwah. Tentu hal ini sangatlah wajar bila kita renungi. Dakwah adalah
aktivitas para nabi dan rasul serta orang-orang yang sholih sepanjang masa.
Mereka senantiasa menempuh jalan ini. Siapa yang tidak berbangga dan merasa
beruntung melalui jalan hidup yang sama dengan manusia-manusia pilihan Allah
SWT ?
Namun
tujuan utama yakni Ridho Allah dan meraih syurga-Nya melalui dakwah tentu bukanlah
sesuatu yang mudah untuk dijalani. Akan ada banyak pengorbanan yang harus kita
curahkan. Selayaknya pengguna jalan tol, mereka harus berkorban rupiah untuk
melalui jalan nan mulus tanpa terjebak kemacetan. Lebih dari itu, pengorbanan
pengemban dakwah bukan hanya sekedar berkorban materi namun juga menuntut
berkorban waktu, tenaga, pikiran hingga keselamatan diri dan keluarganya.
Karena sebagaimana ada yang haq tentu akan ada kebatilan. Pemuja kebatilan akan
menjadi ujian disepanjang jalan dakwah yang kita lalui.
Lantas
apakah karena banyaknya rintangan dalam jalan dakwah kita harus berdiam diri ?
Tentu ini bukanlah pilihan bagi orang-orang yang bervisi surga. Justru ketika memilih
untuk mengunci mulut rapat-rapat, Allah berikan kehinaan bagi yang enggan
menempuh medan dakwah. Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang berdiam
diri dari (menyampaikan) kebenaran, maka ia adalah Syaithon Akhros
(yakni setan yang bisu dari jenis manusia).” (H.R Muslim)
Dalam hadits lainnya Nabi
SAW bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku
berada di tangan-Nya, hendaknya kalian beramar ma’ruf dan nahi mungkar. Jika
tidak, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala akan mengirimkan
siksa-Nya dari sisi-Nya kepada kalian, kemudian kalian memohon kepada-Nya,
namun doa kalian tidak lagi dikabulkan.” (HR. at-Tirmidzi)
Allah SWT telah memberikan kita semua kesempatan untuk
memilih dalam hidup ini. Dan dakwah adalah pilihan hidup, mau kita ambil atau
kita abaikan. Bila kita ambil peran didalamnya maka Rahmat Allah akan
melingkupi kita. Bila kita menolak maka kehinaan akan yang akan kita dapatkan.