Awal Tahun yang Penuh Duka





Oleh: Nazwa Hasna Humaira
Pelajar dan Aktivis Dakwah

Kondisi Indonesia di awal tahun ini, jika dianalogikan bagaikan seonggok tubuh yang tengah menderita penyakit kronis. Sebab, berbagai bencana alam yang terjadi silih berganti menghampiri sebagian wilayah Indonesia. 

Bencana alam yang terjadi, diantaranya: Jatuhnya pesawat Sriwijaya. Tidak lama berselang pada pada Sabtu (9/1) bencana longsor terjadi di Sumedang, yang mengakibatkan 38 orang meninggal, 29 rumah rusak, dan yang lainnya mengungsi. Pada Rabu (13/1) bencana banjir di Kalimantan Selatan, yang mengakibatkan 13 kabupaten/kota terdampak. Pada Sabtu (16/1) bencana banjir dan longsor di Manado, Sulawesi Utara. Dan banyak bencana lainnya yang terjadi di sebagian wilayah Indonesia ini.

Dalam QS. at-Taubah: 51 di jelaskan,  bahwa apa yang terjadi di muka bumi ini merupakan suatu ketetapan Allah Swt. Seperti halnya bencana yang sedang terjadi saat ini. Kita sebagai manusia tak akan mampu untuk menolak/mencegah bencana tersebut agar tidak terjadi, sebab semua itu sudah menjadi qada' Allah Swt. Kita hanya mampu untuk bersabar, ridha, tawakal, dan istirja' dalam menghadapi musibah tersebut.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw. bersabda bahwa musibah yang menimpa kita akan menghapuskan dosa-dosa. Allah Swt. pun  telah memberitahukan dalam QS. al-Baqarah: 156, bahwa ketika ditimpa sebuah musibah sebaiknya mengucapkan "lnna lillahi wa inna ilaihi roji'un".

Dengan terjadinya berbagai bencana ini, menyadarkan kita bahwa betapa lemahnya manusia. Ketika sedang ditimpa suatu musibah, kita sangat membutuhkan pertolongan Allah Swt. 

Kita sebagai makhluk yang lemah tak pantas untuk bersikap sombong, serta bermaksiat kepada Allah Swt.
Kita harus menyadari bahwa setiap musibah pasti Allah selipkan pula sebuah pelajaran/hikmah. Dan juga, dalam sebuah bencana terdapat 2 hal yang harus direnungkan. 

Pertama, penyebabnya. Kedua, penanganannya. 

Kita tahu bahwa musibah yang terjadi ini merupakan qadha' Allah Swt. Namun, Allah Swt juga memperingatkan kita bahwa, musibah yang terjadi itu merupakan kesalahan kita sendiri selaku manusia. Allah Swt. berfirman:

وَمَاۤ اَصَا بَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ ۗ 

"Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syura 42: Ayat 30)

Semua itu berpangkal pada pengadopsian sistem kapitalisme ini, sehingga melahirkan banyak kemaksiatan yang menyebabkan kerusakan bumi. Maka dari itu, Allah Swt. menetapkan musibah ini bertujuan untuk menyadarkan manusia kepada syariah-Nya. Allah Swt. berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)

Jadi, solusinya untuk mengakhiri musibah ini adalah dengan ditetapkannya sistem Islam. Sehingga, kita dapat menerapkan aturan Islam dalam segala aspek kehidupan dan secara kaffah.

Wallahu a'lam bi ash Shawwab 

Sumber: Buletin Kaffah

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak