Oleh: Yafi'ah Nurul Salsabila S.Pd (Alumni IPRIJA Dan Aktivis Dakwah
Seorang anak melaporkan ibu kandungnya ke polisi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kini sang ibu yang berinisial S (36) mendekam dalam sel tahanan Polsek Demak Kota. news.detik.com (9/1/21).
"Ditahan sejak kemarin di Polsek (Demak) Kota. Karena berkasnya sudah lengkap atau P21," ujar kuasa hukum terlapor S (36), Haryanto saat dihubungi detikcom, Sabtu (9/1/2021).
Haryanto menjelaskan perempuan yang sehari-hari berjualan pakaian di Pasar Bintoro tersebut ditahan setelah menjalani tes swabvirus Corona di rumah sakit. Setelah dinyatakan negatif virus Corona, S kemudian ditahan.
"Kemarin itu pagi setelah dari Polres diajak ke rumah sakit oleh penyidik, di sana di-rapid, hasilnya negatif, habis zuhur Jumatan itu, penandatanganan tahanan. Karena berkas sudah P21, berkas dinyatakan lengkap," ujarnya.
Haryanto menguraikan, S dilaporkan oleh anak pertamanya yang berinisial A (19). S yang telah berpisah dengan suaminya ini memiliki tiga anak. Setelah perceraian itu, A ikut dengan ayahnya tinggal di Jakarta. Sedangkan adiknya yang masih remaja dan balita tinggal bersama ibunya di Demak.
Konflik pertama muncul, kata Haryanto, saat mantan suami S mengambil anak balita mereka tanpa sepengetahuannya.
Hingga akhirnya mantan suami dan anak pertama S datang ke Demak pada 21 Agustus 2020. Kedua orang itu, kata Haryanto, lebih dulu ke rumah Lurah dan RT setempat sebelum mendatangi rumah
Lalu ayah dan anak itu mendatangi rumah S bersama perangkat desa.
"Terus dia (A) masuk, terus nyari bajunya. Ibunya jengkel, bilang ke anaknya, suruh minta belikan ayahnya, 'karena sudah ikut ayahmu yang katanya uangnya banyak'," cerita Haryanto.
Kemudian A tetap mencari bajunya. Hingga akhirnya sang ibu berkata bahwa baju-baju A telah dibuangnya.
"Kemudian anak tersebut mencari di lemari nggak ada, sambil ngomel-ngomel. Ibunya bilang, wes (sudah) tak buang," terang Haryanto.
Haryanto mengungkap, A sempat mendorong ibunya hingga jatuh. Menurutnya, saat sang ibu akan kembali berdiri reflek menyentuh anaknya.
"Itu kena kukunya, tapi ibunya juga tidak merasakan kalau kena kukunya, sampai divisum itu muncul dua cm di pelipis anak. Setelah itu ya sudah, karena masih banyak orang, dilerai dan setelah itu pak lurah dan pak RT pulang dan sudah selesai," urainya.
_Astagfirullahal'adzim_ sungguh ironi kejadian seperti ini sebab seharusnya anak sayang pada orang tua nya serta mau _birul walidain_, inilah sebab terjadinya hal ini oleh rusaknya sistem kapitalisme.
Walaupun ibu nya juga salah dalam menanggapi anaknya tetapi anak tidak boleh langsung menghukum seperti itu. Apa dia lupa bagaimana dia dalam kandungan ibu nya selama 9 bulan? lalu dia di rawat, di beri kasih sayang, di Didik sampai dewasa.
Inilah potret buram dari semakin rusaknya akhlak generasi muda juga tidak ada nya pembinaan agar anak itu tau harus bersikap apa terhadap orang tua dalam berperilaku, sopan santun dan lain-lain.
beda sekali dengan sistem Islam yang melahirkan para generasi cemerlang dan berbakti pada kedua orang tua nya.
dan dalam Al-Qur'an disebutkan dalam firman Allah SWT:
Al-Isra' ayat 23
وَقَضٰى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
_"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia_"
jelaskan tidak boleh berkata ah kepada orang tua, membentak apalagi mendorong dan menjebloskan ke penjara. memang anak itu terluka dan sama divisum tetapi ibu nya kan tidak sengaja karena refleks.
Hubungan antar anggota keluarga semakin rusak sebab keluarga tidak lagi bisa menjadi tempat yang mengayomi, merawat dan memberi teladan bagi anggotanya. Orang tua pelaku kemaksiatan, mengonsumi miras dan narkoba, sementara anak tak lagi memberi rasa hormat pada orang tua akibat edukasi dari nilai-nilai liberal. Nilai HAM membuat keluarga individualis, tak mau mendengar nasihat sesama dan sebagainya. muslimahnews.com (15/1/21).
Negara pun turut andil, sangat lemah memberantas hal-hal yang mempengaruhi lahirnya disfungsi keluarga. Misal, negara lemah dan membiarkan tontonan porno, kekerasan, juga produksi miras dan peredaran narkoba tak kunjung dapat diberantas. Pendidikan sekuler juga cacat, karena menghasilkan orang yang cakap ilmu tapi bobrok perilaku.
Sebab sistem pendidikan sekuler memisahkan urusan agama dari kehidupan. Dari kasus-kasus yang terjadi semestinya negara melakukan evaluasi untuk mewujudkan keluarga yang mampu melakukan fungsinya secara memadai. Negara juga harus mengubah pendidikan sekuler dengan pendidikan berbasis Islam hingga bisa menghasilkan pribadi Islami yang utuh, cakap ilmu dan berakhlak mulia.
keluarga seharusnya menghadirkan suasana sakinah mawaddah warahmah bukan malah sebaliknya menghadirkan suasana bagai neraka atau hancur bak kaca atau cermin jatuh ke lantai. jadi Islam lah solusi hakiki bagi problematika ini.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra, _"Aku bertanya kepada Rasulullah Saw,“Amalan apakah yang paling utama?” Rasul menjawab, “Shalat pada waktu-waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?”Beliau menjawab lagi, “Berbakti kepada orang tua.” Aku bertanya kembali.” Kemudian apa lagi?” “Kemudian jihad fi Sabilillah.”Kemudian aku terdiam dan tidak lagi bertanya kepada Rasulullah Saw. Andaikan aku meminta tambahan, maka beliau akan menambahkan kepadaku._"(HR Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi)
Jika berbakti kepada orang tua merupakan amalan paling utama, tentu pola interaksi yang harmonis terjalin antara anak dan orang tuanya dalam Islam. Apalagi anak yang senantiasa berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tuanya akan memperoleh keberkahan hidup berupa umur panjang dan kemudahan rezeki. Nilai Islam sebagai perekat di antara sesama anggota keluarga, lahirlah pribadi beradab dan bertakwa menghasilkan anak yang hormat pada kedua orang tua. muslimahnews.com (15/1/21).
Negara bertanggung jawab agar gangguan yang muncul di luar rumah dapat dihentikan. Tidak akan ada perzinahan, pornografi, miras, narkoba, tontonan kekerasan dan lain sebagainya. Negara menciptakan lingkungan yang penuh dengan suasana ilmu, kerja keras, dakwah dan jihad.
Maka didikan orang tua akan berdampak besar pengaruhnya karena didukung oleh suasana lingkungan yang dibentuk oleh Khilafah. Dijamin pula stabilitas politik dan keamanan, pembangunan fasilitas pendidikan, ditambah wakaf dari orang-orang kaya di bidang ilmiah. Lalu ketekunan keluarga mendidik bibit terbaik yang akan menjadi aset terbaik negara, dipastikan fungsi keluarga berjalan dengan baik.
Khilafah juga tidak mendikotomikan ilmu agama dan sains. Sejak dini, setiap anak ditanamkan nilai-nilai dasar keislaman, menghafalkan Al-Qur’an, memfasilitasi keterampilan fisik seperti berenang, berkuda dan memanah. Menjelang baligh, mereka diperbolehkan menekui berbagai jenis ilmu. Lahirlah dari sana, intelektual yang menguasai berbagai bidang ilmu dan berakhlak mulia. muslimahnews.com (15/1/21).
Tags
Opini