Oleh : Ummu Hanif, Anggota Lingkar Penulis Ideologis
Tahun 2021 telah datang menyapa. Banyak resolusi dan harapan dibuat untuk menyambutnya. Namun, betapa berat harapan umat ini sebenarnya digantungkan. Betapa tidak, kondisi Indonesia nampaknya tak pernah berubah.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, bergantinya tahun, tetap membuat umat terus dalam kondisi terpuruk. Bahkan dari tahun ke tahun keadaannya nampak kian parah. Sistem benar-benar telah menjauhkan umat dari berkah.
Maka patutlah kita renungkan firman Allah SWT berikut.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS ar-Rum [30]: 41).”.
Sebagaimana yang telah kita ketahui, dunia kini, khususnya di negara kita tercinta. sedang terpuruk, berduka dan kehilangan wibawa. Terpuruk, karena dilanda resesi ekonomi. Meningkatnya pengangguran, banyaknya perusahaan yang bangkrut dan gulung tikar, meluasnya kemiskinan, anjloknya daya beli masyarakat, dan berbagai dampak ikutan lainnya telah menjadi ancaman yang mencemaskan bagi negara kita bahkan dunia. Meskipun berbagai langkah telah ditempuh untuk mengatasinya, hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda berhasil. Kalaupun suatu saat tampak reda, itu hanyalah bersifat sementara. Krisis yang sama, bahkan lebih besar akan kembali berulang.
Bagi kaum Muslim, semestinya tidak sulit mengurai persoalan tersebut. Sebab, ayat ini telah memberikan panduan amat jelas dalam memandang dan menyikapi setiap kerusakan yang terjadi di muka bumi. Ada dua perkara penting dari ayat ini yang patut dijadikan sebagai patokan ketika melihat kerusakan.
Pertama: pangkal penyebab kerusakan. Menurut ayat ini, penyebab semua kerusakan tersebut adalah ulah tangan manusia (bimâ kasabat aydî al-nâs). Sebagaimana dijelaskan para mufassir, ulah tangan manusia yang dimaksud adalah kemaksiatan dan perbuatan dosa manusia. Pelanggaran manusia terhadap dînul-Lâh, baik akidah maupun syariah, itulah yang menjadi penyebab kerusakan. Kesimpulan ini kian jelas jika dikaitkan dengan ayat sebelum dan sesudahnya, serta nash-nash lainnya.
Kedua: solusi atas kerusakan yang terjadi. Frasa penutup ayat ini mengisyaratkan, solusi satu-satunya agar kerusakan di muka bumi tidak berlanjut adalah kembali pada syariah-Nya. Sebab, pangkal penyebab terjadinya semua kerusakan di muka bumi adalah perbuatan maksiat dan dosa. Karena itu, untuk menghentikannya pun dengan cara berhenti dari maksiat, selanjutnya berjalan sesuai dengan tuntunan syariah. Selama kemaksiatan terus berjalan, jangan berharap pula kerusakan bisa berhenti.
Berhenti dari maksiat dan kembali pada syariah Islam itu haruslah secara total. Jika belum total, berarti masih ada ruang bagi mereka dalam maksiat. Berhenti bermaksiat secara total caranya bagaimana,,? Diawali dengan muhasabah, muncul rasa takut kepada Allah dan diakhiri dengan komitmen perbaikannya. Atau yang biasa kita sebut dnegan taubat. Baik secara individu, masyarakat maupun bernegara. Total, tanpa terkecuali. Tahun 2021, Tinggalkan Sistem Jahiliyah Menuju Sistem ilahiyah
Wallaahu a’lam bish shawwab.