2021, Ada Harapan Baru



Oleh: Endah Husna

 

          Tahun telah berganti, adakah ada sesuatu yang akan ikut berganti? Jika melihat realita permasalahan umat yang makin tak terurai tidak menemukan pangkal masalahnya, semua karena kesalahan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menyelesaikan masalah rakyat. Kita lihat kebijakan saat membuka arus manusia masuk ke Indonesia saat awal pandemi di Cina, kebijakan saat pandemi yang bukan malah membaik, seperti tidak jelas dan tidak tegasnya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan justru pemerintah lebih sibuk untuk menarik investasi sebanyak-banyaknya dengan dalih untuk memulihkan perekonomian saat pandemi.

          Kemudian dikukuhkannya UU No. 109/2020 dimana ada sekitar 201 Proyek Strategis Nasional (PSN)yang dijual kepada investor asing dan lokal. Lalu program bantuan sosial langsung (Bansos) yang di gadang-gadang sebagai solusi, tetapi faktanya malah dikorupsi. Dampaknya, sektor riil terhantam, utang Indonesia dari tahun ke tahun meningkat hingga Bank Dunia mengatakan bahwa Indonesia masuk dalam 10 besar negara dengan utang luar negeri terbesar dinegara berpendapatan rendah dan menengah (CNN Indonesia, 13/10/2020). Lalu disyahkannya RUU Cipta kerja pada 5 Oktober 2020, meski mendapat penolakan dari berbagai elemen masyarakat (tirto.id, 07/10/2020).

          Belum lagi banyaknya Ulama-ulama kritis yang sebagai tanda cinta terhadap bangsa ini menyampaikan kritiknya tapi justru ditangkap, seperti yang terjadi di penghujung tahun 2020 salah satu pimpinan ormas ditangkap dengan tuduhan yang tidak adil. Bahkan tewasnya 6 anggota organisasi Islam, tak membuat pemerintah makin memperbaiki kinerjanya, tapi justru kian hebat menekan umat Islam.

          Kemudian dibebaskannya para narapidana dengan alasan menghindari penyebaran Covid-19, yang akhirnya kriminalitas meningkat. Hingga pemerintah gemar mencari-cari kesalahan siapapun yang tidak sepakat, untuk di tabrakkan dengan UU ITE No. 19 Tahun 2016.

          Sungguh masyarakat dibuat makin sengsara, tertekan dan jauh dari sejahtera. Ini adalah realitas yang memicu masyarakat angkat bicara mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah. Dan makin tak percaya dengan demokrasi yang digaungkan menjadi sistem terbaik ala penguasa yang sedang berkuasa.

         Negeri ini menerapkan demokraai,  Demokrasi adalah sistem buatan manusia, bukan berasal dari wahyu Allah SWT, maka ini adalah sistem kufur sehingga haram mengambilnya.

          Demokrasi sudah tidak ada realitasnya, Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadzah Siti Nafidah Anshory pada acara Live Discussion: "Harapan Umat, Kepemimpinan Ideologis Menuju Tegaknya Khilafah" di FP Muslimah News ID (25/12/2020), bahwa empat pilar demokrasi yakni eksekutif, legislatif, yudikatif (trias politika), dan media, sebenarnya telah runtuh. Bahkan keempatnya justru saling mengukuhkan munculnya kepemimpinan politik oligarki dan politik dinasti. Hal ini ditandai dengan munculnya kebijakan-kebijakan yang pro pemilik modal dan pro kepentingan kelompok dan golongan (Muslimahnews.com, 31/12/2020)

         Pun prediksi tahun 2021 ini jika masih mempertahankan demokrasi, negeri ini akan tetap sama bahkan semakin terpuruk, sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Suteki, S.H.,M.Hum. seorang Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Yang terkenal sebagai pakar Sosiologi Hukum dan Filsafat Pancasila.

          Maka semua realitas buruk tahun 2020 itu  harus mampu mengobarkan keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan sebagai Outlook 2021. Dan tentunya perubahan yang dibutuhkan adalah perubahan yang menyeluruh sampai menyelesaikan akar masalah bangsa ini. Untuk bisa berubah maka dibutuhkan tiga hal.

1. Pemahaman yang benar. Sesuai dengan QS. Ar Ra'du : 11, Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri".

2. Keyakinan yang kokoh akan Islam dan Khilafah. Sesuai QS. An Nur: 55. Artinya: "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang salih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, ssudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik".

3. Aksi nyata. Bukti dari keimanan adalah aksi nyata, nyata turut andil melakukan perubahan yang hakiki, yang berdasar pada yang pasti, yakni berdasarkan kepada Firman Allah SWT dalam QS. Ali imran 3:104, yang artinya: "Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung".

          Yang dimaksud pemahaman yang benar dan keyakinan yang kokoh akan Islam dan Khilafah adalah memahami bahwa tidak akan pernah selesai polemik dinegeri ini kecuali dengan diterapkannya sistem kehidupan yang berasal dari Allah SWT, mau merubah pemikiran menuju standar pemikiran Islam, adanya keinginan umat yang makin paham dan menginginkan penerapan syariah Islam. Perubahan itu sebagaimana janji Allah SWT, yaitu perubahan sistem kehidupan manusia, adalah Khilafah Islamiyah, sistem kehidupan yang bersumber dari Allah SWT, adalah perubahan hakiki yang dimaksud, dan solusi bagi negeri ini. Maka butuh aksi nyata untuk mewujudkannya. Adapun langkah-langkah praktis untuk menegakkan Khilafah:

1. Meningkatkan kesadaran politik. Mempelajari Islam sebagai sebuah Mabda' yang harus diterapkan dalam naungan Khilafah serta terlibat dalam perjuangan penegakkannya.

2. Bergabung dengan partai Islam Ideologis yang memperjuangkan Islam Kaffah

3. Taqarub Ilallah, dengan banyak melakukan amal shalih terbaik. Memohon pertolongan Allah SWT agar istikomah dalam dakwah menyeru Islam dan semoga Syariat Islam segera tegak di bumi Allah SWT ini.

          Aktivitas melanjutkan kembali kehidupan Islam dalam bingkai Khilafah tidak mungkin dilakukan oleh sedikit orang. Sehingga kita harus merujuk kepada tuntunan Allah SWT, yakni dalam QS. Ali Imran ayat 104 diatas. Sehingga butuh jamaah, namun tidak sekedar jamaah. Jamaah itu harus menyeru kepada al Khair (Islam), melakukan amar makruf nahi mungkar. Semua itu hanya bisa dilakukan oleh partai politik Islam Ideologis. Aktivitasnya adalah aktivitas politik seperti yang Rasulullah saw contohkan. Yakni mendakwahkan Islam Ideologis melalui sebuah partai atau kelompok ideologis yang mengikuti seluruh metode dan langkah yang telah Rasulullah jalani.

          Inilah harapan baru yakni munculnya sistem baru yang berasal dari Allah SWT, yakni Sistem Khilafah dengan manhaj Rasulullah saw.. Sepakatkah Anda dengan Harapan Baru yang kami gambarkan?

Wallahu a'lam bishwab.

         

 

 

 

 

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak