Vaksin Masih Uji Coba, Amankah?



Oleh: Neng Ipeh *



Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon kini tengah bersiap-siap menanti kedatangan vaksin Sinovac asal Tiongkok. Kota Cirebon sendiri membutuhkan vaksin tersebut sebanyak 50 ribu vaksin. (radarcirebon.com/12/12/2020)

Seperti diketahui, 1,2 juta dosis vaksin Sinovac telah tiba di Indonesia pada Minggu (6/12/2020) malam. Bahkan, presiden Joko Widodo mengatakan, nantinya ada 1,8 juta dosis vaksin siap suntik lain yang tiba pada Januari 2021. Sayangnya, Sinovac Biotech Ltd memberikan pernyataan terbaru mengenai efektivitas vaksin virus corona yang diproduksi perusahaan tersebut. Juru Bicara Sinovac Biotech Ltd menyebutkan, hingga saat ini belum diketahui kemanjuran dari vaksin tersebut.

Menanggapi hal tersebut, juru bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito hanya menyebut pemerintah telah memiliki pertimbangan sebelum memutuskan untuk membeli vaksin produksi Sinovac. "Pada intinya, seluruh keputusan yang dibuat oleh pemerintah sudah melalui berbagai macam pertimbangan," katanya. (kompas.com/12/12/2020)

Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengatakan, keamanan dan efikasi atau kemanjuran vaksin Sinovac memang belum bisa dipastikan. Oleh sebab itu, Pandu mewanti-wanti kepada pemerintah dan masyarakat untuk tidak terlena euforia vaksin virus corona ini. "Karena studinya belum selesai, efek samping dari vaksin ini saya juga belum tahu. Problem  terbesar ini," katanya. (kompas.com/12/12/2020)

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memahami masyarakat masih ragu dengan vaksin Sinovac tersebut. Oleh karena itu, IDI berharap vaksinasi diprioritaskan kepada jajaran menteri  terlebih dahulu. Alasannya, selain untuk meyakinkan masyarakat, jajaran menteri juga menjadi suri teladan.

Menurut Ketua Satgas COVID-19 PB IDI Prof Zoebairi Joerban harus ada role model yang mau disuntik vaksin Sinovac. Sebelum vaksin itu disuntik ke tenaga kesehatan.

"Di tengah keriuhan berita, Sinovac Biotech sudah tiba, jumlahnya sejutaan. Ada baiknya Indonesia memakai role model untuk memberi rasa aman kepada publik. Misalnya vaksinasi dilakukan lebih dulu kepada para menteri, influencer atau wartawan. Berikutnya baru dokter," katanya (liputan6.com/12/12/2020)

Vaksin memang obat yang dibutuhkan di masa pandemi seperti ini. Sejumlah negara juga sedang berlomba menemukan vaksin paling tepat untuk Covid-19. Tak terkecuali bagi Sinovac asal Cina. Hanya saja, vaksin di pusaran kapitalisme bukan sekadar berlomba menemukan obat paling ampuh.

Dorongan pembuatan vaksin tak lebih untuk meraup untung sebanyak mungkin. Jika sebuah perusahaan berhasil membuat vaksin dan efektif mengatasi suatu pandemi penyakit, maka negara lain juga berharap mendapat vaksin yang sama meski harus membelinya dengan harga mahal.

Hal ini tentu amat berbeda jika negara menerapkan sistem Islam. Dalam Islam, kesehatan merupakan salah satu jaminan yang diberikan negara. Khilafah akan melakukan pelayanan kesehatan tanpa diskriminasi. Semua warga negara berhak mendapat layanan dengan kualitas yang sama. Negara tidak akan menjual layanan kesehatan pada rakyat. Negara hanya diberi kewenangan dan tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan layanan kesehatan bagi semua warga negara.

Sistem kesehatan tentu tak akan kuat bila berdiri sendiri. Dibutuhkan sistem lain seperti ekonomi, pendidikan, sosial, dan lainnya yang terintegrasi dalam membangun sistem kesehatan yang kukuh sebagai ketahanan negara dalam bidang kesehatan. Sistem kesehatan akan optimal dan maksimal bila didukung dengan sumber dana yang cukup, tenaga kesehatan profesional, industri kesehatan yang kuat dan riset yang cepat.

Tujuan industri kesehatan dalam Islam adalah sebagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan riset, produksi obat, dan alat kesehatan. Tak heran selama kegemilangannya, infrastruktur kesehatan di masa Khilafah sangat menunjang pelayanan kesehatan bagi rakyat.


*(aktivis BMI Community Cirebon) 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak