Oleh : Neti Ummu Hasna
Upaya Amerika Serikat untuk menjerat negara-negara arab untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel masih terus berlanjut. Bila sebelumnya Uni Emirat Arab, Bahrain, Yordania hingga Sudan sudah menyetujui untuk melakukan normalisasi dengan Israel, kini giliran Arab Saudi yang menyetujui normalisasi dan membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan bahwa, sebelum normalisasi Palestina harus mendapatkan kemerdekaannya terlebih dahulu. (Republika.co.id, 06 Desember 2020)
Normalisasi hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab dan beberapa negara Arab lainnya ternyata memberikan keuntungan yang cukup besar bagi negeri Yahudi itu. Departemen Pertahanan AS mengungkapkan apabila kesepakatan dengan Kerajaan Arab Saudi dapat diraih, maka 70 unit Jet F-15 milik Israel akan dibuat oleh negaranya. Pada akhirnya keuntungan kembali didapatkan Israel. Selain memudahkan jalan untuk dekat dengan Palestina, militer Israel ternyata juga mendapatkan sokongan yang lebih kuat berkat normalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab. Normalisasi Uni Emirat Arab saja sudah membuktikan kalau Israellah yang justru mendapatkan kesempatan untuk memperkuat militernya, belum lagi keuntungan-keuntungan lain yang didapat dari normalisasi hubungan dengan negara-negara arab yang lain termasuk Arab Saudi. Bisa dipastikan posisi Israel akan semakin kuat untuk menunjukkan eksistensinya sebagai sebuah negara. Belum lagi negara-negara arab yang melakukan normalisasi dengan Israel akan membuat umat muslim semakin dekat dan setia kepada musuhnya yakni bangsa Yahudi. Padahal Allah sudah mengabarkan bahwa Yahudi selamanya tidak akan pernah rela dengan kaum muslimin.
Posisi kaum muslimin jelas benar-benar dalam bahaya. Bila normalisasi ini dilanjutkan kaum muslim yang ada di negeri-negeri arab akan semakin kabur dalam melihat mana kawan mana lawan. Yahudi yang notabenemya musuh Islam yang telah disebutkan di dalam Alquran kini malah dipuja-puja sebagai teman setia para penguasa muslim. Belum lagi kaum muslimin di negeri Palestina sendiri keselamatan mereka akan terancam. Karena Israel akan semakin mudah mendapatkan akses untuk menduduki tanah mereka. Pengakuan dan normalisasi dengan Israel sungguh adalah bentuk pengkhianatan kepada kaum muslimin dan Islam.
Meski sempat meminta prasyarat bagi kemerdekaan Palestina, kini semua itu bisa dipastikan hanya omong kosong belaka. Karena meskipun berlabel merdeka, nasib Palestina pun bisa dipastikan akan sama dengan negeri-negeri arab lainnya yakni mengkhianati Islam dengan menjadikan bangsa Yahudi sebagai kawan. Inilah kejahatan dibalik tangan-tangan bersih para penguasa muslim.
Demokrasi Kapitalisme Akar Pengkhianatan Para Pemimpin Muslim
Kita semua pasti sudah memahami bahwa apa yang terjadi di Palestina adalah bentuk penjajahan. Siapapun yang berdamai dengan penjajah, menyerahkan haknya kepada perampas dan bekerjasama dengan perampok adalah tindakan yang tidak normal. Semua bentuk pengkhianatan para pemimpin muslim terus terjadi karena mereka terjebak dalam cengkeraman sistem demokrasi dengan asas kapitalisme sekulernya. Dalam kapitalisme tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi. Sekulerisme yang mendasarinya yang mengajari mereka untuk berhukum pada hukum produk akal manusia yang lemah sehingga kepentingan yang dituju jelas hanya kepentingan yang cenderung dipenuhi oleh hawa nafsu manusia dan yang membuat perjanjian. Di samping itu tidak dipakainya standar halal haram membuat mereka tidak bisa membedakan mana keputusan yang bisa membawa keuntungan bagi kaum muslimin dan mana yang tidak. Demi kemajuan, kedudukan dan kepentingan dunia penguasa akan merelakan idealisme es agamanya. Padahal partner kerjasamanya telah menjajah tanah saudaranya sendiri. Tak hanya merebut tanahnya tapi juga menghabisi nyawa saudaranya.
Khilafah Solusi Palestina
Demokrasi yang jelas berasaskan kapitalisme dan sekulerisme telah terbukti menjadikan para pemimpin negeri Islam salah dalam mengambil langkah untuk menyelamatkan bumi Palestina. Mereka justru berkhianat demi kepentingan pribadinya. Satu-satunya harapan atas persoalan Palestina hanyalah Khilafah Islam. Khilafahlah yang akan mampu melawan Israel dan AS serta mengusirnya dari bumi Palestina. Hal ini karena setiap kebijakan politik Khilafah senantiasa lahir dari Alquran dan As-Sunnah yang jelas-jelas menyatakan bahwa Yahudi adalah musuh kaum muslim dan bumi Palestina adalah hak milik kaum muslim yang harus dibela dan dipertahankan.