Oleh : Ressa Ristia Nur Aidah
Hampir 10
bulan berlalu, hingga kini kasus Covid-19 kian melonjak tinggi dalam beberapa
hari terakhir. Bahkan Kamis (3/12), kasus Covid-19 bertambah sebanyak 8.369
hanya dalam waktu satu hari. Data ini membingungkan publik. Sebab, data yang
dilaporkan Kementerian Kesehatan berbeda dengan data yang disajikan pemerintah
daerah. Misalnya, Papua, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Pelaksana
tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P)
Kementerian kesehatan, Budi Hidayat, mengatakan, melonjaknya kasus Covid-19
nasional karena data yang dilaporkan dinas kesehatan daerah ganda. Selain itu,
peningkatan terjadi akibat penumpukan data kasus Covid-19. Ia mengelak jika
peningkatan kasus kasus Covid-19 akibat kesalahan input data di Pusat Data dan
Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan. Dia justru menegaskan, data yang
diterima Pusdatin telah melalui proses verifikasi berjenjang. Mulai dari
fasilitas kesehatan, dinas kesehatan kabupaten dan kota hingga dinas kesehatan
provinsi. Artinya, Budi menilai, peningkatan kasus Covid-19 nasional terjadi
akibat kesalahan pelaporan data dari dinas kesehatan daerah.
Terlepas
penyebab lonjakan kasus covid ini karena salah tunjuk orang ataukah salah input
data, yang pasti ini semua bukti pemerintah tidak serius menangani pandemic
ini. Karena sejatinya, angka kesembuhan itu mengikuti bagaimana cara penanganan
terhadap penularan Covid yang kian tinggi. Jika angka penularan dapat ditekan,
maka tingkat kesembuhan akan baik, serta tingkat kematian tidak akan seburuk
saat ini.
Penguasa saat ini bukannya serius mengurus pandemi, mereka malah
sibuk mengurusi hal lain, seperti Pilkada 2020 dan kebut pengesahan UU Cipta
Kerja yang menimbulkan reaksi demo massal. Kebijakan pemerintah yang ala
kadarnya, tidak ada upaya lebih. Meski kasus per hari menembus rekor berulang
kali, hal itu seolah dianggap angin lalu bagi pemerintah. Akhirnya masyarakat
makin lengah, abai, dan menganggap Corona telah berlalu.
Idealnya, peran negara mestinya menonjol di saat-saat kritis karena
wabah. Negara seharusnya melakukan pengawasan terhadap sistem tata laksana
penanggulangan Covid-19 dan memberikan sanksi tegas bagi yang menyalahgunakan
wewenang di sistem kesehatan.
Islam memiliki solusi fundamental dalam mengatasi
wabah. Kesehatan dan keselamatan rakyat adalah prioritas utama. Upaya itu bisa
dilakukan dengan:
Pertama, karantina wilayah. Memisahkan yang sehat dengan yang
sakit. Kedua, memfasilitasi setiap rumah sakit dengan
fasilitas dan layanan kesehatan yang memadai. Ketiga, mendorong
para ilmuwan untuk menemukan obat dan vaksin penyakit dengan dukungan penuh
dari negara. Keempat, memberikan gaji layak kepada para nakes dan
dokter sebagai garda terdepan melayani pasien. Kelima,
mengedukasi dan memotivasi masyarakat dengan keyakinan penuh bahwa segala
penyakit pasti ada obatnya. Masyarakat diminta berikhtiar dan bertawakal
menjaga kesehatan.
Negara juga harus memastikan masyarakat mendapat layanan kesehatan
secara maksimal. Negara juga harus memastikan setiap dokter dan tenaga
kesehatan menjalankan tugas dan fungsinya dengan penuh tanggung jawab. Kesehatan
adalah hak dasar publik yang harus diberikan negara kepada warga negara tanpa
memandang status sosial, warna kulit,
dan agamanya. Jaminan tersebut berupa tersedianya fasilitas kesehatan yang
mudah dijangkau dengan berbagai peralatan medis yang lengkap dan tersedianya
tenaga medis yang profesional. Semua fasilitas tersebut dibiayai baitulmal.
Prinsip pelayanan kesehatan dalam negara Khilafah wajib memenuhi
tiga unsur ihsan yakni sederhana dalam peraturan (tidak berbelit-belit), cepat
dalam pelayanan, dan profesional dalam pelayanan, yakni dikerjakan orang yang
kompeten dan amanah.
Semua itu bisa terwujud secara terstruktur dan
sistematis manakala sistem Islam diterapkan dalam institusi negara Khilafah. Untuk itu, marilah kita
sama-sama berdoa dan berjuang untuk tegaknya Islam kaffah di muka bumi ini.
Agar setiap urusan serta hajat hidup kita diatur dengan sebaik-baiknya oleh sistem
Islam. Terutama dalam hal kesehatan di masa pandemic seperti saat ini. [Wallahu
a’lam bi ash-shawab]