Selamatkan Muslim Rohingya Dengan Islam





Oleh : Dina Eva

Pihak berwenang di Bangladesh telah mulai merelokasi ribuan pengungsi Rohingya ke pulau terpencil meskipun ada kekhawatiran tentang keamanan dan persetujuan terkait keputusan tersebut. Sekitar 1.600 pengungsi diangkut pada Jumat (4/12) menuju Bhasan Char, pulau rawan banjir di Teluk Benggala. Mengutip laporan BBC, Sabtu (5/12/2020), Bangladesh mengatakan semua yang dipindahkan telah memberikan persetujuan. Namun, pengungsi Rohingya di Bangladesh mengatakan kepada BBC pada Oktober bahwa mereka tidak ingin dipindahkan ke pulau itu.

Kelompok hak asasi manusia pun telah menyuarakan keprihatinan bahwa banyak yang bepergian ke pulau itu,  dipindahkan di luar keinginan mereka.Human Rights Watch mengatakan telah mewawancarai 12 keluarga yang namanya ada di daftar transportasi tetapi tidak mengajukan diri untuk pergi.

Menteri Luar Negeri Bangladesh Abdul Momen mengatakan pada Kamis malam bahwa pemerintah "tidak akan membawa siapa pun ke Bhasan Char secara paksa. Kami mempertahankan posisi ini".

Pengungsi Rohingya beristirahat setelah perahu yang membawa mereka mendarat di Lhokseumawe, provinsi Aceh, Senin (7/9/2020). Hampir 300 Muslim Rohingya ditemukan di sebuah pantai di provinsi Aceh dan dievakuasi oleh militer, polisi dan Relawan. (AP Photo/Rahmat Mirza)

Rashida Khatun (55) mengatakan kepada BBC pada bulan Oktober bahwa anak-anaknya termasuk di antara 300 pengungsi awal yang dikirim ke Bhasan Char, bertentangan dengan keinginan mereka awal tahun ini setelah menghabiskan waktu hingga beberapa bulan di lautan saat mencoba melarikan diri dari Bangladesh.

Pada hari Kamis, seorang pria berusia 31 tahun mengatakan kepada Reuters sambil menangis melalui telepon saat dia naik bus dari Cox's Bazar: "Mereka telah membawa kami ke sini dengan paksa. Tiga hari yang lalu, ketika saya mendengar bahwa keluarga saya ada dalam daftar, saya melarikan diri, tapi kemarin saya ditangkap dan dibawa ke sini."

Masyarakat Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar setelah tindakan keras militer yang dimulai tiga tahun lalu di mana penyelidik PBB mengatakan sebanyak 10.000 orang tewas dan

lebih dari 730.000 mengungsi secara paksa.

Sejak itu, ratusan ribu orang tinggal di Cox's Bazar, kamp pengungsi yang luas di negara tetangga Bangladesh.

Konflik antara etnis Rohingya dan mayoritas penduduk Myanmar yang mayoritas beragama Budha seolah tak berkesudahan. Puluhan ribu warga Rohingya terlunta-lunta mengungsi ke negara lain, termasuk Indonesia.Di Myanmar, etnis Rohingya tak diakui sebagai warga negara. Mereka kesulitan memperoleh akses kesehatan, pendidikan dan perumahan yang layak. Kekerasan juga terus terjadi.Sebenarnya apa pokok permasalahan di Myanmar? Apakah konflik Rohingya murni karena agama semata?

Secara umum orang berpendapat, krisis Rohingya di Myanmar adalah masalah agama. Tetapi menurut Kepala bidang penelitian pada South Asia Democratic Forum, Siegfried O Wolf, krisis ini lebih bersifat politis dan ekonomis.

Dari sisi geografis, penduduk Rohingya adalah sekelompok penganut Muslim yang jumlahnya sekitar satu juta orang dan tinggal di negara bagian Rakhine. Wilayah Rakhine juga ditempati oleh masyarakat yang mayoritas memeluk agama Budha.

Rakhine dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Tetapi hal itu menjadi timpang ketika pada kenyataannya tingkat kemiskinan di sana ternyata tinggi. Mayoritas warga Rakhine menilai Rohingya sebagai saingan dalam hal mencari pekerjaan maupun untuk kesempatan untuk berwirausaha. Dari permasalahan politik, warga Rakhine merasa jika kaum Rohingya telah mengkhianati mereka lantaran tidak memberikan suara bagi partai politik mayoritas penduduk setempat.Hal ini diperburuk oleh sikap pemerintah Myanmar yang bukannya mendorong rekonsiliasi, tetapi malah mendukung kelompok fundamentalis Budha.Di dalam negeri Myanmar, nyaris tak ada yang membela Muslim Rohingya. Dunia mengutuk pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi yang diam seribu bahasa soal penindasan di Rohingya. Nasib Muslim Rohingya pun masih jauh dari kedamaian.

Fakta membuktikan begitu memprihatinkan kondisi kaum Muslim saat ini, ketika dunia dilingkupi ide sesat yang menyengsarakan umat manusia maka saat itu lah kenyamanan maupun kesejahteraan hidup kian jauh dari harapan.

Sekulerisme yang melahirkan paham nasionalis memberikan sekat yang ketat antar wilayah bangsa. Sejak paham nasionalis mewabah di seluruh negeri seolah rasa kemanusiaan antar bangsa sirna. Muslim Rohingya tak hanya membutuhkan bahan-bahan sandang, pangan ataupun papan tapi kemerdekaan hidup adalah hal yang paling mereka idamkan.

Rohingya Butuh Khilafah, Konsep nation state berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Islam. Nation state ikatan pemersatunya adalah kebangsaan -yang tak jelas definisinya. Sedangkan dalam Islam, ikatan pemersatunya adalah akidah islam.

Dan kesatuan umat hanya bisa terealisasi dengan adanya satu institusi Khilafah. Adapun langkah praktis Khilafah dalam menyelesaikan masalah Rohingya dijelaskan Fika Komara dalam Muslimah Timur Jauh.

 

Yakni pertama, penyatuan negeri-negeri muslim dan penghapusan garis perbatasan. Penghargaan HAM untuk Aung San Suu Kyi Dicabut Karena Sikap Atas RohingyaIslam membangun kesatuan fisik di antara umat Islam, sebagaimana tertuang dalam surah Al Anbiya ayat 92. Maka, Khilafah akan menyatukan wilayah Rakhine Myanmar, dengan tanah Bangladesh, Pakistan, kepulauan Indonesia, dengan seluruh tanah kaum muslim di dunia. Perbatasan negara Khilafah akan selalu terbuka untuk setiap muslim yang tertindas, tak peduli dari mana mereka berasal.

Kedua, digunakannya seluruh perangkat negara, termasuk memobilisasi militer untuk membela kaum muslim yang tertindas. Hal demikian akan menjadi tekanan politik yang hebat, termasuk memutus hubungan politik dan ekonomi. Serta mengeluarkan ancaman aksi-aksi militer terhadap negara mana pun yang terlibat menindas atau membunuh muslim.

Ketiga, menerapkan paradigma kewarganegaraan Islam dalam masyarakat.Menurut Islam, kewarganegaraan seseorang dilihat berdasarkan tempat yang dipilihnya untuk tinggal dan menetap. Seseorang yang menetap di dalam wilayah khilafah dan mentaati seluruh aturannya, tak peduli etnis atau agama mana pun. Maka mereka adalah warga negara yang berhak menerima seluruh haknya sebagai jaminan.

Maka dari itu, sudah sangat jelas perintah Islam bagi penguasa muslim Bangladesh, Indonesia, dan Malaysia untuk segera melakukan tidakan pertolongan terhadap pengungsi Rohingya.

Namun, bergemingnya mereka terhadap nasib kaum muslim Rohingya hari ini adalah akibat bercokolnya konsep kebangsaan dan ditinggalkannya konsep Kekhilafahan.

Oleh karena itu, satu-satunya solusi atas permasalahan kaum muslim Rohingya di Myanmar dan juga nasib muslim lainnya, seperti kaum muslim Gaza di Palestina, kaum muslim Uighur di Cina, kaum muslim Pattani di Thailan, kaum muslim Moro di Filipina Selatan, adalah tegaknya institusi pemersatu Daulah Khilafah Islamiyah. Yang akan menjadi pelindung umat dari segala macam mara bahaya dan menjadi satu institusi yang akan mewujudkan kembali peradaban Islam yang mulia.

 

 

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak