Sekolah Tatap Muka Saat Pandemi, Solutifkah?



Oleh : Ummu Nida

Sembilan bulan sudah berlalu sejak  masuknya wabah Covid-19 ke Indonesia. Kondisi pandemi telah mengubah tatanan hidup baru di negeri ini tak terkecuali dalam bidang pendidikan.
Penutupan fasilitas umum termasuk sekolah dilakukan guna meminimalisir angka penularan virus ini. Sekolah tatap muka diganti dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). 

Namun belum lama ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memberikan sinyal lampu hijau agar kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka bisa kembali digelar pada awal tahun 2021.

Pemerintah daerah Kota Bekasi pun merespon sinyal ini dengan melakukan simulasi pembelajaran tatap muka di sejumlah sekolah, diantaranya Sekolah Victory Plus Kemang Pratama, SD Islam Alzhar Jaka Permai, SMP Negeri 2 Kota Bekasi, dan SD Negeri 6 Pekayon Jaya.

Anggota Tim Role Model Simulasi Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Haris Budiyono mengatakan saat ini Dinas Pendidikan Kota Bekasi masih merancang aturan yang merupakan penambahan saat pihaknya menggelar role model ujicoba sekolah pada Agustus 2020 lalu.

"Hampir merupakan updating atau penyempurnaan dari pedoman sebelumnya. Aturan lama 70 persen, ada penambahan 30 persen lagi yang baru," kata Haris saat dikonfirmasi, Sabtu (21/11/2020).
Haris menambahkan, bahkan Mendikbud kini tak lagi mengacu pada rekomendasi dari Satgas Covid-19 untuk menentukan sekolah mana saja yang boleh atau tidak boleh dibuka. (Tribunnews.com,22/11/2020). 


Sementara itu Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta sekolah yang akan melakukan transisi pembelajaran tatap muka harus melewati berbagai pertimbangan. Hal ini mengingat adanya risiko lonjakan kasus Covid-19 dari pembukaan sekolah.

Menurut Ketua IDAI, Aman B. Pulungan mengatakan, 
"Pembukaan sekolah untuk kegiatan belajar mengajar tatap muka mengandung risiko tinggi terjadinya lonjakan kasus COVID-19, karena anak masih berada dalam masa pembentukan berbagai perilaku hidup yang baik agar menjadi kebiasaan rutin di kemudian hari". (Liputan6.com,3/12/2020).

Wacana sekolah tatap muka ini tentu akan menimbulkan pro kontra di tengah masyarakat. Mungkin sebagian masyarakat akan merasa senang karena sekolah akan kembali dibuka, mengingat banyak kendala yang dihadapi selama PJJ berlangsung. Namun di sisi lain memaksakan sekolah di tengah pandemi sangat mengancam kesehatan dan keselamatan anak. Apalagi sampai mengabaikan rekomendasi dari Satgas Covid-19. Tindakan ini jelas akan memperparah keadaan. 

Dibukanya kembali sekolah-sekolah guna menjamin kebutuhan warga negara akan pendidikan memang seharusnya dilakukan. Namun demikian kebijakan KBM tatap muka di tengah pandemi ini harus disertai pengkajian yang mendalam. Apalagi jika status daerah masih berzona merah. Jelas akan semakin memperburuk keadaan dan berpotensi menimbulkan klaster-klaster baru di sektor pendidikan.

Ketahanan sistem pendidikan saat pandemi ini memang sangat diuji. Kerapuhan kurikulum pendidikan yang ada saat ini nampak jelas meskipun sudah dilakukan gonta-ganti kurikulum. 
Tujuan pendidikan saat ini dinilai masih berkutat mengejar materi pembelajaran dan nilai di atas kertas bukan terfokus pada pendidikan akidah yang menjadi pondasi pembentukan pribadi dan karakter anak yang taat pada syariat. 

Jika kita cermati, kondisi saat ini sebanarnya merupakan kesempatan emas bagi para pendidik termasuk para orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan optimal dalam hal pembinaan akidah dan kepribadian anak. Membina mereka menjadi generasi tangguh dalam menghadapi ujian pandemi, menjaga kesehatan, kebersihan, keselamatan jiwa, semangat berbagi, peduli terhadap lingkungan, ibadah dan masih banyak lagi pelajaran positif yang dapat kita ajarkan.

Pendidikan semacam ini akan meniscayakan pendidikan tetap berjalan meskipun di tengah masa pandemi. Karena tujuan pendidikan dalam Islam salah satunya adalah membentuk kepribadian Islam pada anak didik yang mencakup pola pikir dan pola sikap.

Akidah Islam merupakan pondasi landasan diselenggarakannya pendidikan. Semua unsur pendidik baik guru maupun orang tua harus memiliki satu visi dalam mendidik anak yaitu keimanan dan mengharapkan ridha Allah semata. Anak bukan hanya diajarkan ilmu-ilmu terapan saja seperti yang saat ini diajarkan di sekolah namun yang lebih penting adalah memahamkan mereka dengan tsaqofah keislaman.
Dengan adanya pandemi ini tidak membuat tujuan dari pendidikan itu melemah. Adanya pendidikan seharusnya makin menguatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Islam mempunyai metode pengajaran yang khas yaitu _talqiyan fikriyan_ yakni berupa proses penyampaian pemikiran oleh guru kepada anak didik dengan disertai penggambaran atas fakta ilmu yang disampaikan sehingga berhasil memengaruhi perilaku anak didik.

Masalah pendidikan juga tak lepas dari soal pendanaan. Salah satu sumber pendanaan dalam negara Islam adalah _Baitul Mal_. Baitul Mal merupakan lembaga milik negara yang mengelola keuangan negara untuk kepentingan umat termasuk dalam bidang pendidikan. Negara menjamin keberlangsungan pendidikan dengan memberikan pendidikan dan fasilitas terbaik secara gratis bagi setiap warga negara. 
Sitem semacam ini hanya akan terealisasi jika sistem Islam diterapkan secara sempurna dalam bingkai negara Khilafah. 

Wallahu a'lam.

1 Komentar

  1. tulisannya tumpang tindih dengan gambar jadi tidak enak dibaca

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak