Rohingya: Etnis Minoritas yang Diasingkan



Oleh: Luthfia ‘Indana Zulfa*


Sekitar 1600 pengungsi Rohingya mulai dipindahkan ke sebuah pulau di Teluk Bengal yang bernama Pulau Bangshan Char oleh pemerintahan Bangladesh. Mereka dipindahkan dengan alasan untuk mengurangi kepadatan kamp yang mereka didirikan ketika melarikan diri dari kekerasan Myanmar dari beberapa tahun yang lalu. Seperti yang diketahui Rohingya merupakan kelompok etnis Muslim di Myanmar yang mengalami kekerasan oleh pemerintahannya sendiri beberapa tahun terakhir. Beberapa di antaranya ditampung segian Negara, dan bebrapa yang lain banyak yang terombang-ambing di lautan.

Pemindahan pengungsi Rohingya ini rupanya tak sedikit mengundang kontra. Sebagian kelompok pegiat HAM melarang proses tersebut dilanjutkan, mengingat pulau Bangshar Chan merupakan pulau terpencil yang rawan banjir serta terdapat laporan fasilitas yang tidak memadai bahkan pelecehan seksual oleh tentara AL. Banyak dari pengungsi mengatakan kegiatan tersebut tidak atas kemauan mereka. Namun pemerintahan Bangladesh malah menyatakan sebaliknya. 

Dilansir dari VIVA.co.id (6/12) Mohammad Shamsud Douza, wakil pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas pengungsi mengatakan relokasi tersebut bersifat sukarela. “Mereka pergi kesana dengan senang hati. Tidak ada yang dipaksa pemerintah telah mengambil semua langkah untuk menangani bencana termasuk kenyamanan hidup serta mata pencaharian mereka” 

Saat ini, rasa nasionalisme justru membuat sekat-sekat antar Negara. Termasuk Bangladesh, negara tetangganya sendiri. Ketika terdapat rakyat Negara lain membutuhkan pertolongan masih banyak yang berpikir dua kali untuk menolongnya. Begitu banyak muslim Rohingya yang terombang-ambing di lautan mengalami penolakan di berbagai Negara. 

Hanya beberapa Negara saja yang mau menerimanya. Bahkan  PBB, UNHCR, HRW yang seharusya mampu mengatasi permasalahan ini justru hanya menjadi lembaga penghasil konvensi, sehingga kita tidak dapat bergantung solusi kepadanya. 

Saat ini kondisi etnis Rohingya semakin memprihatinkan. Karenanya kita butuh suatu sistem yang mampu mengatasi ini semua. Hanya dalam sistem khilafah yang mampu menerapkan secara nyata konsep muslim yang satu dengan muslim yang lain bagaikan satu tubuh. Seperti sabda Rosulullah SAW:”Perumpamaan orang-orang mu’min dalam berkasih sayang dengan sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan baik (sakit) demam dan tidak bisa tidur”(HR. Bukhari-Muslim). 

Sehingga tidak ada lagi sekat- sekat kebangsaan dikarenakan rasa nasionalisme. Khilafah mampu membangun ukhuwah Islamiyah antara kaum muslimin serta menjaga mereka dari peninidasan terutama dari kaum kafir. Karena khilafah layaknya perisai yang melindungi rakyat didalamnya dan menjamin penjagaan nyawa warga negaraya baik muslim maupun non muslim (kafir dzimmi). 

Dengan menggunakan aturan Islam, Khilafah mampu mencegah terjadinya aniaya terhadap orang lain. Dan Islam akan menjatuhkan hukuman berat terhadap orang yang berani melakukannya baik berupa tebusan maupun qishos (dibunuh). Dengan demikian nyawa manusia akan terjaga. 

Namun jika penganiayaan dilakukan dengan terorganisir oleh kafir harbi fi’lan maka jalan satu-satunya adalah berjihad dan membela warga negaranya yang tertindas. Kekuatan militer khilafah sudah tak bisa diragukan lagi. Banyak sejarah menuliskan bahwa tentara Islam banyak mendapatkan kemenangan dalam berjihad. Untuk itu, mari menjadi muslim yang peduli dan semangat dalam mengkaji serta mendakwahkan Islam agar Islam berjaya kembali  membawa rahmat bagi seluruh alam.

*Mahasiswi IAIN Tulungagung

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak