Oleh: Sri Ummu Sakha
Pekikan para anti Neoliberalisme dianggap nyanyian lama bak kaset kusut.Siapa peduli dengan suara kresek-kresek yang membuat telinga gatal.
Agen Neolib selalu datang pada saat kelaparan dengan wajah malaikat.Mereka meberi makan,pekerjaan dan modal. Lalu kita terpana bukan kepalang,ternganga sampai lupa mengelap air liur.
Jauh panggang dari api jika rakyat merindukan negeri ini menjadi negeri yang berdaulat dan bermartabat tanpa bergantung kepada Asing
Indonesia berada pada posisi ke-6 dengan total utang USD 402,08 miliar atau sekitar Rp 5.907 triliun(kurs Rp 14.693 perIuSD) di 2019.terdiri dari utang jangka panjang USD 354,5 miliar.
Adapun utang Indonesia kembali naik di 2020.Bank Indonesia(BI)melaporkan jika hingga agustus 2020,Utang Luar Negeri(ULN) Indonesia meningkat menjadi USD 413,4 miliar,atau sekitar Rp 6.074 triliun.
https://m.liputan6.com/bisnis/read/4387463/headline-utang-indonesia-termasuk-yang-terbesar-di-dunia-masih-aman-dan-wajar
Sudah bertahun-tahun negeri ini bergantung pada Hutang Luar Negeri" untuk insfratruktur,penanganan bencana,kesehatan,danlainya.tak jua negeri ini bangkit yang ada rakyat makin jungkir balik pontang-panting,demi mencukupi beban hidup yang semakin berat.
Tak sedikit masyarakat resah memikirkan nasip keluarganya dan generasi yang akan datang,jika Hutang negara semakin meningkat semua kekayaan alam bahkan negeri ini,bisa saja menjadi tumbal akibat keserakahan para pemuas napsu.
Hingga kinipun perusahaan perminyakan dan pertambangan asing yang tergabung dalam TNCs (antek neolib) masih terus menguras habis kekayaan bumi Indonesia termasuk Blok Natuna D-Alpha yang pernah dikelola Exxon Mobil. Menjadi ironi ketika perusahaan negara PT Antam di Bintan dan PT Timah di Singkep memiliki tabiat yang hampir mirip kolonial. Setelah puas menghisap sampai kerontang lalu angkat koper meninggalkan kerusakan lingkungan dan rakyat tetaplah miskin.
Neoliberalisme amat dekat dengan neokolonialisasi yang bertujuan mencengkeram ekonomi dunia dengan modus penjajahan gaya baru yang lebih laten dan multidimensi. Kebijakan-kebijakan yang didorong oleh kaum neolib secara umum meliputi kebijakan penghapusan subsidi, deregulasi, privatisasi, liberalisasi sektor keuangan, perdagangan bebas, gerakan modal bebas dan investasi bebas. Promotor neolib juga menawarkan apa yang disebut dengan structural adjusment program (SAP) yaitu berbagai bentuk ‘bantuan’ pemikiran dan konsep dengan regulasi.
Dengan Washington Consensus para pembela ekonomi privat terutama wakil dari perusahaan-perusahaan besar multinasional telah menjebak berbagai negara berkembang termasuk Indonesia sebagai ‘tanah jajahan yang empuk’ melalui instrumen Bank Dunia (World Bank), International Monetary Fund (IMF), World Trade Organization (WTO), Asian Development Bank (ADB) dan Transnational Companies (TNCs). Yang terakhir dan paling agresif adalah lembaga keuangan dari negeri China.
Sebagai catatan, Indonesia adalah negara terkaya dengan Gross Domestic Product (GDP) nomor 15 di dunia yang tergabung dalam G20 (kelompok negara yang menguasai 81 % kekayaan dunia), namun rata-rata penghasilan perorang (perkapita) 2011 justru tercampak jauh ke urutan 108 ($3,700), berada di antara negara miskin dan primitif di Afrika, Congo dan negara penuh konflik bersenjata, Irak.
Sistem ekonomi kapitalis yang dianut negara, inilah penyebab kesengsaraan dan penderitaan rakyat yang semakin bertambah-tambah.sudah cukup,berhutang sebesar apapun untuk alasan menopang ekonomi rakyat,meluaskan lapangan pekerjaan, bantuan ini dan itu sejatinya bukan untuk kepentingan rakyat tetapi untuk kesejahteraannya para kapitalis,tetap saja rakyat harus bekerja keras agar asap dapur bisa ngepul.
Lantas mampukah negera menanggung kebutuhan masyarakat tanpa utang keluar negeri dan terbebas dari segala bentuk tawaran yang menjanjikan syurga padahal neraka sejatinya, karena hutang dengan cara yang ribawi jelas-jelas menantang perang dengan Allah subhanahu wa ta'ala
يا أيها الذين أمنوا اتقوا الله وذروا ما بقي من الربا إن كنتم مؤمنين فإن لم تفعلوا فأذنوا بحرب من الله ورسوله
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu."( QS Albaqarah:278-279)
Jelas hutang kepada Asing dengan cara ribawi akan membawa petaka dan menjadi sumber kehancuran bangsa.dengan demikian islam tidak menganjurkan utang luar negeri kecuali dalam keadaan yang sangat genting yang mengancam kesejahteraan rakyat banyak,tentunya dengan syarat bebas bunga atau riba
Islam menawarkan solusi kongkrit dari berbagai persoalan yang mendera negeri ini, dengan sistem ekonomi islam dalam sebuah institusi yang agung yaitu khilafah,negara yang menerapkan sistem yang berasal dan pencipta seluruh alam.
Khilafah memiliki sumber pemasukan dinamakan baitul maal.dari baitul mal ada tiga pos utama. Pertama, bagian Fai dan Kharaj. Fai adalah harta yang diperoleh dari rampasan perang, sedangkan Kharaj adalah retribusi atas tanah atau hasil produksi tanah wilayah yang telah ditaklukan oleh kaum muslimin.
Kedua, bagian kepemilikan umum yaitu segala sesuatu menjadi kepemilikan vital bagi masyarakat secara alami tidak bisa dimiliki dan dimanfaatkan oleh individu. Seperti barang tambang yang depositnya tidak terbatas dan sumber daya alam lainnya. Ketiga, bagian sadaqah yaitu pemasukan dari berbagai pos zakat yang telah disyariatkan. Baik zakat maal dan perdagangan, zakat pertanian dan buah-buahan serta berbagai zakat ternak.
Dari sumber-sumber utama pemasukan baitul maal ini, negara mampu mencukupi berbagai kebutuhan negara termasuk berbagai kebutuhan publik bagi rakyat. Infrastruktur, pendidikan, keamanan termasuk kesehatan.
Khalifah sebagai kepala negara akan menjalankan amanah sebaik-baiknya dalam pengelolaan harta semata-mata untuk kemaslahatan rakyat. Karena amanah kepemimpinan akan diminta pertanggung jawaban di akhirat kelak. Bahkan menyelamatkan kesehatan dan nyawa rakyat lebih utama bagi negara dibandingkan penyelamatan ekonomi. Karena negara khilafah selalu menjaga kestabilan ekonomi yang dikelola dengan sistem ekonomi sesuai syariat,
agar menjadi bangsa yang mandiri dan terhormat yang diridhai Allah subhanahu wa ta'ala.
Wallahu 'alam bisshawab
Tags
Opini