Oleh Anita Irmawati
Penghujung tahun 2020 masih diwarnai situasi pandemi Covid-19. Bukan hanya China saja yang dilanda Corona, namun seluruh dunia sudah disambangi oleh Covid-19. Sejak ditemukannya virus ini di Wuhan, China pada penghujung akhir tahun 2019 kasus terinfeksi semakin meningkat tinggi, bahkan hampir satu tahun pandemi berlalu virus Corona masih saja menginfeksi penduduk bumi.
Melansir dari worldometers (6/12), secara global virus corona jenis baru telah menginfeksi sebanyak 66.791.113 orang di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 46.180.387 orang telah dinyatakan sembuh dari infeksi SARS-CoV-2 ini. Sementara itu, virus corona jenis baru ini telah menewaskan 1.533.345 orang di seluruh dunia (Kompas.com, 6/12). Bahkan Indonesia kembali berada di peringkat ke-20 secara global. Dengan jumlah kasus sebanyak 563.680 kasus infeksi dan 17.476 korban jiwa (Tribunnews.com, 5/12).
Akibat dari adanya pandemi Covid-19, membuat kehidupan manusia luluh lantak. Corona membuat semua aktivitas terhenti, membuat ekonomi dalam jurang resesi, pendidikan yang mati suri, banyaknya pengangguran dan kerusakan lainnya pada seluruh aspek kehidupan.
Padahal, saat ini merupakan zaman teknologi. Dimana perkembangannya yang pesat mengenai berbagai ilmu pengetahuan. Mulai dari teknologi informasi dan komunikasi, teknologi pendidikan, teknologi kesehatan, teknologi pertanian, teknologi perikanan, dan teknologi lainnya yang menunjang kehidupan menjadi serba gampang. Namun sayang, peradaban dunia saat ini diwarnai Covid-19 yang berbarengan dengan pesatnya perkembangan teknologi.
Muhasabah Musibah
Dengan adanya perkembangan teknologi ini, para ahli memformulasikan solusi Covid-19. Terkhusus bidang kesehatan yang sedang mencari-cari obat mujarab, mulai dari alat tes hingga vaksin penawar. Namun, terlepas dari usaha itu semua perlu adanya pengakuan terhadap pandemi ini. Bisa jadi ini adalah teguran dari Sang Pencipta. Sekuat apapun manusia tentu hanya pada Allah lah tempat bergantung sesugungguhnya. Bisa jadi pandemi adalah teguran akibat pongahnya manusia yang membuat kerusakan di muka bumi.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
(Ar-Rūm (30): 41)
Solusi Hakiki Tobat pada Illahi
Sudah selayaknya manusia berserah diri dan minta ampunan pada Sang Pencipta. Akibat kesombongan dan pongahnya berdiri di atas bumi tanpa mengikuti aturan Illahi. Berbuat sesuka hati hingga menggantikan aturan Pencipta dengan aturan manusia. Tak heran kedzaliman meraja rela, tak ada lagi keadilan bagi seluruh manusia.
Maka sudah selayaknya hal ini harus ditobati. Dengan taubatan nasuha. Tentu, bukan sekadar taubat dari individu semata, namun taubat dari seluruh manusia. Ya, menuntaskan kedzaliman dan menyambut keadilan dari diterapkannya aturan paripurna. Bukan lagi aturan manusia dan mencampakkan aturan Islam yang diturunkan oleh Sang Pencipta.
Jadi, bukan hanya solusi dari usaha manusia semata. Namun bertaubat akan kedzaliman yang membuat bumi sudah tak nyaman dihuni. Resolusi sejati, taubatan hakiki meninggalkan kedzaliman menuju keadilan. Wallahu'alam bisahwab [].
Tags
Opini