Oleh Ummu Irsyad
Meski di tengah kondisi pandemi beberapa provinsi di Indonesia dijadwalkan akan tetap menggelar Pilkada. Berbagai persiapan pun tengah dilakukan guna mematuhi protokol kesehatan.
Sama dengan Pilkada tahun-tahun sebelumnya , fenomena politisasi agama pun terus berulang. Para calon penguasa itu tahu betapa berartinya suara umat muslim . Sehingga mereka berusaha mendapatkan suara umat muslim dengan menggunakan agama. Hal ini pun mengundang komentar Ketua Umum Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar Cabang Indonesia, TGB Muhammad Zainul Majdi, bahwa politisasi agama semata untuk mendapatkan kekuasaan atau memenangkan kontestasi politik akan berdampak buruk dan berbahaya.
TGB memaknai politisasi agama merupakan pemanfaatan agama semata untuk mendapatkan kekuasaan atau memenangkan kontestasi politik, atau agama jadi instrumen untuk mendapatkan hasil politik. (Republikaonline, 19/11/2020)
Tapi , sepertinya politisasi agama memang tidak bisa dihindari dalam demokrasi . Karena para kontestan politik ini harus berebut suara demi kursi . Apalagi suara umat muslim bisa memberikan peluang kemenangan yang sangat besar . Lihatlah bagaimana dulu calon presiden tiba-tiba menjadi sosok yang islami dan penuh simpati terhadap umat muslim. Mengunjungi ulama ke berbagai pesantren untuk meminta restu . Bahkan posisi jabatan wakil presiden pun banyak yang menilai hanya sebagai alat untuk mendulang suara umat muslim.
Bahkan, seorang kafir Joe Biden dalam kampanyenya menyebutkan sebuah hadis untuk mengkritisi kinerja Donal Trump. Sungguh, apa yang dilontarkan Joe Bidan saat berkampanye dulu bukanlah merupakan keyakinannya kepada hadis tersebut. Hal demikian dia lakukan hanya untuk mengambil hati umat Islam Amerika.
Inilah rusaknya sistem demokrasi , menempatkan agama begitu rendahnya. Agama hanya dijadikan alat untuk memperoleh kekuasaan . Ketika kemenangan sudah diperoleh maka agama dibuang dan umat muslim pun dicampakkan .
Berbeda dengan Islam , agama dijadikan pedoman dalam berpolitik. Bukan hanya sebagai alat meraih kepentingan politik.
Karena Politik dalam pandangan islam adalah mengurusi urusan umat .
Seharusnya, arah politik negeri ini menjadikan agama sebagai pedoman agar kekuatan politik yang kita raih semata untuk menerapkan syariat Islam. Dengan diterapkannya syariat islam, politisasi agama tidak akan terjadi.
Oleh karena itu, umat membutuhkan parpol shahih yang bervisi menerapkan syariat Islam dalam bingkai Daulah Khilafah. Bukan parpol yang sekadar menjadikan agama sebagai pendulang suara.
Parpol tersebut haruslah mendekati umat dengan sabar. Mengedukasi mereka agar paham bahwa kaum muslim bisa beribadah dengan sempurna jika ada institusi yang menerapkan Islam.
Insyaallah, parpol yang berlandaskan Islam dan memiliki visi mewujudkan kembali kehidupan Islam, serta menggunakan metode yang sesuai ajaran Nabi Saw., akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.
Semoga Allah SWT segera menurunkan pertolongannya, dengan menjadikan agama ini sebagai pedoman umat manusia dalam menjalankan kehidupannya.
“Dan barang siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang.” (Al Maidah 56)
Tags
Opini