Oleh : Elis Sulistiyani
Muslimah Perindu Surga
Miris baru-baru ini Elitha seorang buruh di
perusahaan Aice yang sedang mengalami endometriosis harus mengalami pendarahan hebat karena beban
kerja yang terlalu berat. Hingga akhirnya dia harus mengalami operasi kuret
untuk mengangkat jaringan di rahimnya. Sebelumnya Elitha sempat mengajukan
untuk bisa pindah divisi, mengingat beben kerja di divisi yang sedang dijalani
terlalu berat. Namun apalah daya bukannya diberi keringanan Elitha dipaksa
menyerah dengan keadaan dan tetap bekerja di divisi sebelumnya. Elitha pasrah
dan tidak punya pilihan karena dia juga mendapat ancaman diberhentikan dari
pekerjaan jika membantah. (The conversation. com, 18/03/2020)
Bagaikan fenomena gunung es kasus Elitha
hanyalah satu dari sekian banyak kasus yang tak terkuak ke publik. Berbagai
tindak kekerasan fisik maupun seksual juga kerap dialami kaum buruh perempuan
saat mereka sedang bekerja. Berbagai tindakan diskriminasi juga seolah menjadi
santapan harian kaum buruh perempuan saat ini.
Pekerjaan yang berat harus mereka tanggung
demi upah yang tak seberapa. Beban hidup seolah berada dipundak mereka. Mereka
bekerja demi keluarga, atau bahkan untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah
tangga. Sekelumit permasalahan perburuhan perempuan ini, belum juga dapat
diselesaikan. Permasalahannya selalu sama aturan mengenai perburuhan dibuat
guna melindungi hak buruh. Namun saat ini justru buruh mendapat hantaman keras
dengan berlakunya UU Omnibus Law yang disinyalir merugikan kaum buruh termasuk perempuan.
(The conversation. com, 18/03/2020)
Gaung kesetaraan gender semakin nyaring saat
banyak muncul kasus serupa. Pengusung kesetaraan gender ini berasumsi jika
segala kekerasan dan ketidakadilan yang terjadi kepada pekerja perempuan
dikarenakan belum adanya kesetaraan gender saat ini. Keberpengaruhan perempuan
di sektor publik masih sangatlah minim.
Kaum feminis yang menjadi pengusung
kesetaraan gender ini selalu berupaya untuk membuat perempuan dapat setara
dengan laki-laki dalam segala bidang. Padahal sejatinya yang menjadi akar
masalah dari berbagai kasus kekerasan ini adalah sistem kapitalis. Sistem ini
telah memaksa kaum ibu untuk bekerja demi membantu suami atau bahkan menjadi 'kepala
keluarga'. Karena saat ini sulit bagi kaum ayah untuk mencari pekerjaan,
mengingat banyak sektor pekerjaan sebenarnya telah diisi pekerja perempuan. Waktu
mereka habis untuk bekerja, hingga mereka korbankan waktu untuk membersamai tumbuh
kembang buah hatinya.
Bagai teriris sembilu, dengan pengorbanan yang
telah diberikan merka justru harus mendapat perlakuan yang tidak manusiawi. Sistem
ini memang tidak akan dapat memanusiawikan manusia, karena sistem ini hanya
berpihak kepada mereka yang bermodal saja bukan kepada mereka, kaum buruh.
Benang merah dari sengkarut mengenai
perburuhan ini akan mudah untuk terurai jika kita menyelesaikannya dengan
aturan yang benar, aturan yang berasal dari Sang Khaliq. Islam adalah
solusinya. Islam bukan hanya sekedar agama tetapi juga jalan hidup yang
didalamnya terdapat solusi atas problematika hidup manusia. Pun termasuk
mengenai masalah buruh perempuan. Dalam Islam perempuan begitu dihormati dan
dimuliakan. Allah SWT perintahkan kaum perempuan untuk menutup auratnya guna
menjaga kehormatannya. Allah berikan keistimewaan saat disampaikan bahwa surga
berada dibawah telapak kaki ibu.
Selain itu Islam telah tempatkan perempuan
kepada posisi yang luar bisa, yakni melahirkan dan mendidik generasi Islam yang
cemerlang. Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi seorang anak, yang akan
membuat merka siap menjadi penerus peradaban Islam yang gemilang. Perannya
tidaklah main-main, namun saat ini kapitalis justru telah 'mempermainkan'
perempuan. Kodrannya tercerabut oleh himpitan ekonomi akibat hasrat materi kapital.
Sistem ekonomi saat ini menempatkan perempuan
sebagai komoditi industri yang bisa dibayar murah. Hal ini tidak jauh dari
prinsip kapitalis 'modal sekecil-kecilnya dan untung sebesar-besarnya'. Prinsip
ini pula yang telah mebuat peluang kerja bagi laki-laki kian minim karena telah
tergantikan oleh perempuan.
Hal inilah sejatinya yang dapat menjadi
fokus permasalahan hm guna menyelesaikan permasalahan kekerasan terhadap
perempuan khususnya dalam dunia kerja. Negara mesti turun tangan guna
memastikan kaum ayah mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga dapat menafkahi
keluarganya. Hingga akhirnya kaum ibu tidak perlu menanggung beban mencari
nafkah, yang berisiko mengalami kekerasan. Dampaknya kaum ibu akan fokus untuk menjalankan
kodratnya sebagai ummi WA rabbatul bayt.
Semua ini hanya akan terwujud jika negara menerapkan
sistem Islam secara komprehensif. Tidak tebang pilih pada hukum tertentu saja. Tapi
Islam diterapkan dalam segala aspek kehidupan dan akhirnya akan menghadirkan
keberkahan dalam kehidupan.