Oleh : Nenah Nursa'adah, Kp. Sayuran - Kec. Ciparay, Kab. Bandung.
Seorang perempuan diberi Allah SWT kelembutan dan kasih sayang yang luar biasa. Semestinya anugerah ini terjaga keberadaannya dan akan tercermin dalam keoptimalan dalam menjalankan perannya sebagai ibu.
Dia akan mengerjakan perannya dengan sebaik-baiknya, menyayangi, menjaga, membesarkan, dan mendidik putra-putrinya dengan benar sehingga terlahir dari rahimnya generasi saleh dan salihah.
Namun, fakta sekarang banyak membuat kita miris dan sedih. Ternyata, ada di antara perempuan ini yang tega menyakiti darah dagingnya sendiri, bahkan dengan sengaja membunuhnya.
Kenapa naluri ibu seolah hilang? Apakah benar kemiskinan penyebab utamanya? Inilah beberapa perkara yang membutuhkan jawaban, sehingga kaum perempuan kembali kepada fitrahnya sebagai ibu pendidik generasi. Ibu yang akan melindungi anak dengan sepenuh hati dalam kondisi apa pun.
Kemiskinan memang sering kali dituduh sebagai penyebab yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa kriminal. Sebagaimana kasus pembunuhan yang dilakukan seorang ibu kepada tiga anak kandungnya di kepulauan Nias. Menurut Humas Polres Nias, Iptu Yasden, motif pelaku melakukan pembunuhan tersebut karena faktor himpitan ekonomi. “Kesulitan mencari nafkah sehari-hari,” ujarnya. (tribunnews.com)
Padahal, sesungguhnya kemiskinan hanyalah dampak diterapkannya sistem yang salah, sistem yang gagal mengelola kekayaan alam. Limpahan kekayaan luar biasa yang dimiliki negeri ini tidak diurus dengan benar, sehingga tidak menjadi sumber pendapatan yang akan menjadi modal menyejahterakan rakyatnya.
Sistem demokrasi kapitalisme yang diterapkan sekarang telah sukses mengumpulkan kekuasaan pada seseorang dan pihak yang berada di sekitarnya—kemudian dikenal istilah politik dinasti. Namun, gagal dalam mendistribusikan keadilan dan kesejahteraan pada rakyatnya.
Jika jujur dalam mengungkap akar masalahnya, kemiskinan hanyalah kambing hitam. Sebenarnya yang layak dijadikan tertuduh adalah sistem kehidupan yang telah melahirkan banyaknya keluarga miskin.
Aturan yang diterapkan lebih berpihak kepada pemilik modal. Merekalah yang banyak mendapat keuntungan dari kekayaan negeri ini. Sementara rakyat tetap berada dalam himpitan kesulitan.
Orang-orang yang kurang secara ekonomi dan lemah dalam keyakinan akhirnya tidak bertahan dan terjerumus mengambil solusi yang tidak menyelesaikan, malah justru semakin menjerumuskan pada kejahatan dan pelanggaran.
Nasib ibu dan anak dalam sistem demokrasi kapitalis sangat mengenaskan. Dia tidak memiliki kesempatan untuk menikmati perannya dengan baik. Mereka menjalaninya dengan berat dan penuh keterpaksaan. Jadilah fungsi istri dan ibu sebagai beban yang menyesakkan, dianggap merampas kebebasan dan ekspresi pribadi, dan jauh dari kenyamanan yang membahagiakan.
Mereka berupaya untuk melepaskan beban ini dengan berbagai cara. Bahkan kematian dianggap sebagai solusi yang dipilih untuk menghentikan segala penderitaan. Bagi mereka, urusan hisab dan pertanggungjawaban di akhirat bukan perkara yang harus dipikirkan.
Hal ini karena mereka jauh dari nilai-nilai agama sebagai fondasi dan standar ketika berpikir dan berbuat. Sekularisme telah menghilangkan hubungannya dengan Sang Pencipta, berupa ketaatan terhadap aturan-Nya yang diturunkan dalam ajaran agama.
Ketika Islam diterapkan secara sempurna oleh negara, hak dan kewajiban seluruh warga negara pun akan terpenuhi dengan baik. Keadilan bukan hanya janji dan harapan, tetapi akan terbukti dalam kehidupan nyata.
Sistem ekonomi Islam yang diterapkan negara akan mengelola sumber daya alam milik umum, seperti hutan dan barang tambang untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Keuntungan yang diperoleh negara akan dikembalikan kepada mereka berupa jaminan pendidikan, kesehatan, dan keamanan yang diperoleh secara cuma-cuma, juga tersedianya fasilitas umum yang baik.
Kebijakan pendidikan Islam yang diberlakukan negara akan memastikan seluruh rakyat mendapatkan pendidikan yang layak dan cukup. Sistem pendidikan yang akan menguatkan keimanan, meningkatkan penguasaan ilmu syariat dan ilmu kehidupan, juga akan mendorong pengamalannya.
Lewat sistem ini, akan lahir orang yang kuat dalam keimanan dan siap menjalani kehidupan sesuai syariat, serta mampu bertahan menghadapi ujian kehidupan.
Ketika Khilafah tegak, negara akan dirasakan kehadirannya oleh seluruh rakyat, termasuk kaum perempuan. Kebijakan yang ditetapkan negara senantiasa akan mengacu pada fungsinya sebagai raa’in dan junnah (perisai), penanggung jawab dan pelindung rakyat.
Solusinya adalah meninggalkan sistem yang menyengsarakan. Dan beralih pada sistem yang menyejahterakan, yakni Khilafah Islamiyah. Wallahu a’lam bishshawab.
Tags
Opini