Tahun 2020 sedang menyusuri hari-hari terakhirnya. Dan kita, akan segera menapaki tahun 2021. 2020 adalah tahun yang teramat istimewa. Mengapa? Karena, di tahun inilah hadir pandemi di seluruh bumi. Dan Allah Ta'ala memilih kita untuk membersamai semua ini.
Namun, apa yang sudah kita petik? Apa yang sudah kita ukir? Apakah tahun ini telah menjadikan kita semakin memiliki jiwa yang tangguh atau justru jatuh dalam rapuh?
Sudah bukan rahasia lagi, jika dalam rentang waktu yang tidak menentu ini pemerintah belum bisa dikatakan sukses dalam mengantarkan rakyatnya menuju kehidupan yang sejahtera. Hingga kini, pandemi yang telah menelan banyak korban belum bisa teratasi. Pemerintah begitu lamban mengambil sikap dalam menangani kasus pandemi.
Konfirmasi positif virus corona (Covid-19) di Indonesia per hari ini, Jumat (4/12), bertambah 5.803, sehingga total akumulatif sejak pasien pertama diungkap awal Maret lalu adalah 563.680 kasus (cnnindonesia.com, 4/12/2020).
Begitu juga dengan buramnya potret kehidupan remaja. Pergaulan bebas menjadi suatu hal yang biasa menghiasi kehidupan mereka. Narkoba menjadi sahabat setia disaat masalah melanda. Belum lagi, kerusakan moral yang semakin memperparah keadaan. Padahal, remaja adalah generasi penerus suatu bangsa. Mau dibawa ke mana nasib bangsa ini jika para genarasi mudanya justru terpuruk dalam kehidupan yang senantiasa melenakan.
Masih hangat pula dalam ingatan, betapa rezim sangat represif terhadap umat Islam. Dari awal tahun 2020 hingga menjelang akhir tahun ini, sikap yang ditunjukkan semakin menjadi. Ini semua buah dari sistem demokrasi yang begitu lantang menyuarakan kebebasan dalam berpendapat. Namun, kebebasan yang digembar-gemborkan hanya berlaku bagi orang-orang yang sejalan dengan kehendak meraka sebagai penyebar kebatilan. Sementara di sisi lain, umat Islam yang senantiasa menyuarakan kebenaran seringkali diintimidasi.
Tampak, bahwa demokrasi tidak konsisten dengan apa yang telah dijadikan sebagai landasan dalam menjalani kehidupan. Para pengemban demokrasi beserta kroninya mengira bahwa mereka akan bisa menguasai dunia dengan ide-ide yang dibawanya.
Berbagai kerusakan serta problematika kehidupan yang tiada habisnya, dikarenakan penerapan sistem kehidupan yang tidak pernah bisa memanusiakan manusia sebagaimana mestinya.
Secerdas apapun manusia membuat aturan bagi kehidupannya, maka selamanya tidak akan pernah bisa mengantarkan menuju kebangkitan. Hal ini dikarenakan, manusia adalah makhluk yang lemah dan serba kurang. Setiap aturan yang dibuat pastilah membawa kepentingan bagi dirinya maupun sekelompok orang yang membebek kepadanya.
Telah nyata adanya, bahwa demokrasi bukanlah sistem yang layak untuk diterapkan di muka bumi ini. Saatnya untuk mengganti sistem bobrok ini dengan sebuah sistem yang tidak diragukan lagi keunggulannya. Apakah itu? Yaitu, sistem yang berasal dari wahyu Ilahi Robbi.
Islam sebagai agama paripurna dan sempurna sangat layak untuk dijadikan sebagai pengganti demokrasi. Sebuah aturan kehidupan yang tidak diragukan lagi keberhasilannya dalam mengantarkan seluruh umat manusia menuju peradaban yang tinggi dan mulia.
Kurun waktu tiga belas abad lamanya bukanlah waktu yang singkat. Dan hal itu merupakan bukti, bahwa peradaban Islam pernah memiliki rekam jejak keemasan yang telah diakui pula oleh dunia.
Rasulullah SAW bersabda, “Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya masa kerajaan yang menggigit (Mulkan ’Adhan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Setelah itu, masa kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” (HR. Ahmad)
Berdasarkan hadits di atas, tidak lama lagi masa kekhilafahan yang akan menerapkan syariat Islam sebagai wahyu dari Sang Pencipta Jagad Raya segera tegak kembali menaungi bumi ini. Tugas kita adalah tetap istiqomah di jalan dakwah.
Di tahun 2021, tentunya banyak harapan yang dituju, terutama perubahan sistem kehidupan yang diemban oleh negara ini harus segera diganti dengan sistem yang bersumber dari wahyu Ilahi agar keberkahan bisa didapatkan.
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (Q.S. Al-Maa’idah : 50)
Wallahu a’lam bishshowab.