Oleh Ummu Irsyad
Sungguh pilu melihat nasib ribuan muslim Rohingya yang tak kunjung pasti. Diusir dari tempat tinggal kelahiran hanya karena menjadi minoritas . Mereka rela melangkahkan kaki menyusuri perbatasan , menyebrangi lautan dan terombang-ambing hanya untuk meminta pertolongan ke saudara muslim lainnya .
Mungkin kiranya ada pemimpin negara tetangga yang sudi menerima mereka menjadi bagian dari negaranya. Tapi , nyatanya sekat nasionalisme tak mengizinkan mereka untuk mendapatkan pertolongan dari negara lain. Alasannya karena bukan warga negaranya . Seperti yang dilakukan oleh Bangladesh .
Pihak berwenang Bangladesh mulai memindahkan ribuan pengungsi Rohingya ke pulau terpencil meskipun ada kekhawatiran tentang keamanan mereka.
Sekitar 1.600 pengungsi dipindahkan ke Pulau Bhasan Char, sebuah pulau yang rentan diterjang banjir di Teluk Bengal, pada Jumat (04/12), menurut laporan kantor berita Reuters.
Bangladesh mengatakan semua pengungsi yang dipindahkan telah memberikan persetujuan.
Namun, kelompok pegiat hak asasi manusia telah menyuarakan keprihatinan bahwa banyak yang dipindahkan ke pulau itu di luar keinginan mereka.
Pengungsi Rohingya di Bangladesh mengatakan kepada BBC pada Oktober bahwa mereka tidak ingin dipindahkan ke pulau itu.(Viva.co.id , 6/12/20)
PBB , UNHCR ( United Nations High Commissioner For Refugees ) dan HRW ( Human Right Watch) tidak bisa memberikan solusi yang hakiki untuk menuntaskan permasalahan rohingya .
Sikap para pemimpin negeri muslim yang menutup mata atas tragedi pembantaian muslim rohingya menambah perih luka di hati kaum muslim.
Mereka hanya bisa mengutuk tanpa ada tindakan yang nyata menolong muslim Rohingya . Tak ada yang berani memutuskan hubungan dengan Myanmar . Padahal jelas sekali kedzaliman mereka terhadap kaum muslim.
Dalam sistem kapitalisme kepentingan ekonomi ternyata memang lebih penting dari segalanya. Tak ada yang namanya tolong menolong dengan saudara seakidah.
Rohingya Butuh Khilafah
Konsep nation state berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Islam. Nation state ikatan pemersatunya adalah kebangsaan yang tak jelas definisinya. Sedangkan dalam Islam, ikatan pemersatunya adalah akidah islam.
Sebagaimana Rosulullah SAW bersabda :
" Wahai sekalian manusia sesungguhnya Tuhan kalian satu , bapak kalian juga satu.Sesungguhnya tidak ada kelebihan pada orang arab atas orang non arab , tidak pula orang non arab atas orang arab. Orang berkulit putih atas orang berkulit hitam , tidak pula orang berkulit hitam atas orang berkulit putih, kecuali karena ketakwaannya ( HR Ahmad )
Dan kesatuan umat hanya bisa terealisasi dengan adanya satu institusi Khilafah. Adapun langkah praktis Khilafah dalam menyelesaikan masalah Rohingya dijelaskan Fika Komara dalam Muslimah Timur Jauh.
Yakni pertama, penyatuan negeri-negeri muslim dan penghapusan garis perbatasan.
Islam membangun kesatuan fisik di antara umat Islam, sebagaimana tertuang dalam surah Al Anbiya ayat 92. Maka, Khilafah akan menyatukan wilayah Rakhine Myanmar, dengan tanah Bangladesh, Pakistan, kepulauan Indonesia, dengan seluruh tanah kaum muslim di dunia. Perbatasan negara Khilafah akan selalu terbuka untuk setiap muslim yang tertindas, tak peduli dari mana mereka berasal.
Kedua, digunakannya seluruh perangkat negara, termasuk memobilisasi militer untuk membela kaum muslim yang tertindas.
Hal demikian akan menjadi tekanan politik yang hebat, termasuk memutus hubungan politik dan ekonomi. Serta mengeluarkan ancaman aksi-aksi militer terhadap negara mana pun yang terlibat menindas atau membunuh muslim.
Ketiga, menerapkan paradigma kewarganegaraan Islam dalam masyarakat.
Menurut Islam, kewarganegaraan seseorang dilihat berdasarkan tempat yang dipilihnya untuk tinggal dan menetap. Seseorang yang menetap di dalam wilayah khilafah dan mentaati seluruh aturannya, tak peduli etnis atau agama mana pun. Maka mereka adalah warga negara yang berhak menerima seluruh haknya sebagai jaminan.
Oleh karena itu, satu-satunya solusi atas permasalahan kaum muslim Rohingya di Myanmar dan juga nasib muslim lainnya, seperti kaum muslim Gaza di Palestina, kaum muslim Uighur di Cina, kaum muslim Pattani di Thailan, kaum muslim Moro di Filipina Selatan, adalah dan menjadi satu institusi yang akan mewujudkan kembali peradaban Islam yang mulia
Tags
Opini