Oleh: Ummu Firdaus
Geger dan kaget kejadian yang terus berulang, luar biasa kasus tindak kriminalitas mengusik hati, nyawa manusia seakan tidak ada harganya lagi.
Masyarakat dihebohkan dengan berita ditemukannya mayat di dalam karung.
Mirisnya ini terjadi di Penginapan Oyo di jalan Sumedang, Kacang Pedang, pada hari Sabtu (14/11) mendadak ramai dikerumuni warga. Pasalnya, belakang kamar nomor 11 didapati sesosok mayat dalam karung oleh OB. Sekitar jam 09.00 pas nyapu dan membersihkan kamar. Ada bau menyengat dalam karung ternyata, mayat kata OB penginapan.
Diperlukan pemeriksaan lanjut oleh kepolisian dan biasanya ada bidangnya seperti kriminologi, psikologi, sosial yang kerap mendalami motif-motif kejahatan. Para psikolog forensik yang kerap diminta pendalaman pemeriksaan bagi pelaku dan mengetahui hal ini
dari informasi yang diperoleh, mayat dalam karung tersebut diketahui seorang janda berusia 29 tahun. Wanita bernama Ayu itu sempat berprofesi sebagi ojek online dan tinggal di daerah Kerabut.
“Kita mendapat laporan, Cleaning Service yang mengetahui saat bersih-bersih. Dia mencium bau tak sedap dan menemukan karung berisi mayat" (babelpos.)14/11/2020
Maraknya tindakan kriminal hari Ini sudah sangat meresahkan masyarakat, rasa aman dan ketentraman tak lagi dirasakan. Bertindak tanpa dilandasi proses berfikir yang benar, berbuat tanpa batas, sesuka hati tak peduli merugikan diri sendiri dan orang lain. Standar halal-haram tak lagi dihiraukan.
Gaya hidup masyarakat yang hedonis jelas berpengaruh pada finansial, bagaimana tidak, kebutuhan hidup semakin banyak, biaya semakin tinggi, lapangan pekerjaan sulit didapat, bekerja gaji tak mencukupi. Hal ini mengakibatkan Stop Thinking, sementara urusan perut tak bisa di Stop. Ini memacu hilangnya akal sehat.
Tindakan kejahatan terus meningkat tak pernah absen di telinga dan media atau pun di sekitar lingkungan kita, korbannya pun tak pandang buluh. terkadang merinding, bagaimana tega seseorang manusia berbuat bengis dan beringas memperkosa, merampas harta lalu dibunuh, setelah dibunuh dengan teganya dipotong-potong dimasukkan ke dalam karung. Dimana rasa iba?Sudah tak wajar, bukanlah sifat-sifat manusia tetapi sudah menyerupai hewan buas karena diri sudah dikuasai hawa nafsu.
Kebebasan hidup manusia sudah menempuh segala cara untuk mendapatkan sesuatu sesuai yang diinginkan, ketika segalanya terpenuhi bukannya puas malah semakin buas bahkan merampas harta, kehormatan dan nyawa orang lain, mereka ingin agar bisa diakui, bisa bergaya hidup mewah, dianggap gaul atau modis.
Jika agama sudah tercabut dari kehidupan maka manusia bebas memilih jalan hidup, materi sebagai tolak ukurnya, suka-suka yang penting Happy dan kesenangan dunia jadi prioritas utama terpenuhi semua kebutuhan hidup. Kepuasan hiduplah yang diinginkan. Sehingga melupakan jatidiri sebagai hamba Allah SWT
Sikap hedonis, brutal membabi buta yang marak terjadi tidak terlepas dari kurangnya perhatian, pembinaan dan lemahnya hukum dinegeri ini sehingga dengan mudahnya menghilangkan nyawa orang lain.
Peran penguasa yang memberikan kebebasan individu sehingga menyuburkan sekulerisme (memisahkan agama dari kehidupan)
Seseorang bebas melakukan apa saja termasuk menyuburkan para kapitalis menguasai sumberdaya alam sehingga masyarakat semakin sulit yang akhirnya, agama yang tidak dijadikan asas kehidupan dan kapitalis semakin menghimpit, akhirnya terjadilah eksekusi harta, nyawa orang lain.
Para kapitalis dengan agen-agennya menggencarkan iklan-iklan, film-film dan termasuk budaya ala barat dalam kehidupan nyata ataupun di media publik lainnya. Dibuat seolah nampak sempurna. Akhirnya masyarakat terbawa arus terpengaruh dengan budaya dan sudut pandang kapitalisme yang liberal.
Realitasnya kehidupan masyarakat adalah buah dari sekulerisme yang melahirkan bobroknya kehidupan individu, masyarakat dan negara.
Terjadinya pembunuhan dan praktek kejahatan lainnya, akibat tercampaknya agama dari sistem kehidupan masyarakat yang tidak mau diatur oleh agama dan mau mengatur hidupnya sendiri sesuai keinginan.
Dan negara membiarkan hal ini terjadi kepada masyarakat agar mudah bagi mereka meregulasi kebijakan yang tidak sejalan dengan agama sesuai kepentingan pemilik modal.
Langkah apa yang harus dilakukan?
Sebagai Muslim kita patut berbangga, karena Islam tak hanya mengatur urusan ibadah semata, lebih dari itu Islam juga sebagai ideologi yang memiliki pandangan hidup yang khas sesuai dengan akidah Islam. Kebahagian didalam Islam diukur ketika mendapatkan keridhoan dari Allah SWT. Dengan cara menaati perintah Allah dan menjauhi laranga-Nya.
Memaknai arti kebahagiaan secara benar maka dengan sendirinya kita akan mewujudkan langkah kehidupan kita sesuai dengan Syariat Islam.
Kebahagiaan sejati tidak diukur dari banyaknya harta kita atau mewahnya rumah kita, namun, kebahagiaan itu terasa jika hati kita tentram dengan cara bersyukur atas rejeki yang telah Allah berikan kepada kita, banyak atau sedikitnya rejeki adalah ketika ridho Allah menyertai dan tentu kita akan merasa cukup sehingga tak terpancing oleh gaya hidup hedonis.
apalagi sampai merampas harta, kehormatan bahkan menghilangkan nyawa karena suatu jalan yang buruk lagi tercela.
Sebagaimana firman Allah SWT : "Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Neraka Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya"(TQS.An-Nisa:93)
Ketika penjara tak memberi efek jera bagi pelaku dan korban kejahatan merasa tidak ridha atas hukuman yang diberikan kepada pelaku memicu keraguan masyarakat terhadap hukum saat ini, karena menyaksikan tindak kejahatan selalu berulang dan terkadang dilakukan oleh orang yang sama, baru keluar penjara berulah lagi masuk penjara lagi.
Lantas bagaimana menuntaskan kejahatan kriminal dalam pandangan islam?
Selain dari dosa besar Islam dengan tegas memberikan sanksi kepada pelaku kejahatan yang merugikan orang lain.
Sanksi (‘iqab) disyari’atkan untuk mencegah manusia dari tindak kejahatan. Allah Swt. berfirman:
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَاأُولِي اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
‘Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertaqwa.’ (TQS. al-Baqarah 179)
qishash , yakni membunuh lagi si pembunuh, terdapat hikmah yang sangat besar, yaitu menjaga jiwa (manusia). Sebab, jika pembunuh mengetahui akan dibunuh lagi, maka ia akan merasa takut untuk melakukan pembunuhan. Itu sebabnya, di dalam qishash ada jaminan hidup bagi jiwa. Pada ghalibnya, jika orang berakal mengetahui bahwa bila ia membunuh akan dibunuh lagi, maka ia tidak akan melakukan pembunuhan tersebut.
Dengan demikian, ‘uqubat (sanksi-sanksi) berfungsi sebagai zawajir (pencegahan). Keberadaannya disebut sebagai zawajir, sebab dapat mencegah manusia dari tindak kejahatan.
Dan ini lah bagi orang yang membunuh balasan nya adalah azab yang sanggat Pedih. mereka begitu mudah nya membunuh dan menumpahkan darah yang mengalir seperti air dan nyawa seperti tidak ada arti nya lagi.
Sebagaimana Islam mengatur segala ke hidupan kita.
Apabila Syariat Islam diterapkan, terkait jiwa manusia dilindungi dalam negara Islam. selalu menyelesaikan permasalahan dari berbagai sudut.
Sistem ekonomi Islam berupaya mencukupi segala kebutuhan pokok masyarakat, sehingga motif ekonomi tidak akan memunculkan niat jahat.
Sementara itu, sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam memahamkan tentang tanggung jawabnya di hadapan Pencipta, atas semua perilakunya di dunia sehingga mencegah keinginannya untuk bermaksiat.
Semua penyelesaian dengan keterkaitan seluruh sistem kehidupan ini hanya bisa terwujud jika Negara dalam pengaturan sistem Islam (KHILAFAH). Yang akan menerapkan Syari'at secara Kaffah. Sehingga terjaminlah pelaksanaan seluruh hukum Islam, termasuk dalam menjaga nyawa manusia.
Wallahu'alam bish shawwab