Oleh : Ririn Al Firdaus
Jejak virus corona di Indonesia dimulai pada Maret lalu. Presiden RI Joko Widodo, didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, mengumumkan dua kasus positif pada 2 Maret. Sejak saat itu, infeksi virus corona semakin bertambah dan belum diketahui kapan mencapai puncak dan kapan akan berakhir.
Tak lama lagi kita akan memasuki tahun 2021, setiap hari jumlah kematian dan pasien positif Covid-19 masih saja terus bertambah. Siapapun cemas karena diprediksikan 16 juta rakyat Indonesia akan terinfeksi ketika tidak ada kebijakan strategis dan serius dari pemerintah dalam penanggulangan wabah covid-19 ini.
Pandemi virus Corona Covid-19 yang belum menunjukkan tanda akan berakhir sampai saat ini, mampu membuat seluruh dunia masih berjuang untuk mengatasi pandemi ini, termasuk di Indonesia. Bahkan sejak munculnya krisis Covid-19 pula, banyak masyarakat yang tidak bekerja sehingga tidak memiliki penghasilan.
Hingga saat ini sekolah masih diliburkan. Tapi sebagian malah memakainya untuk jalan-jalan dan liburan. Mal, pasar, warnet, bioskop, tempat wisata tetap saja ramai dikunjungi warga termasuk anak-anak sekolah tanpa rasa bersalah.
Masalah saat ini bukan saja karena fasilitas dan layanan kesehatan yang serba terbatas dan lamban, tapi juga karena corona sudah merebak di mana-mana akibat penanganan yang tidak tepat.
Melihat apa yang terjadi, tampak bahwa sikap penguasa yang sedemikian memang terkait dengan paradigma kepemimpinan dan sistem pemerintahan yang diterapkan. Bagi negara pengekor seperti Indonesia, mengambil keputusan itu pasti sulit luar biasa.
Bukan rahasia jika negeri ini sudah lama sangat bergantung pada dunia luar utamanya Cina dan Amerika. Maka jika menyangkut kepentingan keduanya, Indonesia seolah tak punya pilihan apa-apa. Apalagi di tengah kondisi ekonomi yang makin jeblok di tengah pandemi corona saat ini.
Kita harus memahami, bahwa semua ini adalah dampak sistem hidup yang diterapkan penguasa. Mulai dari politik, ekonomi, sosial, hukum, dan lainnya yang terbukti telah sukses menjatuhkan Indonesia pada multi krisis. Semua ini adalah dampak sistem hidup yang diterapkan penguasa. Mulai dari politik, ekonomi, sosial, hukum, dan lainnya yang terbukti telah sukses menjatuhkan Indonesia pada multi krisis.
Saat wabah penyakit menular terjadi, jelas negara harus turun tangan mengatasinya, ini sudah diajarkan dalam Islam, karena jiwa seorang manusia dipelihara dan dicukupkan kebutuhannya oleh negara. Seperti yang dicontohkan Umar bin Khaththab ra, pernah membangun suatu rumah yang diberi nama “daar al-daaqiq” (rumah tepung) antara Makkah dan Syam.
Tersedia berbagai macam jenis tepung, kurma, dan barang-barang kebutuhan lainnya. Ditujukan untuk menolong orang-orang yang singgah dalam perjalanan dan memenuhi kebutuhan orang-orang yang perlu sampai kebutuhannya terpenuhi.
Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, dimana kondisi rakyat semakin tak terurus. Berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah lemahnya perekonomian. Negara khilafah akan menjadi pelindung dan pelayan umat. Bukankah itu menjadi harapan kita semua? Saatnya kita wujudkan dengan menerapkan sistem Islam dalam bingkai Khilafah.
Wallahu'alam Bishowab
Tags
Opini