Oleh Krisdianti Nurayu Wulandari*
Aisyah binti Thalhah adalah seorang tabi’in wanita yang mulia, keturunan keluarga yang berpengaruh di masa kerasulan Muhammad SAW. Ia tumbuh besar dalam lingkungan keluarga Nabi Muhammad SAW. Dibawah bimbingan langsung dari Istri Nabi, Aisyah ra ia memiliki kelebihan dalam hal identitas, etika, dan kemuliaan. Kecantikan dan kepandaiannya berpadu dalam keimanan dan berperan serta dalam kemajuan Islam.
Ibunya bernama Ummu Kultsum, yang tak lain adalah anak dari sahabat Nabi, yaitu Abu Bakar ra. Sedangkan ayahnya bernama Thalhah bin Ubaidillah yang dikenal sebagai orang yang sangat dermawan. Kedua orangtuanya telah menanamkan kebaikan dan keimanan sehingga dapat mengantarkan anak-anaknya menjadi anak yang shalih dan shalihah.
Ketika Aisyah telah dewasa, ia menikah dengan saudara sepupu (anak paman dari ibu)-nya, Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Buah dari pernikahan mereka lahirlah anak laki-laki yang bernama Imran, sehingga ia mendapat sebutang Ummu Imran. Selain Imran, juga ada Abdurrahman, Abu Bakar, Thalhah, dan Nafisah.
Aisyah binti Thalhah adalah orang yang paling mirip dengan bibinya, Aisyah ra. Sebab ia telah berguru kepada sang bibi. Ia mempelajari ilmu, adab, dan berbagai macam pengetahuan lainnya. Tidak heran jika Aisyah binti Thalhah menjadi tabi’in perempuan terbaik yang menjadi perawi hadits. Darinya banyak tokoh-tokoh tabi’in dan ulama yang meriwayatkan hadits, diantaranya adalah anaknya sendiri Thalhah bin Abdullah, keponakannya Thalhah bin Yahya, Muawiyah bin Ishaq, juga Minhal bin Amr dan yang lainnya.
Di hari-harinya, Aisyah binti Thalhah menghabiskan banyak waktunya untuk berdzikir. Lidahnya tidak lelah untuk melantunkan tasbih di pagi dan sore hari, menjadikan jiwanya bersih dengan kejernihan yang menjadikannya istimewa diantara anak-anak perempuan Thalhah. Aisyah binti Thalhah juga termasuk wanita yang cerdas dan pandai. Dia memiliki keluasan pengetahuan yang beraneka ragam. Ia senantiasa menjadi wanita langka pada zamannya. Ia meninggal dunia pada tahun 101 Hijriah.
Menjadi wanita hebat tentulah tidak mudah. Haruslah melalui proses penempaan yang sangat panjang. Akan tetapi kita dapat mengambil hikmah dari para wanita yang telah dicatat oleh sejarah. Sebagaiman kita dapat mengambil pelajaran berharga dari Aisyah binti Thalhah. Darinya kita belajar bahwa wanita yang hebat haruslah banyak belajar dan menumbuhkan cintanya pada ilmu. Juga dalam memilih seorang guru, hendaknya kita harus berguru kepada orang yang tepat, yang mampu membawanya senantiasa berada pada jalan kebenaran.
Oleh karena itu, meskipun kita tengah berada pada kondisi yang seperti ini -pandemi covid-19- tidak menghentikan langkah kita untuk senantiasa memperluas cakrawala pengetahuan kita. Khusunya untuk mempelajari dan memahami ilmu agama. Bukan hanya bermanfaat untuk diri kita sendiri akan tetapi juga bermanfaat untuk orang lain. Wallaahu A’lam bi al-Shawaab
Sumber: 30 Wanita Ahli Surga, Nur K.
*Mahasiswi IAIN Tulungagung
Tags
Opini