Oleh : Agustia
Presiden Joko Widodo resmi membuka gelaran MTQ Nasional ke-28 di Sumatera Barat pada Sabtu, 14/11/2020 malam lalu. Presiden melakukannya secara daring.
Dalam pidato sambutannya, Presiden menyebut bahwa penyelenggaraan MTQ merupakan wujud keinginan kuat untuk membumikan ajaran Islam. Selain itu juga untuk menegakkan syiar Islam, memperkokoh nilai-nilai agama dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat dan berbangsa.
Sekarang MTQ itu telah usai, telah terpilih qori dan qoriah terbaik yang Insya Allah apa yang mereka lakukan tidak terlepas dari tujuan untuk mendekatkan diri dan untuk mencari ridho Allah SWT semata.
Menurut Presiden, bahwa penyelenggaraan MTQ merupakan wujud keinginan kuat untuk membumikan ajaran Alquran, hal ini menjadi fakta terbalik dengan kondisi yang kita hadapi hari ini.
Merujuk kepada apa yang disampaikan Presiden tersebut, banyak hal yang bertolak belakang dengan apa yang dilakukan pemerintah saat ini. Dimana kekuasaan yang dijalankan oleh penguasa tidak menunjang untuk terlaksananya *membumikan ajaran Alquran* itu sendiri. Karena kenyataannya justru ajaran Islam yang notabene erat kaitannya dengan Alquran justru didiskriminalisakan.
Hari ini sebagaimana yang kita lihat, banyak ajaran-ajaran Islam yang dicampakkan. Banyak aturan-aturan dan kebijaksanaan pemerintah justru tidak pernah merujuk kepada Al-Qur'an.Kekuasaan pun sudah terpisah jauh dari Alquran.
Para penguasa ini juga membuat beragam keputusan yang menguntungkan segelintir orang, tetapi merugikan rakyat kebanyakan. Sanksi hukum pun diberlakukan secara berbeda. Tajam kebawah tumpul keatas. Sanksi hukum hanya diberikan kepada orang-orang yang tidak mendukung *kebijaksanaan penguasa*, sementara Orang-orang yang berada dipihak pemerintah, apabila melakukan kesalahan, akan dibiarkan saja, atau bahkan dibela. Tapi jika orang yang berseberangan
dengannya yang melakukan kesalahan maka segera akan ditindak, dijatuhi hukuman sanksi dengan berbagai alasan yang kadang terasa alasannya itupun dicari-cari.
Disisi lain Ormas-ormas Islam yang mempunyai program untuk mendidik kaum muda supaya mempunyai akhlak sesuai dengan ajaran Alquran dan senantiasa menjadikan Kepribadian Rasulullah Saw sebagai panutan dibubarkan, diancam karena dianggap menjadi musuh bagi kekuasaan.
Belum lagi masalah buruh, seringkali pengusaha mengeksploitasi tenaga buruh untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal sedangkan upah diberikan dengan ketentuan yang merugikan kaum buruh. Untuk menentukan Gaji buruh mereka mengambil standar hidup minimum di daerah ditempat mereka bekerja. Akibatnya masyarakat hidup pas-pasan, gaji mereka tidak memenuhi kebutuhan hidupnya.
Disamping itu diskriminalisasi terhadap para ulama dan tokoh Islam juga terjadi dimana-mana. Padahal Allah SWT memerintahkan kita untuk memuliakan mereka, tidak menghinanya apalagi menyakiti. Tapi di negeri ini, yang notabene masyarakat mayoritas muslim, justru keselamatan mereka terancam, sebagian bahkan ada yang dianiaya hingga wafat.
Belum lagi system' ekonomi yang nyatanya tidak bisa mensejahterakan masyarakat. Lantaran perekonomian dikuasai oleh segolongan orang yang mempunyai modal besar, sehingga mereka dengan dukungan penguasa dengan leluasa mengatur perekonomian negara, sehingga yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin, bahkan karena nafsu serakah mereka mengambil hak masyarakat dan menjadikannya milik pribadi. Korupsipun dianggap hal yang biasa, hilang rasa malu, karena harta lebih mereka yakini sebagai pembawa kebahagiaan hidup dan mampu meningkatkan prestise hidup.
Lalu bagaimana Islam memandang semua kezaliman tersebut?
Islam itu adalah agama yang sempurna. Islam mengatur segala aspek kehidupan, mengatur hubungan individu dengan khalik, hubungan individu dengan dirinya sendiri maupun mengatur hubungan individu dengan sesamanya. Maka tidak usah diragukan lagi bahwa Islam mampu menyelesaikan segala permasalahan.
Dan siapa saja yang yakin bahwa hanya Islamlah yang dapat membebaskan masyarakat dari belenggu kapitalisme dibidang ekonomi, westernisasi dibidang kebudayaan, nasionalisme dibidang politik. Maka sewajarlah ia taat dan teguh dalam menjalankan hukum Islam di manapun ia berada.
Selain diminta teguh dalam ketaatan, kita pun diingatkan tentang besarnya pahala amar makruf nahi mungkar di hadapan pemimpin yang zalim. Nabi saw. bersabda:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
Jihad yang paling utama ialah menyatakan kebenaran di hadapan penguasa (HR:Abu Daud)
Islam itu adalah agama yang sempurna. Agama yang benar, sesuai fitrah manusia. Dan oleh karena itu sudah seharusnya kita tunduk dan patuh dalam menjalankan syariat Islam secara total tanpa pilih.
Terbukti sekarang apa yang telah diucapkan hanya basa basi saja, dalam arti hanya
untuk menarik simpati masyarakat. Bahwa penguasa mempunyai perhatian penuh untuk pengembangan agama agar dapat membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan yang lebih baik hanyalah ilusi.
Tapi yang jelas hanya penerapan syariat Islamlah satu-satunya cara yang dapat membebaskan masyarakat dari segala belenggu kehidupan dan hanya khilafah Islamlah yang bisa menjaga dan memelihara penerapan hukum Syara'. Dan sudah saatnya kita mencampakkan aturan-aturan dan system-system buah pemikiran asing yang rusak dan sesat dan menggantinya dengan Hukum syariat Islam yang jelas bersumber dari nash-nash yang pasti. Walaupun Khilafah Islam bukan tujuan, tapi tanpa khilafah penerapa hukum Islam tentu tidak bisa dilaksanakan, karena pemaksaan dilakukannya hukum hanya ada pada pemerintahan.