Memaknai Reuni 212 Untuk Masa Depan Umat




Oleh : Ummu Hanif, Anggota Lingkar Penulis Ideologis

Desember adalah bulan bermakna bagi kaum muslimin di Indonesia. Peristiwa 212 adalah moment yang meninggalkan banyak pelajaran bagi kita. Dalam pandangan kaum sekuler kapitalis adalah hal mustahil menggerakkan sedemikian banyak orang dalam kondisi tempat acara yang bersih, bagi mereka uang yang bermain. Tetapi dengan menggunakan kekuatan intelektual dan spiritual yang sama, hal ini sangat mungkin. Berpikir bahwa Allah adalah Tuhan kita, Muhammad adalah rasul kita, dan Al-Qur’an tuntunan kita.

Peristiwa 212 sendiri dipicu penistaan terhadap Al-Qur’an sehingga dorongan spiritual itu menyatu dengan dorongan intelektual, tentang siapa yang sesungguhnya berdaulat di negeri ini. Memang nasib kaum muslimin di Indonesia ini Ironis, secara jumlah kaum muslim mayoritas, tetapi nasibnya seperti kaum minoritas. Sampai ada yang menyebut dengan istilah “muslim dzimmi“.

Peristiwa 212 juga menunjukkan, jika umat Islam mau melepas sekat-sekat mazhab dan kepentingan, persatuan itu niscaya. Sehingga semestinya gerakan ini tidak sekadar reaktif, tetapi bertransformasi menjadi gerakan proaktif. 

Maka kondisi ketertindasan kaum muslimin di Indonesia ini, jika kita lalui dengan cara-cara Islam, akan terwujud umat yang lebih baik, umat yang terjaga ukhuwahnya, umat yang terjaga intelektualnya, dan umat yang membara semangat juangnya.

Sehingga sudah seharusnya kita tidak berhenti pada kerumunan emosional, apalagi kerumunan nostalgia yang tidak bertujuan menghadapi masa depan. Semua harus kita salurkan dalam rangka merangkai tujuan besar. Diawali dengan mempelajari Islam dari A sampai Z. Tidak hanya ibadah ritual saja, tetapi segala aspek dan sistem bentukan islam sangat penting dipelajari. Sehingga agenda 212 tidak terjebak dengan politik identitas, tapi  politik Ilahiyah yang menjadikan seluruh aspek kehidupan itu mengacu pada Al-Qur’an, as Sunnah, dan ijmak sahabat. Serta mencontoh generasi muslim terdahulu yang mulia.

Selanjutnya harus membuat roadmap yang jelas. Tanpa kejelasan, akibatnya semangat perjuangan Islam akan melandai. Dan yang tidak kalah penting adalah pelibatan seluruh umat. Peradaban Islam tidak mampu ditopang satu atau dua organisasi. Harus lintas ormas, lintas partai, bahkan lintas bangsa. Serta menyangkut semua elemen: ilmuwan, seniman, buruh, dan lainnya. Karena sebuah peradaban yang tinggi, yang membebaskan umat dari penjajahan, perlu seluruh syariat Islam dan dukungan seluruh elemen umat. Wallahu a’lam bi ash showab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak