Oleh : Meisy (aktivis mahasiswa Palembang)
Kasus Covid-19 melonjak tinggi
dalam beberapa hari terakhir. Bahkan Kamis (3/12), kasus Covid-19 bertambah
sebanyak 8.369 hanya dalam waktu sehari. Data ini membingungkan publik. Sebab,
data yang dilaporkan Kementerian Kesehatan berbeda dengan data yang disajikan
pemerintah daerah. Misalnya, Papua, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Budi mengelak
jika peningkatan kasus kasus Covid-19 akibat kesalahan input data di Pusat Data
dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan. Mulai dari fasilitas kesehatan,
dinas kesehatan kabupaten dan kota hingga dinas kesehatan provinsi. Artinya,
Budi menilai, peningkatan kasus Covid-19 nasional terjadi akibat kesalahan pelaporan
data dari dinas kesehatan daerah.
Permasalahan
demokrasi semakin terlihat dari segala sisi. Apalagi jika penanganan kasus
covid ini dipegang oleh yang bukan ahlinya seperti pernyataan dari Dicky
Budiman terkait pemberian tanggung jawab kepada Menko Marvis mengenai
penanganan covid-19. Yang mana menurut beliau hal itu bukanlah keputusan yang
tepat sebab bukan dibidangnya bahkan kinerjanya belum telihat dan belum
berhasil menangani covid 19 di 9 provinsi besar. Fakta saat ini belum berhasil,
katanya. sehingga membiarkan masing-masing kepala daerah menangani kasus ini
secara mandiri hingga menyebabkan sengkarut data yang ganda. Seperti ditemukannya 75 orang yang pada minggu sebelumnya sudah
dirilis, kemarin dirilis lagi. Ada satu nama yang ditulis sampai empat hingga
lima kali sehingga total data yang dobel sebanyak 694 kasus. Dan data rangkap
kasus positif Covid-19 terjadi di Kabupaten Kendal, di mana pada rilis Satgas
Covid-19 itu tercantum satu nama pasien yang ditulis sampai lima kali. Sengkarut data covid 19 ini semakin
menunjukkan kegagalan pemerintah dalam menangani covid 19.
Maka
inilah bukti nyata dari sistem demokrasi itu sendiri. Demokrasi lahir dari asas
sekulerisme yang menampikkan islam sebaga pengatur urusan bernegara. Ia
meletakkan kedaulatan hukum di atas tangan manusia hingga lahirlah
kebijakan-kebijakan yang tak solutif tapi justru memperparah keadaan. Apalagi rezim demokrasi nya juga lebih berorientasi reputasi (harga mati)
dibanding bertindak nyata.
Disisi lain dengan alasan ekonomi pemerintah malah
membolehkan aktivitas masyarakat berjalan normal. Termasuk mengadakan pilkada, padahal siapa
yang bisa menjamin bahwa tidak ada penyebaran virus saat terjadi kerumunan
massa?. Selain itu tidak ada instruksi harusnya diisolasi dan didukung penuh
keuangan negara demi proses penyembuhan warganya. Seperti menutup akses keluar
masuk ke negara China sebagai sumber wabah. Tidak terlihat rezim hari ini
melakukan itu semua. Pemerintah justru
hanya mengambil kebijakan PSBB dan pemberlakuan new normal tanpa disertai
traccing yang massif ke tengah-tengah masyarakat. Yang hanya dikampanyekan
adalah sebatas protocol kesehatan yang digaungkan WHO seperti jarag jarak, cuci
tangan, pakai masker dll. Penerapan protocol yang tepat ditengah gerakan new
normal nyatanya juga tak mampu mengurangi penyebaran kasus covid 19.
Penerapan new normal dengan alasan ekonomi juga
menunjukkan pemerintah lari dari tanggung jawabnya. Alhasil muncul
klaster-klaster baru penyebaran virus corona bermunculan .Alasannya pun sangat
receh yakni tidak adanya anggaran pemasukan negara. Padahal untuk anggaran
pilkada justru tersedia dan juga tidak sedikit hingga mencapai 160 miliar lebih
untuk tingkat provinsi, belum anggaran kota dan kabupaten. Bukankah lebih baik
anggaran tersebut dipergunakan untuk penangangan covid-19?
Selain itu dinegeri ini pun kaya akan kekayaan alam
namun sayang penerapan sistem ekonomi kapitalisme telah membuat SDA melayang ke
tangan swasta. Pihak swasta diberi kendali penuh dalam mengolah sumber daya
alam smeentara negara hanya menarik pajak yang jumlahnya sangat kecil. Peran pemain asing dibuka, sehingga Indonesia
benar-benar terbuka untuk siapapun mencari nafkah, terlepas pribumi dan rakyat
sendiri kesulitan bertahan hidup.
Disisi
lain materialisme yang dijunjung oleh sistem kapitalisme juga telah menjadikan
kesehatan sebagai jasa yang diperdagangkan. Penyediaan layanan kesehatan
diberikan kepada perusahaan-perusahaan swasta. Karena itu jangankan mengakses
layanan yang berkualitas menjangkaunya saja sudah sangat sulit. Faktanya
dilapangan sudah membuktikan hal ini mulai dari minimnya fasilitas ventilator,
kapasitas rumah sakita yang tidka memadai, hingga perjuangan mandiri yang
dilakukan pasien untuk sembuh dari covid diluar cara-cara medis.
Inilah
sebuah kenyataan pahit, namun benar-benar terjadi. Umat ini sudah terlalu
menderita dalam kungkungan sistem kufur.
Umat dipaksa hidup dibawah
pengaturan sistem yang amburadul dan tidak sesuai fitrah. . Sistem hanya yang
hanya meletakkan manfaat untung rugi sebagai tolak ukur segala sesuatu
membuat pemerintah mengambil kebijakan
tanpa peduli nyawa rakyatnya. Sehingga rakyat bersikap apatis dengan politisi
yang tidak membuktikan janji-janjinya. Masyarakat hanya diberikan kekecewaan dan
mereka juga bertempur sendiri melawan covid. Wajarlah kesejahteraan dan
keadilan tidak bisa dirasakan utuh oleh masyarakat. Situasi ini memperlihatkan
kesalahan dan kekacauan sistem ekonomi dunia hari ini. Inilah potret rapuh
sistem perekonomian dunia yang dibangun peradaban kapitalisme
Benar-benar dunia sangat membutuhkan sistem alternatif
yang mumpuni untuk mengatasi wabah. Sistem ini hanya dimiliki oleh kaum
muslimin yaitu sistem islam. Yang lengkap lagi sempurna dan meliputi seluruh
aspek kehidupan. Apalagi dalam penanganan wabah covid 19 ini. Tentunya islam
memandang bahwa keselamatan nyawa rakyat adalah tanggung jawab utama. Sistem
islam akan memisahkan antara yang sakit dengan yang sehat dan memberikan
penyembuhan secara gratis sampai rakyat benar-benar sembuh. Tidak ada satupun
persoalan yang tidak dipecahkan oleh Islam. Islam menjamin adanya kebutuhan
pokok manusia baik itu sandang pangan,
papan dan kebutuhan akan kesehatan, keamanan, pendidikan serta lainnya. Sistem
islam sudah jelas sempurnanya dan juga terbukti selama 13 abad lamanya.
Karena sejatinya sistem islam ini sendiri berasal dari
Sang Khaliq langsung, Dzat yang Maha Sempurna. Dialah Allah Subhanawata’ala ,
yang menciptakan manusia, hidup dan alam semesta.