Oleh : Ilvia Nurhuri
(Mahasiswi dan Aktivis Dakwah)
Sungguh memilukan, kejadian miris yang tak terduga kembali terjadi di negeri kita, Indonesia. Dikutip dari kompas.tv (18/12/20), telah dikabarkan seorang ibu yang tega menganiaya darah dagingnya sendiri hingga tewas. Hal itu dilakukan karena diduga sudah tak tahan dengan anaknya yang susah mengerti saat belajar daring. Kasat Reskrim Polres Lebak, AKP David Adhi Kusuma mengatakan, "Ibu korban melakukan penganiayaan karena putrinya sulit memahami pelajaran saat belajar daring. Pelaku IS, yang juga ibu korban, mengaku menganiaya korban pada 26 Agustus lalu, hingga tewas.”
Dalam kasus lain dikabarkan pula seorang ibu telah membunuh 3 anaknya karena stress memikirkan himpitan ekonomi. Setelah membunuh anaknya, ibu itu mencoba untuk bunuh diri tapi gagal dan tak mau makan setelah kejadian pembunuhan itu sampai akhirnya dikabarkan meninggal dunia. (viva.co.id, 13/12/2020)
Fakta tersebut semakin membuktikan deretan kerusakan hidup yang diakibatkan oleh penerapan sistem saat ini. Penyebab kemiskinan kasus keluarga tersebut bukan dikatakan sebagai kemiskinan yang bersifat kultural yaitu kemiskinan yang diakibatkan karena kemalasan si miskin, tetapi kemiskinan tersebut adalah kemiskinan yang bersifat stuktural yaitu kemiskinan yang muncul karena ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan kesempatan yang memungkinkan si miskin untuk bekerja dan memperoleh kesejahterannya. Adapun hal ini terjadi diakibatkan karena penerapan ekonomi kapitalisme yang membuat kekayaan alam milik rakyat tidak dinikmati oleh rakyat.
Sistem Kapitalisme mendewakan kebebasan atas individu. Itu artinya yang memiliki uang dapat memiliki apapun dalam sistem ini. Maka bukan hal yang niscaya, jika seorang individu memiliki tambang, migas dan sumber daya alam lainnya yang jumlahnya melimpah ruah. Privatisasi swasta atas sumber daya alam yang dimiliki oleh negara tidak terdistribusi dengan cara adil kepada rakyat. Akhirnya keuntungan besar mengalir ke kantong para kapital, sementara negara minim pemasukan. Minimnya pemasukan membuat pemerintah tak mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat seperti sandang, pangan dan papan. Negara juga tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan, akibatnya banyak rakyat yang kesulitan.
Namun, akan berbeda halnya dalam penerapan sistem Islam. Islam memenuhi kebutuhan pokok maupun dasar yang sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban negara. Dalam Islam kebutuhan pokok rakyat dipenuhi dengan membuka lapangan dan memberikan kesempatan bekerja seluas-luasnya bagi kaum laki-laki atau para suami yang mampu bekerja untuk mencari nafkah. Sebab dalam aturan Islam, laki-laki adalah penanggung nafkah istri, anak-anak dan siapa saja yang ada dalam tanggungannya.
Islam juga mengatur dalam hal sumber daya alam, seperti padang rumput, air dan api yang dikelola negara untuk dinikmati oleh umat. Kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan juga dipenuhi secara langsung, sehingga tidak akan ditemukan masyarakat yang kesulitan. Mereka dengan mudah mendapatkan pelayanan publik dengan harga yang terjangkau bahkan gratis. Negara menjamin kesejahteraan rakyatnya, sehingga tidak akan sampai terjadi kasus pembunuhan anak akibat dari himpitan ekonomi maupun pembelajaran daring seperti yang terjadi saat ini.
Oleh karena itu, sudah selayaknya kita berpindah dari sistem rusak kapitalisme menuju sistem Islam yang mulia.
Wallahu'alam bishawab.
Tags
Opini