Ketegasan Sistem Kesehatan Islam Dalam Menjawab Polemik Vaksin Covid 19




Oleh : Ummu Hanif, Anggota Lingkar Penulis Ideologis

Virus corona atau COVID-19 yang bermula dari China belum ada tanda-tanda mereda. Di saat negara - negara di dunia yang penduduknya terinfeksi virus corona sedang berjuang, beberapa perusahaan farmasi besar dunia membidik rezeki. Perusahaan farmasi dunia mendapatakan suntikan dana besar dari investor untuk menciptakan vaksin virus corona. Jika vaksin mereka berhasil, maka bakal menjadi perusahaan paling untung sebab banyak orang membutuhkannya.

Untuk Indonesia sendiri, telah ditetapkan menjadi new emerging maket di Asia yang kebutuhan ketersediaan obatnya sangat tinggi. Hal ini tentu menjadikan Indonesia menggiurkan bagi investor asing. Dengan demikian tampak kapitalisasi farmasi sedang terjadi. Dalam hal ini industri farmasi telah menjadi komoditi industri sebagaimana layaknya industri perdagangan yang tak bebas dari skema penanaman modal asing.

Bahkan kalau kita mau mendalami data, dalam tahapan pembuatan obat terdapat manufacturing process mulai dari production plan hingga sale atau penjualan yang bisa dimanfaatkan golongan yang berkepentingan demi mendapat keuntungan. Tak heran jika harga obat kian tak terjangkau dan layanan kesehatan menjadi sangat mahal. Padahal semestinya farmasi menjadi bagian dari sarana pelayanan kesehatan dan harus selaras dengan aspek sosial yang ketersediaannya menjadi tanggung jawab negara. 

Maka kita lihat, merebaknya wabah alih-alih memunculkan sikap saling tolong menolong. Tapi justru digunakan sebagai ajang konfrontasi negara adidaya dan mereka sibuk memenuhi kebutuhannya sendiri seraya mencari peluang bisnis sekaligus berupaya menjerat negara lemah dengan utang yang mematikan.

Maka disinilah letak urgensi adanya negara yang mampu menjadi sentral dalam penanganan masalah pandemi dan problem kesehatan dunia lainnya. Yakni dengan cara menjadikan seluruh potensi alam yang merupakan sumber bahan baku obat ada di bawah kekuasaan negara, memberdayakan para ahli untuk berkontribusi dalam kesediaan obat, menyediakan sarana prasarana untuk kebutuhan riset dan persediaan obat, serta memprioritaskan pemanfaatan produk untuk kebutuhan dalam negeri.

Sedangkan hal ini hanya mungkin diciptakan oleh negara dengan pola kepemimpinan berparadigma mengurus dan menjaga umat. Dan pola kepemimpinan seperti ini tidak mungkin ada pada kepemimpinan kapitalisme yg rakus. Sehingga kalaupun vaksin Covid 19 ini ditemukan, maka tidak menjamin kesengsaraan berakhir. Apalagi ada banyak masalah lain yang harus ditangani seperti resesi dan lain-lain.

Maka, islam datang menawarkan solusi tuntas dari polemik vaksin covid 19 ini dengan sistem khilafah Islamiyah. Dengan adanya Khilafah, akan memutus semua jenis konvensi internasional yang membuat negara-negara lemah makin terjajah. Begitupun dengan kepemimpinannya yang bersifat global, maka kebijakan penanganan wabah akan bisa diterapkan secara komprehensif dan simultan dalam satu kebijakan yang diterapkan secara serentak di semua wilayah.

Hal seperti ini merupakan keniscayaan. Bahkan keKhilafahan Islam yang pernah tegak belasan abad sudah membuktikan Islam memiliki sistem kesehatan terbaik yang berorientasi kepentingan umat. Ilmuwan-ilmuwan Islam yang disupport Khilafah Islamlah yang pertama menemukan vaksin dan ilmu-ilmu pengobatan lainnya. Sementara di saat sama, dunia barat sedang tenggelam dalam kebodohan.

Namun memang tampak sistem kesehatan Islam yang kuat ini dibentuk sistem politik dan juga sistem ekonomi Islam, serta sistem-sistem hidup lainnya yang juga kokoh. Yang menunjukkan posisi negara dalam Islam merupakan sentral dalam pelaksanaan tanggung jawab di semua bidang tersebut. Bukan sebagaimana sistem kapitalisme, yang menempatkan negara sebagai penyokong kepentingan pemilik modal.

Sistem ini dipastikan akan menjadi jalan keluar komprehensif dan tuntas karena tegak di atas asas akidah yang sahih, aturannya bersumber dari wahyu Allah. Bahkan secara empirik Khilafah telah terbukti selama belasan abad mampu menyolusi setiap problem kehidupan masyarakat, sehingga kesejahteraan dan keadilan menjadi sesuatu yang nyata. Termasuk mampu tampil sebagai negara yang mandiri dan berdaulat, yang justru menjadi pionir peradaban dunia.
Intelektual Harus Mereposisi Peran
Wallahu a’lam bi ash showab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak