Oleh : ummu hafsa
Menyambut kembali dibukanya sekolah, bagi
sebagian kalangan hal itu merupakan kabar baik. Meski pandemi masih belum
menunjukkan angka penurunan yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh tidak
meratanya akses internet yang memadai di area tempat tinggal para siswa ketika
adanya pembelajaran daring, juga masih banyak siswa dari kalangan kurang mampu,
sehingga terbatas pula proses belajar selama sekolah ditutup dikarenakan tidak
memiliki gawai pribadi.
(https://www.liputan6.com/news/read/4413700/komisi-x-dpr-dukung-pemerintah-buka-sekolah-pada-januari-2021
). Tentu hal ini sangat mempengaruhi PJJ (Pembelajaran jarak jauh). Karena
ketidakmerataan sarana.
Namun bukan berarti dibukanya kembali
sekolah bukan tanpa risiko. Karena potensi anak-anak terpapar virus Corona
masih tinggi. (https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/07/183356065/sekolah-tatap-muka-di-zona-kuning-sudah-siap-dengan-risiko-dan-bahayanya?page=all#page2). Bagi sebagian masyarakat hal tersebut dianggap
sangat mengkhawatirkan. Di satu sisi anak-anak butuh kembali belajar di
sekolah, agar penerimaan materi ajar bisa runtut dan memenuhi kebutuhan belajar
siswa. Namun di sisi lain juga harus siap dengan risiko yang ada.
Physical distancing di sekolah harus
dilakukan secara ketat. Hal lain yang juga perlu dioptimalkan adalah
ketersediaan wastafel, toilet yang bersih, masker dan lainnya. Karena menurut
riset, 50% sekolah di Indonesia belum mempunyai wastafel dengan air mengalir
dan itu sangat dibutuhkan di saat pandemi ini.
Dari sini bisa dilihat bahwa rezim sekuler
kapitalis sangat meremehkan penanganan covid-19. Karena sejak awal mula covid
ada, penanganannya sangat tidak optimal, dan menutup telinga untuk saran-saran
yang ditujukan untuk pemerintah. Seperti saran untuk menutup pintu kedatangan
TKA misalnya. Hal itu tidak dilakukan. Malah seakan membuka lebar pintu untuk
TKA, dikarenakan kepentingan ekonomi.
Seorang pemimpin dalam Islam hendaknya
tanggap jika terjadi pandemi sejak awal datangnya. Seharusnya memisahkan orang
yang sehat dengan orang yang sakit. Tidak memperbolehkan orang-orang di area
pandemi untuk keluar wilayah. Pun sebaliknya tidak mengizinkan orang-orang di area
aman untuk masuk ke area pandemi. Hal itu akan mempermudah dan mempercepat
penanganan. Sehingga tidak akan terjadi pandemi yang begitu lama seperti
sekarang ini. Hal tersebut tertulis dalam beberapa hadist sahih, diantaranya: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular)
adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji
hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu
berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila
wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari
daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
Riwayat Bukhari dan Muslim
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Wallahu a’lam bish-showab