Oleh: Raihana Radhwa
(Ibu Rumah Tangga)
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menegaskan dan mengajak rakyat agar menempatkan sebagai inspirasi, bukan aspirasi. Pernyataan ini disampaikannya dalam diskusi lintas agama dengan tema “Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam Kebinekaan”. Menurutnya bila agama ditempatkan sebagai aspirasi oleh oknum yang tidak tepat akan berbahaya bagi bangsa.
Tentu saja, Islam merupakan inspirasi terbaik karena bersumber dari wahyu, bukan berasal dari hawa nafsu dan kepentingan manusia. Ajaran yang berasal dari Tuhan ini pasti bebas dari kepentingan sesaat duniawi yang dimiliki manusia. Justru Islam merupakan motivasi amal perbuatan manusia agar memiliki bobot ukhrawi (keakhiratan) dengan timbangan pahala dan dosa. Dengan begitu ketika Islam diterapkan akan bebas dari kepentingan manusia untuk keuntungan dirinya maupun kelompoknya baik berupa kekayaan maupun jabatan.
Tak diragukan lagi, Islam merupakan inspirasi terbaik dalam bernegara karena mampu merespon dinamika persoalan sepanjang waktu. Tak seperti apa yang dipahami sebagian orang bahwa agama Islam hanya mengatur persoalan ibadah dan akhlaq, namun sejatinya Islam memiliki konsep kehidupan menyeluruh meliputi semua aspek dan bidang kemasyarakatan.
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ
“… Dan Kami turunkan kepadamu kitab (Al-Qur-an) untuk menjelaskan segala sesuatu …” [An-Nahl: 89]
Hal ini karena adanya metode ijtihad dalam meneliti hukum terhadap fakta baru yang muncul dalam kehidupan manusia yang pada masa Rasul belum ada. Ijtihad ini merupakan aktivitas mulia hingga apabila ada mujtahid yang mengambil kesimpulan dengan benar dijanjikan dua pahala. Sementara bila salah, bukan diganjar dengan dosa namun justru masih mendapat satu pahala. Karena itulah, tradisi ijtihad tumbuh subur untuk menyelesaikan persoalan-persoalan baru yang dihadapi kaum muslimin sepanjang kehidupan peradabannya.
Sebagai tuntunan pengurusan rakyat, Islam telah diterapkan dalam kekhilafahan selama 14 abad. Rentang waktu yang sangat panjang bila dibandingkan ideologi dan konsep kehidupan lain yang pernah melandasi sebuah peradaban di dunia. Bahkan kapitalisme sekalipun yang saat ini sedang mendominasi dunia baru melangkah dua abad namun nampak makin terseok-seok diterjang berbagai persoalan dunia, termasuk bencana pandemi.
Lebih dari sekedar inspirasi, Islam juga merupakan aspirasi. Maksudnya, Islam adalah sudut pandang yang khas dalam menimbang baik dan buruk suatu pemikiran, peristiwa, maupun kebijakan yang ada dalam kehidupan bernegara. Bagi muslim, Allah adalah ahkamul hakimin yaitu sebaik-baik pemberi ketetapan hukum. Allah ta’ala berfirman
اَلَيۡسَ اللّٰهُ بِاَحۡكَمِ الۡحٰكِمِيۡنَ
“Bukankah Allah adalah sebaik-baik pemberi ketetapan hukum?” (QS. At-Tiin: 8).
Islam sebagai aspirasi tidak mengancam keberagaman, justru memberi solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi para pemimpin dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Hal ini relevan dengan masalah berkepanjangan yang tak kunjung tuntas penyelesaiannya, termasuk korupsi, kemiskinan, separatisme papua, stunting, kesenjangan antar wilayah, dll yang masih menjadi pekerjaan rumah hingga kini.
Tuduhan Islam sebagai aspirasi akan membahayakan kehidupan negara juga tak lepas dari kritik karena belum ada bukti pasti yang mendukung pernyataan ini. Kekhawatiran aspirasi Islam akan membawa perpecahan bangsa dapat dikatakan masih asumsi. Justru sebaliknya, pengelolaan negara yang berkiblat pada demokrasi dan kapitalisme liberal tidak mampu mencapai terwujudnya integrasi/keutuhan bangsa. Lepasnya Timor Timur dari haribaan pertiwi serta kabar terbaru gerakan Papua yang telah berani menyatakan deklarasi merdeka dari Indonesia tentu tak lepas dari salah kelola negara.
Sebaliknya, sejarah membuktikan bahwa ukhuwah Islamiyah sebagai ikatan dalam peradaban mampu menyatukan berbagai suku bangsa yang tinggal di berbagai postur geografis saat naungan kekhilafahan berjaya. Membentang dari Cordoba di ujung Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Asia Selatan, hingga Asia Tenggara dapat disatukan oleh Pemerintahan Islam.
Kita sebagai umat muslim tak patut mengerdilkan agama sendiri di hadapan masyarakat yang majemuk karena kita telah mengikrarkan diri dengan syahadat membenarkan Allah dan Rasulnya sebagai Tuhan pencipta dan penuntun kehidupan. Kita wajb menyampaikan Islam apa adanya yang diajarkan Al-Quran dan As-Sunah tanpa menutupi sedikitpun darinya. Termasuk dalam hal politik, aspirasi Islam bukan hal yang membahayakan selama ia berasal dari risalah Kitab dan Nabi-Nya.
Tags
Opini