Ibu Sholihah, Anak Taat Syariah




Oleh: Erna Ummu Azizah

Ibnu Abbas berkata: Suatu hari aku membonceng Nabi saw. Beliau bersabda kepadaku, “Nak, sungguh aku akan mengajari kamu beberapa kalimat: Jagalah (syariah) Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah (syariah) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa di hadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah. Bila engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi).

Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya menjadi sholih dan sholihah yang taat pada syariah.

Apalagi ketika Rasulullah menyampaikan sebuah hadits bahwa ada 3 perkara yang pahalanya akan senantiasa mengalir meskipun orang  tersebut telah tiada. Diantaranya adalah Doa anak yang sholih.

Namun, menjadikan anak yang sholih yang taat pada syariah tentu tidak datang begitu saja, butuh upaya dari orangtuanya, terutama dari ibu yang sholihah. Nah, apa sajakah itu?

Pertama: Tanamkan akidah dan sifat-sifat Allah sejak dini.

Tujuannya agar anak mengenal Allah dengan segala ke-Maha-annya. Sehingga tumbuh kecintaan anak terhadap Allah, dan gemar melakukan amal yang dicintai Allah. Termasuk memahamkan bahwa Allah itu Maha Melihat dan Mendengar, agar kelak mereka paham bahwa segala perbuatan mereka selalu dalam pantauan Allah sehingga mereka berhati-hati dalam berbuat.

Hal ini bisa dilakukan dengan cara sering membacakan ayat Al-Qur'an sejak anak dalam kandungan, begitupun setelah mereka lahir. Lalu, bertahap memberikan pemahaman tentang sifat-sifat Allah.

Kedua: Tanamkan kecintaan kepada Rasulullah sejak dini.

Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah saw. bersabda: “Didiklah anak-anakmu atas tiga hal: mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca al-Quran, karena orang yang mengamalkan al-Quran nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para nabi dan orang-orang yang suci.” (HR ath-Thabrani).

Agar anak semakin cinta kepada Rasulullah, kita harus rajin membacakan Siroh Nabawiyyah, khususnya bagaimana perjuangan dan pengorbanan beliau dalam menegakkan Islam.

Berharap, anak-anak kita memahami syariah yang dibawa oleh Rasulullah, juga semangat mengamalkan dan memperjuangkannya.

Ketiga: Mengasah akal anak untuk berpikir yang benar.

Anak zaman sekarang terkadang suka protes dan banyak bertanya ini itu, tidak seperti anak zaman dulu yang penurut dan segan kepada orangtua maupun guru, sehingga kerap anak dianggap 'bandel' dan susah diatur. Padahal bisa jadi hal itu karena kecerdasan atau keingintahuannya yang besar.

Oleh karena itu, cobalah anak diajak berpikir, misalnya: "Kenapa sih kita harus sholat?"

Maka berikanlah informasi yang benar sesuai ajaran Islam, dan tentunya dengan cara bertahap sesuai kemampuan berpikir anak. Pada tahap ini orangtua harus sabar dan penuh kasih sayang, serta tidak bosan mengajarkan juga membiasakan.

Anak yang dibiasakan berpikir yang benar saat berbuat, maka kelak ketika dewasa kita berharap mereka mempunyai prinsip yang tegas dan benar; bukan menjadi anak yang gampang terpengaruh tren pergaulan atau takut dikatakan anak 'nggak gaul'.

Keempat: Kenalkan syariah Islam, termasuk adab dan akhlak mulia.

Anak harus dikenalkan dengan syariah Islam sejak dini, sebagaimana Hadis Rasulullah saw.,  “Perintahkanlah anak-anakmu agar mendirikan sholat tatkala mereka telah berumur tujuh tahun, dan pukullah karenanya tatkala mereka telah berumur sepuluh tahun.”

Tentu syariat ini memerlukan persiapan, yaitu dengan mengajarkan tatacara sholat, dimulai dari cara berwudhu, rukun-rukun sholat, wajib-wajibnya, sunnah-sunnahnya, hingga yang membatalkannya. 

Persiapan ini bisa dilakukan sejak dini walau ia belum diperintahkan dan tidak perlu dimarahi kalau tidak mau sholat. Hanya saja, bila sudah berumur tujuh tahun, maka disyariatkan untuk memerintahkan anak sholat, dan bila ia tidak mau maka kita memberi peringatan, cukup dengan ucapan. Bila sudah berumur sepuluh tahun maka disyariatkan memukul anak bila ia tidak mau sholat. Tentu dengan pukulan yang tidak membekas atau menyakitkan atau mengenai tempat-tempat yang berbahaya.

Demikian halnya dengan hukum-hukum yang lain, seperti kewajiban memakai kerudung dan jilbab (bagi Muslimah), larangan mencuri dan sebagainya. Juga menjelaskan Ahkamul Khomsah (wajib, sunah, haram, makruh dan mubah).

Demikian juga yang berkaitan dengan akhlak seperti berbakti kepada ibu bapak, santun dan sayang kepada orang lain, bersikap jujur, berani karena benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahaja, sederhana, dsb. 

Juga mengajari anak tentang berbagai adab dalam Islam seperti makan dengan tangan kanan, berdoa sebelum dan sesudah makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, tidak menyakiti hewan dsb.

Kelima: Memberikan teladan bagi anak.

Ingat, anak adalah peniru ulung. Apa yang sering dilihat dan didengarnya, maka itulah yang akan diikuti. Bagaimana pun anak-anak membutuhkan teladan yang baik, bahkan hingga ia dewasa.

Karena itu sudah seharusnya orangtua selalu memberi contoh yang baik kepada anak, agar tertanam dalam jiwa mereka, benih-benih kebaikan yang akan menghujam dalam sanubari mereka, terbawa dalam setiap sikap dan perilaku mereka.

Keenam: Menanamkan sikap tanggung jawab

Ketika anak sudah tamyiz (bisa membedakan mana yang baik dan buruk), kita bisa menumbuhkan  kesadaran pada mereka bahwa segala perbuatan ada pertanggung-jawabannya. Amal baik akan dibalas kebaikan dan amal buruk akan dibalas keburukan.  

Dengan begitu mereka akan berhati-hati dalam bertindak dan berucap. Jika khilaf, akan segera menyadari lalu bertobat kepada Allah dan memperbaikinya agar menjadi lebih baik. 

Termasuk mendidik tanggung jawab pada anak adalah menegur mereka dari kesalahan yang telah mereka lakukan.

Ketujuh: Berdoa.

Perbanyaklah meminta kepada Allah agar menjadikan anak-anak kita anak yang sholih dan agar Allah membimbing mereka ke jalan yang lurus. Berdoa untuk kebaikan anak adalah salah satu ciri hamba Allah yang sholih.

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS al-Furqan [25]: 74)

Wallahu a’lam bi ash-showwab.[]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak