Oleh: Al Azizy Revolusi
(Editor dan Kontributor Media)
Demokrasi dan sistem ekonomi kapitalisme memiliki hubungan sangat erat. Hubungan erat tersebut karena keduanya lahir dari aqidah yang sama, yaitu sekularisme. Keduanya seperti dua sisi mata uang, saling terkait dan menguatkan.
Secara politis, sekularisme melahirkan demokrasi, sedangkan dalam bidang ekonomi, sekularisme melahirkan kapitalisme. Demokrasi memerlukan dana yang besar. Oleh karena itu, demokrasi akan berjalan bila ada dana besar yang mendukungnya. Di sinilah demokrasi ditopang kapitalisme.
Sementara itu, sistem ekonomi kapitalisme liberal akan tumbuh subur dalam iklim kebebasan yang membolehkan memiliki segala sesuatu dengan cara apapun. Kebebasan demikian diberikan oleh demokrasi. Padahal, sistem politik demokrasi dijalankan oleh penguasa. Adapun sistem ekonomi kapitalisme digerakkan oleh pengusaha.
Dengan demikian, secara praktis kolaborasi antara demokrasi dengan kapitalisme meniscayakan adanya persekutuan antara penguasa dengan pengusaha, atau penguasa sekaligus sebagai pengusaha.
Contoh konkretnya; Indonesia. Apa yang dihasilkan dari kebijakan migas dan barang tambang oleh pemerintahan demokrasi di Indonesia ini? Penguasa berkolaborasi dengan pengusaha merampas kekayaan rakyat, lalu menyerahkannya kepada asing. Lebih dari 80 persen ladang migas di Indonesia dikuasai oleh asing! Sementara, rakyat sebagai pemilik kekayaan alam tersebut tetap dalam kesengsaraan.
Jadi, masihkah berharap pada demokrasi dan kapitalisme?