Oleh: Fathimah Nurul Afifah
Segala puji hanya milik Allah subhanahu wa ta'ala, Dialah Dzat yang telah menciptakan langit beserta segala kesempurnaannya dan bumi dengan segala pernak perniknya yang diciptakan untuk menfasilitasi kehidupan kita.
Dialah Allah Dzat yang telah menciptakan manusia, baik fisik maupun ruhnya. Allah menyusun tubuh kita dari bagian paling kecil yaitu atom, molekul, sel, lalu menyusun organ-organ dengan fungsi-fungsinya yang begitu mendetail dan rumit. Dialah Dzat yang menghidupkan dan mematikan makhluk. Dialah Dzat yang menjamin rezeki kita. Allah-lah Dzat yang menutupi segala aib atau kesalahan kita. Dialah Dzat yang menciptakan surga dan neraka.
Tiada Dzat yang lebih penting daripada Allah 'azza wa jalla. Meski anehnya manusia kerap kali hanya memberikan waktu sisa kepada-Nya. Mengingat Allah hanya di sisa waktu mengurusi perkara duniawi. Sujud kepada Allah ternyata masih kalah spesial dibandingkan urusan-urusan dunia. Sedekah hanyalah sisa dari uang jajan dan belanja. Membaca Al-Qur'an pun hanya sisa dari membaca medsos, majalah, novel, dan koran. Mengingat nama Allah hanyalah sisa dari mengingat dan menyebut nama kekasih, nama teman, nama artis, nama anak.
Padahal langit, bumi, dan apa yang ada diantara keduanya beserta segala isinya adalah milik Allah subhanahu wa ta'ala. Namun ironisnya bahkan kita mempelajari ilmu tentang Allah pun hanyalah sisa dari belajar ilmu-ilmu keduniawian. Coba perhatikan bagaimana diri kita mempelajari ilmu seperti matematika, biologi, akuntansi dan lainnya semenjak dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bandingkan dengan porsi keseriusan kita dalam mengenal ke-Esaan Allah, belajar seadanya dan sesempatnya.
Inilah sumber masalah kita, belum mengenal Allah menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan. Belum mengenal Allah dengan baik dan benar menyebabkan kita sangat sulit untuk bisa menikmati ibadah, apalagi berdakwah.
Benarkah bahwa kita menghamba kepadaNya? Apakah malah kita ini hamba uang, hamba jabatan, atau hamba ilmu pengetahuan? Jika untuk mengenalnya saja kita tidak serius. Padahal Allah adalah Dzat yang paling penting dalam hidup kita. Tetapi mengapa kita seakan tidak menganggap Allah penting?
Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah kepada kita
Allahu a'lam bish shawwab
Catatan : sebagian dikutip dari buku Serius Mengenal Allah karya KH Abdullah Gymnastiar